04 September 2008

Zaman Terbalik

Fadjar Asia, (25 April 1929)

…Allah Ta’ala itoe melihat segala perboeatan hambaNja dan akan dibalasNja perboeatan hambaNja itoe sepadan dengan amalannja.
…Djika kamoe dengar dengan djoega perkataannja (orang jang tidak pertjaja akan firman Allah dalam KitabNja) jang ta’ baik itoe (maka) kamoe adalah seperti orang itoe poela djadi sama-sama mendapat dosa (menanggoeng djawab di hari pembalasan) Al Qoeranoelhakim
Dalam zaman kemadjoean, zaman jang beredar-edar, zaman jang hendaknja akan menjampaikan kita ke poentjak ketinggian deradjat manoesia dan keoetamaan jang semoelia moelianja, tegasnja zaman bandjirnja pendapatan manoesia jang menjebabkan mengalirnja berbagai2 kejakinan dan faham, jang berhoeboeng dengan keoentoengan harta benda maoepoen jang bersangkoetan dengan kehidoepan roehani.
Hatta maka pada zaman jang demikian itoe moedahlah manoesia loepa akan kewadjibannja dan kewadjiban jang haroes dipikoel oleh tiap-tiap manoesia jang telah baligh. Malahan hampir-hampir bolehlah kita katakan bahwa kemadjoean itoe tertjapai dengan meninggalkan kewadjiban terhadap kepada Toehannja Jang Maha Esa dan Maha Koeasa. Demikianlah halnja kita ……..
Boleh djadi. Boeat memboektikan, bahwa kemadjoean jang demikian itoe tidaklah akan bisa pandjang oemoernja terangnja tjoema boeat sementara tempo sadja, marilah kita lihat riwajat doenia Ketika keradjaan Babylon (Babil) menampak deradjat jang tinggi, tatkala keradjaan itoe roepanja hampir mendjadi poesat semesta ‘Alam maka – begitoelah katanja – dalam waktoe itoe Babylon tidaklah mengenal akan Agama Tetapi kalau kita soeka mendalamkan pendidikan kita, maka kemadjoean Babylon pada masa itoe boekanlah soeatoe kemadjoean jang tetap. kekal dan kokoh. melainkan ialah kemadjoean pada lahirnja sadja alias ,,schijaba.”
Sesoenggoehnja pada waktoe itoe Babylon soedah moelai sekaratil maut soedah mendekati waktoe matinja. Sebab orang2 tidak mempoenjai kehidoepan jang tetap. keadilan Ra’iatnja kelam keboet dan katjau bilau sedang radja Babylon mati angin hanja bersenda-goerau. bermain2 dan berkasih2an dengan selir2nja jang beratoes2 djoemlahnja. Kehidoepan roehani tidak ada, dan Ra’iat tinggal papa dan miskin. Kemoe-dian hantjoerlah keradjaan jang besar itoe, dan tersapoe dari moeka boemi. Demikian poela halnja keradjaan2 lainnja, mitsalnja Assyria, Egypte, Grik, Rome, d.l.l.s.
Adapoen jang mendjadi asal-moelanja, maka keradjaan2 itoe tersapoe dari moeka boemi ini jang pertama-tama ialah karena oemmat jang tergaboeng dalam keradjaan itoe tidak mendjalankan perintah2 Toehannja, tetapi malahan mendjalankan segala apa jang dilarang olehNja. oempamanja menjembah berhala d.l.l.s. jang dikatakan “kema-djoean bangsa Grik oleh kaoem ,,cultuur” itoe ta’ lain ta’ boekan, melainkan kemoen-doeran bangsa Grik dalam perihal boedi pekerti terboekti dari ada artja2 jang dibikinnja pada waktoe itoe. Walaupoen kaoem ,,cultuur” hingga kini masih djoega beloem atau memang tidak soeka mengakoeinja, tetapi boekti-boektinja bagi kita soedah terang dan njatalah sehingga ta’ akan dapat dibantah lagi akan kebenarannja.
Barang kali orang masih beloem pertjaja, bahwa sifat-kemoesjrikan dan kemoena-fikan itoe jang menjebabkan linjapnja pelbagai keradjaan terseboet, maka kita tanja kepadanja? Apakah agaknja jang mendjadikan sebabnja, maka negeri-negeri Sodom dan Gomorra dihanjoetkan dan tenggelam dalam air laoet dan apakah gerangan sebabnja, maka pendoedoek Amerika dan Australia jang asli tidak mempoenjai ,,hak berdiri” (het recht van bestaan) sebagai oemmat? Tentoelah kaoem jang tidak menjoekai agama atau jang membentji agama akan dapat memberi djawaban atas pertanjaan itoe, biarpoen djawabannja itoe dengan menoeroet lidahnja jang litjin karena ta’ bertoelang itoe.
Bahwasenja tiap2 pendirian itoe dapatlah dipertahankan dan dibelanja tetapi tiap2 pertahanan atau pembelaan itoe beloem tentoe mengandoeng kebenaran dan kenjataan biarpoen tjotjok dengan akal sekalipoen, oempamanja dalam ilmoe perhitoengan tinggi (hoogerre wakunde) dapatlah orang ,,memboektikan”, bahwa 5 bisa sama dengan 100. Begitoelah seteroesnja.
Sjahdan, maka kemarin doeloe malam di Betawi dan Weltevreden hiroeklah pen-doedoeknja bangsa kita merajakan hari raja Tionghoa. Tidak tjoema hari raja Tionghoa sadja jang dirajakannja, tetapi hari raja Eropah (tanggal 1 Janoeari) poen djoega tidak akan lampaui dengan tidak diperingati dengan perajaan.
Trem dari N.I.T.M. dalam doea malam itoe teroes djalan simpai djam doea lepas malam. Abang-abang sopir, toekang-toekang kabar atau lain-lainnja poen djoega toeroet bekerdja keras boeat mentjari........foeloes. Di djalanan-djalanan raja dan di kampoeng-kampoeng adalah diperlihatkan bermatjam-matjam tontonan, semoeanja di kemoedikan oleh bangsa kita. Ada ronggeng, ada wajang-wong, ada doger, jang katanja sangat digemari orang, ada moesik gamelan, pendeknja hampir segala tontonan jang penoelis tidak kenal namanja jang dapat ,,menghiboerkan” hati manoesia atau jang dapat menim-boelkan perasaan jang djaoeh dari pada kemanoesiaan dan keoetamaan adalah tertampak, terdengar dan terlihat.
Orang jang menontonnja tidak terhisabkan bilangannja, boleh dibilang moelai Betawi sampai Mr. Coen, djalanan2 besar padatlah dengan manoesia, toea-moeda, ketjil-besar, lelaki-perempoean, djanda-gadis, perawan dan djedjaka. Pakaian jang dipakainja poen djoega tidak sematjam, tidak biasa, mitsalnja ada orang perempoean jang berpakaian lelaki, ada orang lelaki dan memakai pantalon, ada jang memakai kedok, ada jang memakai tjermin mata hitam, meskipoen tidak ada panas, ada jang memakai djas hoedjan d.l.l., walaupoen ,,tidak ada hoedjan, tidak ada angin”. Memang aneh betoel, kalau sedang soeka memperhatikan satoe persatoenja jang diperlihatkan pada mata kita dan terdengar oleh telinga kita, teroetama bagi orang2 jang baharoe datang di kota Betawi. Boekan karena baiknja segala apa jang tertampak di mata kita dan djoega boekan karena merdoenja njanjian2 jang terdengar melainkan hanjalah karena dalam pada waktoe itoe orang seolah2 ,,tergila2” dan merasa…dari doenia jang ,,biasa” ini ke doenia jang ,,terbalik” djadi tidak dari doenia jang baka ke doenia jang fana.”
Dengan tjara jang demikian itoe, pergaoelan antara lelaki dan perempoean… lelaki jang telah mempoenjai isteri atau perempoean jang soedah bersoeami maoepoen jang beloem, sangat rapatnja dan ,,merdekanja”, sehingga dengan moedahnja batas2 keso-panan dan keoetamaan jang memagari kedoea belah fihak itoe tidak djarang dilanggar dan dilampauinja. Ada setengah orang jang mengatakan, bahwa waktoe itoe memang waktoenja djedjaka berkenal-kenalan dengan gadis, masanja perempoean membikin ,,persahabatan” atau ,,perhoeboengan” dengan baloe lelaki, terangnja waktoe itoe adalah waktoe ,,obral besar” alias ,,huwelijksmarkt”. Bila selama itoe banjak gadis2 atau boedjang2 jang tidak poelang ke roemah orang toeanja. tidaklah perloe dioeraikan di sini. Demikianlah dengan singkat keadannja.
,,Astagfiroellah !!!” Djika segalanja itoe dilakoekan tidak dalam boelan Ramadhan (Poeasa), rasanja tidak akan begitoe ,,njolok mata”, boekan karena koerang djeleknja atau lebih baiknja, …. Dalam boelan Ramadhan orang Islam diwadjibkan poeasa, jang ertinja tidak tjoema tidak boleh merokok, makan dan minoem, tjampoer daging dengan orang perempoean, mengeloearkan mani, d.l.ls. pendeknja tidak boleh mengisi peroet dan memikirkan doen’awiah sadja, tetapi djoega poeasa dalam erti isti’arah (figuurlijk). Tegasnja djangan bitjara jang tidak senonoh, terlebih2 jang melanggar agama d.l.l.s. Djangankan poeasa, sedang menahan hawa-nafsoe meniroe-niroe sadja poen tidak bisa. Inilah soeatoe boekti, bahwa Ra’iat kita memang soedah morat marit pergaoelan hidoep dan kehidoepannja, soeatoe boekti jang keroesakan roehnja. Ra’iat kita soedah sampai ke akar2 hati sanoe-barinja, soedah sampai ke oerat2nja.
Mengingat firman Toehan dalam KitabNja jang kita loekiskan di atas sebagai motto, maka soedah tentoelah deradjat Ra’iat kita terlampau hina, terlaloe rendah, karena inilah ‘akibat perboeatannja. jang semata-mata melanggar sjara’-sjara’ agama Islam. sedang menoeroet pengakoeannja mereka itoe adalah orang Islam sebetoelnja: orang selam.
Inilah boekan sifat orang Islam, tetapi sifat orang moenafiq. Oentoenglah bagi Ra’iat kita, bahwa ia masih diberi kelapangan boeat memperbaiki nasibnja, boeat melakoekan perintah2 Allah dan menjingkiri larangan2Nja, ertinja Ra’iat kita --kendati soedah bobrok loear dalam sekalipoen-- masih beloem dilenjapkan dari moeka boemi ini. Soesahnja jaitoe karena semoea kesoekaran, perhinaan atau perhambaan itoe tidak hanja ditanggoengkan oleh sebagian daripada Ra’iat jang memperboeatnja itoe sadja, melainkan djoega oleh sekalian oemmat. Kalau baik, baik semoeanja. Kalau boeroek, boeroek semoeanja dan kalau hina poen hina semoea.
Adapoen bangsa kita, jang oemoemnja memeloek agama Islam, toeroet merajakan hari raja bangsa lain sebagai penghormatan --seande kata-- itoelah tidak begitoe soesah difikirkan, karena memang bangsa kita ini adalah satoe bangsa jang berboedi bahasa jang tinggi dan bersopan santoen, serta sangat soeka menghormati orang atau bangsa lain hingga kadang-kadang sampai ,,terbalik-balik” dan kemoedian mendjadi ,,boedak”. Dan tidak memikirkan akan kehormatan diri akan bangsa sendiri. Djadi toeroet merajakan hari raja bangsa lain tadi di sini tidaklah bersandarkan kepada asas ,,hormat-menghormat” melainkan salah satoe sifat perhambaan kita, menghamba kepada sesama manoesia dan menghamba kepada hawa-nafsoe kita.
…… jang pertama, jaitoe memperhambakan diri kepada manoesia, ertinja kepada sesama manoesia kita kasih recept ,,kalau takoet, hendaklah takoet hanja kepada Toehan dan djanganlah takoet kepada segala apa lainnja. Dan djika mentjinta atau menghormat, hendaklah mentjinta dan menghormat Toehan lebih dari pada barang apa jang dapat difikirkan oleh otak manoesia.”
Selain dari pada itoe tentang perhambaan terhadap kepada hawa-nafsoe, jang mestinja haroes ada di bawah perintah manoesia, tidaklah di sini dapat kita terangkan dengan pandjang lebar dalam karangan kita jang sesingkat ini.
Memerintah hawa nafsoe dengan djalan memerangi hawa-nafsoe kita jang amat boeroek, karena kedjahatan jang akan kita perangi itoe melihat diri kita. Agar soepaja memoedahkan peperangan itoe, maka recept kita jang kedoea ialah: ,,Djalankanlah perintah2 Toehan dan djaoehilah segala apa jang mendjadi larangan2Nja”, karena tjoema dengan djalan itoelah kita dapat memerangi hawa-nafsoe kita jang boeroek dan djahat, dan memerintahnja sebagai mana haroesnja dan lagi inilah haroes menegoehkan taoehid dan menebalkan iman dan boeat menoedjoe dan mentjapai kesempoernaan doenia dan achirat. Berdaja-oepajalah. Sebeloem temponja lampau.

S.M. Kartosoewirjo

No comments: