Fadjar Asia, (17 Juni 1929)
Recept meloeloe terbikin
boeat si abang Parada Harahap,
dari sekawan P (endjoeal) dan P (engchianat) H (india)
jang bersoedoeng di petjomberan Krekot
Kalau orang banjak mentjari orang Moenafik, inilah Gambar dan sifatnja. Boleh tanja kepada bang P.H.!!!
Djikalau orang mesti seboet siapa diantara journalist bangsa kita jang amat sombong, tidak salah lagi kalau kita seboetkan itoe pentol dari B (inatang) T (ikoes) di Krekot. Hanja sadja masih mendjadi satoe pertanjaan apakah boleh kiranja itoe ,,manoesia” kita masoekkan dalam golongan ,,bangsa kita” sebab walaupoen kelihatannja di loear sebagai bangsa kita, tapi sifat, tjara dan boeah pekerdjaannja soedah njata ia ada fihak moesoeh kita.
Jang tidak mendjadi soeatoe pertanjaan lagi fatsal dirinja ialah tentang kegoblokannja jang tiap2 orang tentoe bisa lekas memboektikan sesoedah sedikit sadja batja ia poenja toelisan jang lagaknja seperti orang mengerti soe’al politiek dan sebagai seorang ,,pembeli” tapi sebetoelnja ,,pendjoeal”.
Bang P.H. alias si moenafiq sering kemboengkan dada tentang journalistiek hal mana sebetoelnja ia mesti beladjar lebih djaoeh. Kemadjoean korannja tidaklah mendjadi satoe oekoeran, bahwa ia mengerti journalistiek karena kemadjoean boleh djoega ditjari dengan djalan mendjilat ke sana dan kemari, memboedak pada jang koeat dan bantoe tendang pada jang lemah (bangsa Indonesia) Journalis-dagang! Inilah matjamnja !?!
Itoe ,,professor” dari pertjomberan beloem lama kata tidak maoe goenakan perkataan kasar dalam journalistiek, tidak maoe bitjara oeroesan jang keloear dari pokoknja pembitjaraan, enz.Tapi dasar Tegal ia tidak bisa membedakan semoea hal itoe, sebagaimana ia djoega tidak bisa membedakan satoe kroonprins dan satoe babi (waktoe ia membikin perdjalanan mendjilat kepada kaoem kapitalist, si koeasa keboen di Sumatera boeat dapatkan ,,meer” soepaja poepales sincrie dipertahankan, ia soedah kata, orang Tapanoeli lihat dia (bang P.D. ! di autonja dikira lihat kroonprins Serdang !! Hm !!?)
Enfin, atas serangan kita jang doeloean itoe si ,,Pentol Hiblis” gelagapan tidak bisa balas soeatoe apa, seperti andjing gladak kalau kena poekoelan lantas lontjat sebisanja, begitoe djoega ia pada hari Saptoe samboet toelisan kita itoe dengan hal jang boekan2 poen ada sangat menjimpang dari porosnja pembitjaraan, dengan tidak poenja maloe goenakan kebohongan. Begitoe ia kata. Sementara itoe, perloe djoega di sini kita katakan, bahwa Arjo Djipang ini ada seorang jang ta’ tjakap dipekerdjakan kantor redaksi kita, hingga ia dapat soerat mentegas lekas mesti goeloeng tikar….dari samping kita.
Tatkala ia berada dekat kita, dengan mentjoba memakai nama Arjo Djipang ia soedah tjatji maki toean Tjokroaminoto dan poedji Moehammadijah, tetapi….kita poenja hoofdredacteur jang tidak soeka soerat chabarnja digoenakan perkakas oleh Arjo Djipang, laloe toelisan itoe dilempar di kerandjang….dan Arjo sendiri dioesir dengan haloes !!!
Sekarang itoe Arjo Djipang jang di depak dari Krekot, jang katanja bakal djadi Hoofdredacteur Menara Timoer, satoe koran jang sampai ini hari beloem kelihatan romannja poen menoelis dalam soerat chabar Fadjar jang doeloe ditjatji makinja, mentjoba…….melawan hoofdredacteur Bintang Timoer.
Satoe kali Krekot kasih diploma padanja tidak tjakap dalam pekerdjaan, hingga dapat soerat mentega, maka orang itoe tiadalah poela tandingan kita lagi, apalagi sekarang kenjataan ke tidak tjakapannja, karena ia goenakan perkataan-perkataan tangsi jang barang kali bisa ia dengar. Begitoe ia hendak mengaboer mata pembatja.
Pertama kita menerangkan di sini, bahwa kita (Arjo Djipang) beloem pernah merasa bersangkoetan pekerdja’an sama Parada Harahap, baik dengan langsoeng maoepoen dengan bertedeng (zoowel rechtsteeksch als zijdelings).
Ia sengadja maoe melompat baiklah kita ikoetkan! Kita tahoe jang ia sangka ada toean Moesa Al Machfoeld. Tapi bang Parada boekan seorang laki-laki jang berani. Ia tidak berani kata teroes terang. Memang soedah sebagai satoe axiom bahwa orang jang goblok dan sombong tentoe ada ….satoe pengetjoet !!
Kita memang tahoe djoega, bahwa banjak redacteuren dari B.T. sama keloear masoek. Tapi tidak benar semata-mata sebagaimana si sombong itoe kata bahwa mereka keloear lantaran ,,diongeschikt” oleh P.H. Saban redacteur keloear dari B.T. tentoe berdendam hati. Itoepoen Parada merasa sendiri, perasa’an mana mendjadi ia sendiri selaloe tjoeriga. Toean Moesa Al Machfoeld boekan sahabat dari kita (Arjo Djipang), poen redacteur lainnja jang soedah tidak soedi lagi kerdja pada B.T. bersama-sama dengan P.H. boekan sahabat kita poela.
Soedah terkenal di loearan bang P.H. nistjaja tidak bisa semboenjikan bahwa tidak ada satoe orang bisa kerdja dengan P.H. Pembatja maoe boekti? J. Siagian, bangsanja sendiri dari Batak, telah tertipoe oeroesan oeang commissie.
Rachmadi bekas wearts, tidak bisa tjampoer dengan P.H. sebab terlaloe berat pekerdjaannja sebagai redacteur. Lantaran P.H. tidak mengerti bahasa Belanda (ampat kali ia examen K.E. tapi paling banjak Nederlandsch dapat 3) toean Rachmadi soedah mesti toelis dan balas semoea soerat bahasa Belanda, sampai pada oeroesan waterleiding dan lampoe listrik oeroesan P.H. prive (di roemah). Moesa Al Machfoeld, tertipoe masoek ke Betawi lantaran djandji2 jang kosong dari P.H. Abidin Abbas, karena kesombongan P.H. jang mentang2 ia directeur pandang redactie seperti boedjangnja, padahal tentang pengetahoean P.H. tidak ada seperlimanja toean Abbas. Sakit hati tentang itoe behandeling, maka toean Abbas soedah tinggalkan pekerdjaannja jang ditjintai.
Bak toean Kanoen maoepoen t.J. Manopoo jang ada sekarang, mereka maoe berhenti dari B.T. kalau ada lain djalan penghidoepan, boekan orang lain ,,ongescihkt” tapi bang Parada Harahap jang biar di loear maoepoen di dalam pekerdjaan tidak bisa tjampoer sama orang. (Recept ? Boleh kembali ke hoetan lagi ! A. Dj.) Dan lagi redacteur di Bintang Timoer kepandaiannja paling sedikit ada lipat ganda dari bang Parada Harahap. Djadi boekan ia jang memadjoekan soerat chabarnja, kalau itoe soerat chabar betoel ada kemadjoeannja………………
Di atas ini hanja sekedar keterangan jang masih koerang lengkap; kita toelis ini semoea tjoema mengikoet ia poenja lontjat. Boekan kita jang menjimpang, tapi dia. Kita akan ikoet teroes. Sabar pembatja!
Arjo Djipang
No comments:
Post a Comment