Fadjar Asia, 12 Mei 1930
Pada soeatoe hari ada seorang Belanda waktoe pagi datang di kantor soerat cha-bar kita, mengakoe wakil atau redacteur dari soerat chabar ,,Preanger Bode”, jang kami tahoe soerat chabar poetih ini perkakas kapitaal dan senantiasa membentji pergerakan kita. Si Belanda itoe minta kepada selembar Manifest P.S.I.I., dengan tidak diterangkan manifest tentang apa. Kami pertoendjoekkan selembar F.A. jang memoeat verslag pidatonja ketoea H.O.S. Tjokroaminoto dalam openbare vergadering di Djakarta pada hari Ahad 4 Mei jl. Jang menoendjoekkan boekti2 keadaban Indonesia sebeloem datangnja orang poetih.Si tetamoe mendjawab: ,,Samboengnja itoe jang kami minta”.
Kami pertoendjoekkan samboengan jang dimaksoedkan, tetapi djawabnja: ,,Boekan itoe!” Ia laloe menanja: ,,Dimanakah toean Tjokroaminoto?” Kami djawab: ,,Pergi ke Tjiandjoer, dan datangnja besok sore,” si tetamoe lantas pamit dan bilang hendak datang di roemah ketoea H.A. Salim.
Pada hari Rebo jl. Djam 9 pagi si Belanda jang terseboet datang lagi di kantor kita. Sebab pada ketika itoe ketoea H.O.S. Tjokroaminoto masih di roemah, ia lantas bitjara telefoon dengan beliau menjatakan Manifest apa jang dimintanja. Setelah kami mendapat keterangan dari ketoea H.Tjokroaminoto bahwa jang diminta oleh tetamoe itoe ialah ,,Memorie (boekan Manifest) Loedjnah Tanfidhijah P.S.I.I. tentang Heern-dienst, maka dengan senang hati si tetamoe itoe kami kasih selembar F.A. jang memoeat Memorie itoe, kami kasih dengan keichlasan hati dan dengan gratis!
Menoeroet ‘adat kesopanan segala bangsa, baik Barat maoepoen Timoer, seorang tetamoe jang soedah membikin tjapai toean-roemah dan achirnja soedah mendapat djoega barang apa jang dimintanja daripada toean-roemah seperti jang terseboet itoe, mestinja dan sepatoetnja ia kalau tidak soeka mengoetjapkan terima-kasih, sedikitnja mestilah mengandoeng rasa sjoekoer dalam hatinja. Tetapi tidak begitoelah halnja dengan tetamoe kami jang terseboet tadi. Ia lantas menoelis dalam soerat chabarnja mentjeritera-kan kekotoran roepanja kantor kita., Tidak mengapa tjeritera jang seroepa ini. Soedah tentoe sadja roepanja kantor kita djaoeh sekali tidak bisa membandingi kebagoesan roepa kantornja ,,Preanger Bode” jang disokong dengan sekoeat-koeatnja oleh Kapitalisme, jang soedah mentjelakakan Negeri, Bangsa dan Oemmat kita itoe.
Lain daripada itoe, si tetamoe tadi menoendjoekkan tabi’atnja jang djahat: soeka membohong! Ia mengatakan bahwa kami menemoei dan bitjara sama dia dengan gemetar, dan berdebar-debar, sehingga Ia terpaksa berkata kepada kami bahwa ia boekan orang politie,- katanja.
Tidak ada kebohongan jang lebih besar daripada ini! Kami berdebar-debar dan gementar menghadapi dia? Wah, sombong benar! Ia berkata kepada kami bahwa ia boekan orang politie? Doesta seriboe kali! Kami tidak sekali-kali menoendjoekkan ketakoetan menghadapi dia, dan memang sedikit poen tidak ada ketakoetan dalam hati kami berhadapan dengan dia! Kalau si Belanda tetamoe itoe maoe tahoe, bolehlah ka-mi njatakan di sini: kami telah pernah bekerdja mendjadi militair, dan soedah pinter djoega main bedil dan pedang. Kalau ia tidak pertjaja, bolehlah datang sekali lagi di kantor F.A. boeat melihat soerat-soerat tandanja.
Boleh djadi seorang jang bertabi’at ,,monjet” sadja dan kebetoelan maboek whisky melihatkan tanda-hormat dan tanda-kesofanan kami sebagai tanda ketakoetan dan perboeatan gementar!
Masih ada lagi roepa-roepa kebohongan jang disiarkan oleh tetamoe kami jang bertabi’at sebagai ,,monjet” itoe. Dan ketika ia datang di roemah ketoea H.A. Salim tentoelah ia mendapat keterangan, bahwa beliau itoe masih di dalam perdjalanan di Soematera Selatan. Tetapi apakah ia soedah toelis dalam soerat chabarnja? Ia mengatakan : ,,...........en de heer Salim zat bij enkele Arabieren koffie te drinken” (.....dan toean Salim lagi doedoek minoem koffie di roemah beberapa orang Arab). Soenggoeh kebohongan jang seroepa ini menoendjoekkan tabi’at kasar dan ,,koerang adjar” jang keliwat-liwat!
Dan redactie ,,Bintang Timoer”, jg terhadap kepada soerat chabar kita soedah beroelang-oelang bersioel dengan tjoetjoeknja Pers Poetih Pembohong, sekarang ini tidak lalai djoega akan wadjibnja: meniroekan lagak lagoe dan tabi’at ,,kemonjetan” toeannja. Segala toelisan dalam ,,Preanger Bode” jang memoeat roepa-roepa kebo-hongan besar-ketjil itoe, disalin segenapnja dalam soerat chabarnja, dengan ditambah commentar jang setjara tabi’at ,,monjet” djoega.
Dengan bersioel memakai tjoetjoek Pers Poetih Pembohong itoe, redactie B.T. tentoelah bermaksoed djoega menoendjoekkan lebih bagoes kantornja daripada kantor kita, dan lebih besar kekajaannja dari pada kekajaan peroesahaan kita.
Walaupoen hal kekajaan itoe beloem karoean njatanja, mana jang moethlak lebih kaja Bintang Timoer atau Fadjar Asia, boeat mana kami soeka menoendjoekkan segala boekoe-boekoe F.A. kepada sesoeatoe Commissie jang berdiri di tengah-tengah, asal sadja diractie B.T. berani dan soeka berboeat jang demikian itoe, tetapi sjoekoerlah kita kepada Allah Ta’ala, bahwa kami berbahagia bisa membantoe kerdja kepada F.A. sebagai volunteer dan bisa mengikoeti ‘amal Toean dan Njonjah Tjokroaminoto mengeloearkan F.A. oentoek keperloean Agama, Ra’jat, Bangsa dan Negeri toempah darah dengan i’tiqad menambah ‘ibadat kepada Allah Soebhanahoe wa Ta’ala belaka, sehingga haloean F.A. tidak terkena oleh pengaroeh siapapoen djoega, melainkan loeroes menoedjoe haloean jang dilaloeinja ialah: ,,Dengan Allah pada djalannja Kebenaran (Billahi fisabililhaq).
Achir kalam kami bersjoekoer, bahwa redactie B.T. soedah kesekian kali menoendjoekkan haloeannja mengikoeti tabi’at Monjet itoe.
Arjo Djipang
No comments:
Post a Comment