04 September 2008

KETETAPAN KOMANDEMEN TERTINGGI 17 Oktober 1950/5 Muharram 1370

Bismillahirrahmanirrahim

KETETAPAN KOMANDEMEN TERTINGGI




Barang disampaikan Allah kiranja kepada sekalian Komandan Komandan, di seluruh Negara Islam Indonesia.

Hal: Administrasi Keuangan Negara
Assalamu ‘alaikum w.w.,
I. MENGINGAT:
1. Ma’lumat Komandemen Tertinggi No. 1, Lampiran 7;
2. Peraturan-peraturan jang berlaku setempat dan/atau sedaerah-sedaerah; dan
3. Ma’lumat Komandemen Tertinggi No. 6, I, 2B., dan IV, D.

II. MENDENGAR:
Usul-usul dan pertimbangan-pertimbangan, jang dimadjukan oleh Kepala-kepala Madjlis Kehakiman, Madjlis Pertahanan dan Madjlis Keuangan.

III. MENIMBANG:
Perlu diadakan tindjauan-kembali, perubahan dan perbaikan atas administrasi Ke-uangan Negara serta tuntunan djelas tentang hal itu, sesuai dengan kepentingan Negara dimasa Perang.

IV. BERPENDAPAT:
1. Perlu menjalurkan segala tenaga-keuangan Negara kepada instansi-instansi Negara jang bertanggung djawab dan bertugas atasnja, dengan melalui organisasi Negara, jang bersangkutan;
2. Mempergunakan keuangan Negara sebagai salah satu bahan-perang, bagi stabili-sasi Negara, hingga sanggup dan siap-sedia untuk menghadapi segala kemung-kinan (war mimded).

V. MEMUTUSKAN DAN MEMERINTAHKAN:
A. 1. Membuat kartu Penetapan, jang harus didjadikan pedoman menjelesaikan administrasi keuangan Negara, sebagaimana jang termaktub dalam lampiran I hingga VII, daripada Penetapan K.T. Nomor 1 ini;
2. Tiap-tiap Komandemen dan instansi Keuangan Negara jang bersangkutan, diwadjibkan melakukan peraturan-peraturan dalam Penetapan ini, dengan sebaik-baiknja, hingga tenaga keuangan itu mendjadi sjarat dan sebab akan lantjarnja roda pemerintahan Negara Islam Indonesia, serasi dengan tun-tutan Negara dimasa Perang.
B. Barang siapa jang tidak mentjukupi Penetapan ini, akan dituntut sepandjang hukum, sebagaimana mestinja.

VI. WAKTU BERLAKU:
Penetapan Komandemen Tertinggi Nomor 1 ini berlaku, mulai tanggal 1 Nopember 1950.
VII. PASAL TAMBAHAN:
1. Tiap-tiap Ma’lumat, Peraturan, surat-edaran, korespondensi dan lain-lain jang bertentangan dengan Penetapan K.T. Nomor 1 ini, mulai tanggal berlakunja tsb. di atas, dibatalkan, dan tidak berlaku;
2. Penetapan ini berlaku hingga sampai sa’at datangnja Kurnia Allah, dalam ting-katan jang ketiga, ialah dengan lahirnja “Negara Basis” atau “Madinah-Indonesia”. Atau, hingga sampai dikeluarkannja Penetapan K.T. baru jang lainnja, jang mengubah, atau membatalkannja.
IX. Ma nansakh min ajatin au nunsiha na’ti bikhairin minha au mitsliha.
Inna fatahna laka fathan mubina……. Insja Allah. Amin. Bismillahi…… Allahu Akbar.
Mardlatillah, 17 Oktober 1950
5 Muharram 1370

KOMANDEMEN TERTINGGI
ANGKATAN PERANG NEGARA ISLAM INDONESIA,

Plm. T.: S.M. KARTOSOEWIRJO
Diumumkan di: Mardlatillah,
Pada tanggal : 17 Oktober 1950/5 Muharram 1370
K.S.U.
BINTANG-BULAN

LAMPIRAN I
Hal : Ma’na beberapa istilah
1. Infaq.
Infaq ialah: kewadjiban tiap-tiap warga negara terhadap negara, baik jang merupakan harta ataupun benda, jang ditunaikan:
a. ditiap-tiap masa, damai atau perang (infaquddin); dan
b. hanja di dalam masa perang (infaq fi sabilillah).
2. Sidkah tathawu’……………..…..…. ma’lum.
3. Zakat …………………………..…… ma’lum.
4. Fitrah ………………………........... ma’lum.
5. Ta’zir ialah: denda, sepandjang hukum jang didjatuhkan oleh mahkamah.
6. Harta Ma’sum ialah: harta-benda kepunjaan seorang Muslim warga-negara (Mujahid) jang:
a. meninggalkan tempat-kedudukannja, karena tugas atau karena tertawan oleh musuh;
b. tiada orang atau keluarga jang memelihara harta bendanja.
7. Harta Mauquf ialah: harta-benda kepunjaan seorang warga-negara Muslim jang:
a. meninggalkan tempat kedudukannja;
b. tiada persekutuan, sangkutan dan hubungan dengan fihak musuh atau/dan penghianat;
c. tiada orang atau keluarga jang memelihara harta bendanja.
8. Fai’ ialah:
a. barang/harta jang dirampas dari musuh, tidak dengan djalan perang;
b. barang/harta penghianat;
c. barang/harta orang jang bersekutu dengan golongan a. dan b.;
d. barang/harta orang murtad kepada Agama dan Negara;
e. barang/harta jang disediakan untuk atau/dan dipergunakan oleh musuh; dan
f. barang/harta orang dzimi (orang kafir jang dibawah perlindungan Pemerintah Negara Islam Indonesia), jang meninggal dunia, sedang dia tidak mempunjai ahli waris.
9. Ghanimah ialah: segala harta-benda jang diperdapat daripada hasil pertempuran.
10. Harta Shalab ialah: semua barang, ketjuali alat perang, jang ada dan melekat pada badan musuh (tentara atau/dan pengchianat), ketika dia dibunuh diluar keputusan mahkamah. Barang-barang jang dibawa, di luar jang ada dan melekat pada badannja, ketika ia dibunuh, maka barang-barang itu adalah Ghanimah. Sedang barang-barang jang ditinggalkannja (di rumah dan kekajaan lainnja) adalah harta Fai’.
Adapun barang-barang jang diperdapat dari musuh atau/dan pengchianat, karena mendjalani hukuman mati atas keputusan Mahkamah, maka barang itu bukanlah Shalab, melainkan masuk barang Fai’.

LAMPIRAN II
Hal Pembagian Infaq Negara (Lampiran I, 1, a.).
1. Pembagian Infaq Negara:
1) Desa ………………………………………………………… 25 %
2) K. Kt. (Komandemen Ketjamatan) …………………………. 20 %
3) K.K. (Komandemen Kabupaten) ………………………….. . 15 %
4) K.D. (Komandemen Daerah) ……………………………….. 15 %
5) K.W. (Komandemen Wilajah) …………………………….… 15 %
6) K.T. (Komandemen Tertinggi) ……………………………… 10 %
2. Pembagian Sidkah, Zakat dan Fithrah:
Seperti jang telah diatur oleh Hukum Sjara’

LAMPIRAN III
Hal Pemeliharaan harta Ma’sum dan Mauquf
Harta Ma’sum dan Mauquf dibagi menjadi dua matjam:
1. Barang dan harta, jang tidak dapat diangkat; dan
2. Barang dan harta jang dapat diangkat.
1). Pemeliharaan harta Ma’sum dan Mauquf, jang tidak dapat diangkat.
Jika harta Ma’sum dan Mauquf jang dipelihara itu membuahkan hasil, maka pendapatan bersih daripadanja, dibagi sebagai jang berikut:
(1). 20 % untuk Pemelihara atau pengusaha;
(2). 20 % ,, Desa;
(3). 15 % ,, K.Kt. (Komandemen Ketjamatan).
(4). 15 % ,, K.K. (Komandemen Kabupaten).
(5). 10 % ,, K.D. (Komandemen Daerah).
(6). 10 % ,, K.W. (Komandemen Wilajah).
(7). 10 % ,, K.T. (Komandemen Tertinggi).
2). Pemeliharaan harta Ma’sum dan Mauquf, jang dapat diangkat:
(1). Pengangkutan dan pemeliharaan atasnja, ditugaskan kepada Kmd. K.Kt. jang bersang-kutan, dengan pengawasan K.K.
(2). Tiap-tiap instansi Negara mempunjai hak untuk mempergunakan harta Ma’sum dan Mauquf tersebut di atas, dengan pemeliharaan baik-baik, setelah berdamai dengan Kmd. K.Kt. jang bersangkutan.
(3). Laporan ini dikirimkan oleh Kmd. K.Kt. tersebut, kepada Kepala Mdjelis Keuangan, dan tembusannja kepada K.K.
Tjatatan:
(1). Harta Ma’sum jang dipelihara dan dipergunakan oleh Negara itu, boleh dipulangkan kembali kepada jang mempunjai, apabila ia telah kembali ditempat tinggalnja dan ternjata bebas daripada tuntutan hukum, sepandjang keputusan Mahkamah.
(2). Harta benda Mauquf jang dipergunakan dan dipelihara oleh Negara itu, boleh dipulangkan kembali kepada jang mempunjainja, apabila ia telah kembali ditempat tinggalnja dan ternjata bebas daripada tuntutan hukum, sepandjang keputusan Mahkamah.
(3). Harta Mauquf jang termaktub didalam lampiran III tjatatan (2), beralih sifat dan hukumnja mendjadi Harta Fai’, bila jang empunja ternjata masuk salah satu golongan, seperti jang ter-tulis dalam Lampiran I angka 8 huruf a. hingga f.

LAMPIRAN IV
Hal Pembagian harta Fai’
Harta Fai’ dibagi menjadi dua matjam, ja’ni:
(1). Barang-barang jang dapat diangkat (roorende guderen) dan
(2). Barang-barang jang tidak dapat diangkat (on rurende guderen).
1. Pembagian barang-barang Fai’ jang dapat diangkat:
(1) 4 % untuk Imam/Plm. Tertinggi dan keluarganja;
(2). 4 % ,, Mashalihul-Muslimin, di bawah kekuasaan Imam/Plm. T.;
(3) 4 % ,, Fukara dan Masakin;
(4). 4 % ,, Jatama;
(5). 4 % ,, Ibnu-Sabil;
(6). 20 % ,, Tugas Tentara-pendudukan, atau/dan Tentara jang ikut serta dan ditugas-kan untuk perampasan tsb., kesatuan polisi dan Baris jang bersangkutan (jang mengerdjakan).
(7). 10 % ,, Desa, dimana barang itu dirampas;
(8). 10 % ,, K.Kt. jang bersangkutan;
(9). 10 % ,, K.K. jang bersangkutan;
(10). 10 % ,, K.D. jang bersangkutan;
(11). 10 % ,, K.W. jang bersangkutan;
(12). 10 % ,, K.T.
2. Pembagian barang harta Fai’ jang tidak dapat diangkat:
Jika pemeliharaan dan pengusahaan barang-barang itu memberikan hasil, maka pendapatan bersih daripadanja diatur sebagai berikut:
(1). 4 % untuk Imam/Plm. Tertinggi dan keluarganja;
(2). 4 % ,, Mashalihul Muslimin, di bawah kekuasaan Imam/Plm. Tertinggi;
(3). 4 % ,, Jatama;
(4). 4 % ,, Fuqara dan Masakin;
(5). 4 % ,, Ibnu Sabil;
(6). 20% ,, Pengusaha;
(7). 15% ,, Desa;
(8). 15% ,, K.Kt.;
(9). 10% ,, K.K.;
(10). 7 ½% ,, K.D.;
(11). 7 ½% ,, K.W.; dan
(12). 5 % ,, K.T.
Tjatatan:
1. Tentang hasil pendapatan sendjata, berlaku atasnja peraturan jang termaktub dalam Ma’lumat Militer No. I, Lampiran I, 25 Djanuari 1949.
2. Di Ketjamatan, dimana belum ada pemerintahan Negara Islam Indonesia, maka hak Koman-demen Ketjamatan jang tersebut dalam Lampiran IV, angka 1 (8), diberikan kepada Tentara, Polisi dan Baris jang mengerdjakan.
3. Pembagian jang tertulis dalam Lampiran IV, angka 1 dan 2, angka (1) hingga (5) (semuanja 20%), harus diserahkan kepada Kepala Madjlis Keuangan. Dalam hal ini, Kepala Madjlis Keuangan diwadjibkan untuk menjampaikan amanat-amanat Allah itu, kepada masing-masing mustahiqnja.
4. Barang Fai’I jang tidak dapat diangkat maka pendaftaran dan pemeliharaannja ditugaskan kepada K.Kt. jang bersangkutan dengan pengawasan K.K. kemudian laporan tentang hal ini disampaikan oleh Kmd. K.Kt. tsb. kepada Kepala Madjlis Keuangan dan tembusannja disampaikan kepada K.K.

LAMPIRAN V
1. Hal Pembagian Ghanimah
Semuanja pendapatan Ghanimah, dengan segera harus dibagi menurut aturan sebagai berikut:
(1). 4 % untuk Imam/Plm. Tertinggi dan keluarganja;
(2). 4 % ,, Mashalihul Muslimin, dibawah kekuasaan Imam/Plm. Tertinggi;
(3). 4 % ,, Fuqara dan Masakin;
(4). 4 % ,, Jatama;
(5). 4 % ,, Ibnu Sabil;
(6). 25 % ,, Kesatuan Tentara, Polisi, Baris dll, jang ikut serta dalam gerakan diwaktu mendapatkan Ghanimah (mengerjakan);
(7). 10 % ,, Bataljon jang kesatuannja ikut serta melakukan tugas tersebut, dalam (6); jika dalam kesatuan daripada beberapa bataljon, maka djumlah ini (10%) dibagi rata atas banjaknja bataljon jang bersangkutan.
(8). 5 % ,, Bataljon jang memegang Teritorium;
(9). 5 % ,, Detasemen Polisi, jang memegang Daerah;
(10). 15 % ,, Komandemen Ketjamatan, darimana Ghanimah itu diperoleh.
(11). 15 % ,, Resimen jang daerah gerakannja itu masuk dalam daerah tugasnja; dan
(12). 10% ,, Divisi jang bersangkutan.
2. Hal Shalab
Shalab harus diberikan kepada pembunuh atas musuh atau dan penghianat, diluar keputusan Mahkamah.

LAMPIRAN VI
Hal: Tugas
1. Kepala Daerah, ja’ni: Kmd. Desa, Kmd. K.Kt,dan Kmd. K.K., jang daerahnja diduduki oleh Tentara Islam Indonesia atau/dan Polisi Islam Indonesia, wadjiblah bertanggung djawab sepenuhnja tentang djaminan bagi keperluan Tentara dan Polisi jang bersangkutan.
Dalam pada itu harus dilakukan beleid jang bidjaksana dan sebaik-baiknja, terutama di dalam usaha dan kerdjasama antara pihak Komandemen, Polisi dan Tentara jang bersangkutan.
2. Kmd. Desa dan Kmd. K.Kt., jang daerahnja ditempati oleh keluarga Tentara atau/dan instansi Negara jang alinnja, haruslah berusaha sekeras-kerasnja untuk mentjukupkan djaminan bagi keperluan keluarga-kelurga jang bersangkutan. Dalam hal inipun harus dilakukan usaha jang sebaik dan sebidjaksana mungkin.
3. Di dalam kalangan K.W. dan Divisi, demikian pula di dalam kalangan K.D. dan Resimen pada masing-masingnja hanja diadakan satu djawatan keuangan.
4. Kepala Madjlis Keuangan dan Kepala Djawatan Keuangan bertanggung djawab sepenuhnja atas segala bleid Keuangan Negara jang ditugaskan kepadanja, kepada Komandemen masing-masing jang bersangkutan dan kepada pihak jang di luarnja.
5. B.P.H.M. dan lain-lain badan jang serupa itu jang tidak mempunjai sifat tetap (tidak permanen) dan jang berkenaan dengan administrasi Keuangan Negara dalam salah satu beberapa bagian daripadanja. Dengan penetapan Komandemen Tertinggi No. 1 ini, dihapuskan.

LAMPIRAN 7
Hal: Peraturan tambahan
1. Peraturan saluran Keuangan bagi Madjlis-madjlis dan Djawatan-djawatan, jang ditetapkan pada tahun 1949 dan kemudiannja, pada garis besarnja masih tetap sah dan berlaku.
2. Kas Madjlis-madjlis dan Djawatan-djawatan adalah bagian daripada kas komandemen jang bersangkutan.
3. Lebih landjut periksalah Peraturan Keuangan Madjlis-madjlis dan Djawatan-djawatan jang bersangkutan!
4. Peraturan-peraturan lain, jang belum termaktub di dalam Penetapan K.T. Nomor 1 ini, akan diintruksikan oleh masing-masing jang bersangkutan.

Tjatatan K.P.W.B. I.
Berdasarkan atas persetudjuan dari K.T., sehubungan dengan dikeluarkannja M.K.T. No. 11, 12, 13 dimana terdapat penambahan instansi jaitu K.P.W.B., maka pendapatan keuangan menurut P.K.T. No. 1 mengenai Infaq dan Fai” (jang dapat diangkat) disesuaikan dengan kepentingannja dan ditentukan sebagai berikut:
I. Infaq:
1. 25% untuk…………………………. ... Desa;
2. 20% untuk…………………………. ... K.Kt.;
3. 15% untuk…………………………. ... K.K.;
4. 12,5% untuk…………………………. ... K.D.;
5. 12,5% untuk…………………………..... K.W.;
6. 10% untuk………………………....…. K.P.W.B; dan
7. 5% untuk…………………....………. K.T.
II. Fai’ (jang dapat diangkat) :
1. 4% untuk…………………………….. Plm. T./Imam & Kelurganja.
2. 4% untuk…………………………….. Jatama;
3. 4% untuk…………………………….. Mashalihul-Muslimin;
4. 4% untuk…………………………….. Fuqara-Masakin;
5. 4% untuk…………………………….. Ibnu-Sabil;
6. 4% untuk…………………………….. Kesatuan jang bergerak;
7. 7,5% untuk…………………………….. Desa;
8. 7,5% untuk…………………………….. K.Kt.;
9. 7,5% untuk…………………………….. K.K.;
10. 7,5% untuk…………………………….. K.D.;
11. 7,5% untuk…………………………….. K.W.;
12. 15% untuk…………………………….. K.P.W.B.;
13. 7,5% untuk…………………………….. K.T.
----------------

No comments: