Fadjar Asia, (11 April 1930)
Bismillahirrahmanirrahim
,,Ahasibannasoe ajjoetrakoe aamanna wahoem la joeftanoen?”
,,Apakah orang2 itoe mengira, bahwa mereka soedah tjoekoep dengan mengatakan, saja pertjaja” dengan tidak dioedji (sehingga mana ketebalan atau ketipisan Imannja ?” Soerah Al-Ankaboet: 2.
Sjahdan, maka tentang kepentingan sembahjang Djoem’ah dan masdjid bagi pembatja agaknja ta’ perloe lagi kita oeraikan. Semoeanja tentoelah mengakoei, bahwa sembahjang Djoem’ah itoe wadjiblah bagi kita. Demikian poela tentang pendirian masdjid. Wadjib, karena diperintahkan oleh Allah Soebhanahoe wa Ta’ala! Wadjib, karena faedah dan manfa’atnja bagi sekalian jang memperlakoekannja! Wadjib, karena kita dapat memperboeat ‘ibadah bersama2 kepada Toehan kita jang Esa, Rabboel ‘alamin, Toehannja sekalian machloek! Sekali lagi, wadjib! Wadjib! karena Allah! Lillahi Ta’ala!
Dari sebab itoe, berdosalah kita terhadap kepada Allah Ta’ala, bila kita melalai-kannja! Berdosalah poela bagi orang2 jang mempertengahkan kita berboeat jang demikian itoe! Maka jang hendak kita bentangkan ini ialah tentang perganggoean Sembahjang Djoem’ah, jang wadjib hoekoemnja itoe. Ialah satoe halangan, satoe rintangan, jang sedang terderita oleh P.S.I.I. Malangbong. Itoelah sebabnja, maka soe’al ini mendjadi kepentingan bagi sekalian oemmat Islam, teroetama jang tergaboeng dalam lingkoengan P.S.I. Indonesia.
Pembatja jang boediman !
Beginilah doedoeknja perkara. P.S.I.I. Malangbong mempoenjai satoe masdjid di kampoeng Panjingkiran, onderdistrict Malangbong. Tidak koerang dari 17 tahoen masdjid itoe berdiri di tempat terseboet.
Semendjak itoe hingga kini masdjid itoe mendjadi tempat ‘ibadah, tempat moe-sjawarah dlls, pendeknja mendjadi poesat bagi sekalian kaoem P.S.I..I. Malangbong, sebagaimana masdjid Islam jang pertama jang didirikan oleh Nabi kita jang Soetji. Moehammad c.’a.s., ialah masdjid di Qoeba, dekat Madinah. Selain dari pada itoe poen di masdjid tadi --ketjoeali sembahjang lima waktoe-- soedah beberapa lamanja diadakan (didirikan) Sembahjang Djoem’ah. Tiba2 kira2 seminggoe jang laloe sdr. Hoesain, nadhir dan imam dari masdjid terseboet, dipanggil oleh naib Mlb. Sesoedah sdr. Hoesain bertemoe dengan naib dan poenggawanja (djoeroetoelis zakat dll.), maka terdjadilah perbantahan antara kedoea fihak itoe tentang soe’al masdjid, jang didirikan oleh P.S.I.I.tadi, teroetama tentang Sembahjang Djoem’ahnja.
Doea djam mereka itoe bersoe’al djawab, tetapi fihak naib beloem dapat alasan dalam sjara’ Islam oentoek membatalkan atau tidak mengesahkan Sembahjang Djoem’ah, jang diadakan dalam masdjid di Panjingkiran tadi. Pertemoean jang pertama habis sampai di sitoe. Seminggoe kemoedian daripada itoe sdr. Hoesain dipanggil lagi di kaoem (masdjid Mlb.) boeat ditanja tentang hal pendirian sembahjang Djoem’ah di Masdjid di Panjingkiran terseboet. Ini kali boekan sdr. Hoesain sadja jang dipanggilnja, tetapi beberapa kjai (adjengan) lainnja poen dipanggil poela.
Sekarang boekan perkara Sjara’ Islam, melainkan tentang:....,,apakah sdr. Hoesain soedah meminta dan mendapat idzin dari Boepati Garoet boeat mendirikan Sembahjang Djoem’ah tadi”. Pertanjaan ini didjawab oleh wakil sdr. Hoesain, ja’ni sdr. Ardiwisastra, president P.S.I.I. Malangbong, bahwa tentang pendirian Sembahjang Djoem’ah (boekan roemah masdjid) itoe dia ta’ minta dan djoega tidak mendapat idzin dari boepati, karena menoeroet djawab pemerintah dalam sidang Volksraad berhoeboeng dengan Motie M.A.I.H.S. (di Bogor). Oentoek mendirikan Sembahjang Djoem’ah kita tidak diwadjib-kan minta dan mendapat idzin dari boepati. Dinjatakan dalam djawab itoe, bahwa boepati ta’ boleh anggap dirinja sebagai kepada agama dalam dairahnja, Adjengan2 itoe poen melahirkan pertimbangannja masing2, tetapi tidak ada jang menjinggoeng atau menggoegoerkan djawab sdr. Ardiwirasastra, walaupoen mereka itoe ,,kjai2 jang mendapat bisloeit dari boepati” dan kena pengaroeh dari perkoempoelan T.B.T.O. (batja: tebe te—o). Naib dan poenggawanja poen ta’ mengeloearkan pemandangan jang berhoe-boeng dengan hal itoe. Katanja, mereka itoe tjoema dapat perintah dari ,,kandjeng” boepati dan mereka tidak bermaksoed bikin apa2.
Sekian chabar jang haroes kita hidangkan dihadapan sekalian pembatja. Dalam asasnja maka mereka itoe boekannja hendak bermoesjawarat tentang agama, tetapi maksoednja ta’ lain melainkan hendak merintangi pergerakan, teristimewa menghalang-halangi pergerakan seperti P.S.I.I., jang berangan2 hendak mentjapai kemerdikaan bangsa, tanah air dan agama, agar soepaja sjara’ agama Islam dapat berlakoe atas tiap2 langkah, gerak dan hal ihwal kita. Bagaimana achirnja perkara ini, kita beloem dapat meramalkan. Maka kewadjiban kita sekarang hanja mesti bertaqwa kepada Allahoe Akbar, mengingat Firman Allah: ,,Fattaqoellaha masta-tha’toem.....” (,,Maka takoetlah kamoe kepada Allah dengan sekoeat-koeatmoe....”).
Erti ,,takoet” dalam hal ini boekannja kita disoeroeh diam seperti patoeng, atau mengemis-ngemis perdamaian, akan tetapi diperintahkan mendjalankan perintah Allah dan Rasoeloellah dan mendjaoehi larangannja, tegasnja membela dan mendjalankan barang jang benar dan melarang barang jang batal (moenkar).
Apa jang terseboet di atas soedah tjoekoeplah hendaknja memberi djalan kepada kita oentoek menentoekan sikap kita terhadap kepada soe’al tadi. Soenggoehpoen demikian, tidak ada tjelanja djika kita tambah lagi dengan menoendjoekkan Firman Toehan, agar soepaja kita mengetahoei soenggoeh2 apa jang mendjadi kewadjiban kita sebagai orang Moe’min dan oentoek menebalkan dan mengkoekoehkan Iman kita dan “last but not least” bagi mempertegoehkan dan mengoeatkan Tauhid kita. Demikianlah ajat jang menoendjoekkan kewadjiban kita: ,,Bahwa sesoenggoehnja (kewadjiban) orang2 jang pertjaja ialah beriman kepada Allah dan Rasoel-Nja, kemoedian mempergoenakan harta-benda dan djiwanja bagi membela (agama) pada djalan Allah”.
Demikianlah pertoendjoek Toehan kepada kita oentoek membela dan mendjalankan Agama Allah, Agama jang benar. Ta’ dapat ditambah, ta’ dapat dikoe-rangi! Kalau ditambah (melewati batas), maka berdosalah jang menambahnja! Kalau dikoerangi, maka berkoerang atau lenjaplah Iman orang jang mengoerangi! Inilah djalan jang benar, jang loeroes ialah djalan ac cirathal moestaqim. Inilah djalan, jang dikatakan orang sana ,,de guldenmiddenweg” atau ,,optimum”, djalan jang ada ditengah2! Moedah2an Allah Ta’ala menoentoen kita pada djalan itoe. Pendeknja: Kita haroes beroesaha dengan sekoeat-koeat tenaga dan fikiran kita, ringan atau berat, siang dan malam, pada djalan Allah (sabilillah), dengan harta benda dan djiwa kita.
Hidoep dalam Islam! Mati poen dalam Islam poela hendaknja! Demikianlah kejakinan dan sikap kita! Rintangan dan halangan wadjib ada dan wadjib kita memeranginja, wadjib kita membasminja sampai kepada akar2nja! Rintangan dan halangan bagi kita boekan soeatoe malapetaka, jang dapat menjebabkan kita berdoeka-tjita, dan djoega boekan soeatoe kesenangan jang menoemboehkan soeka-tjita, melainkan hanjalah satoe oedjian dari Allah oentoek mengoedji Iman kita, ialah soeatoe sjarat bagi kemadjoean pergerakan kita, soeatoe peringatan soepaja kita djangan melalai-kan perintah Toehan, dan satoe tjamboek agar kita mendjalankan perintah Toehan dengan soenggoeh2.
Ingatlah kepada apa jang terloekis di atas, nistjajalah tambah lama tambah keras perdjalanan kita menoentoet tjita2 kita, ialah kemerdikaan Agama. Inilah satoe adjaran soepaja kita menempoeh segala bahaja dan bentjana dengan tegak, berhadapan dengan rintangan dan halangan dengan hati jang tetap, berdjoeang pada djalan Allah dengan segala kekoeatan jang ada pada kita dan berlawanan dengan moesoeh kita dengan ichlas hati.
Sekianlah pemandangan kita tentang hal terseboet. Moedah2an keterangan kita jang sependek ini mendjadi faedah dan manfa’at bagi sekalian saudara kaoem Moeslimin. Amin, Ja Rabbil’alamin.
Achiroelkalam, kepada sidang pengarang soerat chabar ini kita mengoetjapkan diperbanjak2 terima kasih atas kemoerahan toean2.
Wassalam
S.M. Kartosoewirjo
Malangbong, 9 April 1930.
--------------
No comments:
Post a Comment