04 September 2008

HIKMAH & AJARAN DARIPADA PERDJALANAN SOETJI Isra’ dan Mi'rajD RASOELOELLAH CLM.

Oleh :

S.M. Kartosoewirjo



Bismillahirrahmanirrahim


SOEMBANGSIH


Barang disampaikan Allah kiranja kepada segenap Pedjoeang Soetji, Pembina Negara Koernia Allah, Negara Islam Indonesia,
di
Medan Bakti Soetji


Assalamoe’alaikoem War. Wab.
Waba’doe, maka dengan ini kami persembahkan seboeah tanda bakti kepada Dzat Wadjiboel Woedjoed, seboeah soembangsih bagi setiap Moedjahid Pembina Negara Koernia Allah, Penggalang Negara Islam Indonesia, terwoedjoedlah seboeah kitab ketjil, jang berisikan “Hikmah dan Adjaran dari Perdjalanan Soetji, Isra dan Mi’radj Rasoeloellah Clm.”, jang diperoleh dari tindjauan I’tibar-I’tibar Ma’ani dan Madjazi.
Semoga isi kitab ketjil ini bisa mendjadi tambahan bahan-bahan pensoetji roeh, pengoeat djiwa dan pendorong ‘amal Li-i’lai Kalimatillah, bagi setiap pembatjanja, jang ingin menghambakan diri sepenoehnja kepada Allah semata. Demi kesoetjian Islam, demi kedaulatan Negara Islam Bangsa Indonesia dan demi kepentingan Oemmat Islam Bangsa Indonesia seloeroehnja. Dengan karena tjoerahan sebanjak-banjak sesempoerna-sesempoerna Hidajatoellah dan Hidajatoettaoefiq djoea adanja. Semoga Ia berkenan Mendengar dan Menghibahnja.
Insja Allah. Amin.
Demikian harapan Pengarang.

Wassalam,
M.H.
Giridjaja S.P., 7 Radjab 1374 H.

BAB I
KALAM AWAL


Soebhanallah, walhamdoelillah wasjsjoekroe liLlah,
wala-haoela wala-qoewwatta illa billahil-‘alijil’adzim.
Maha Soetji-lah Allah, zat jang telah berkenan meng-isra-kan hamba-Nja, Moeham-mad bin Abdoellah, Rasoeloellah Clm., pada sebagian malam dari Masdjidil Haram ke Masdjid Aqsa, agar soepaja ia berkenan memperlihatkan kepadanja akan ajat-ajat-Nja, tanda-tanda Kekoeasaan-Nja. Maha Soetji-lah Ia, Dzat Maha mendengar dan Maha Mengetahoei. Maha Soetji-lah Allah, jang telah berkenan memboeka tabir ghaib jang telah menjeloeboengi segenap titah-Nja, bagi setiap hamba dan kekasih-Nja menoeroet kehendak-Nja semata. Soeatoe kenjataan bathin dan persaksian roehani, jang mendjadi pangkal dan soember dari segala kekoeatan dlahir dan bathin, kesoetjian roeh dan kebesaran djiwa, ketentraman hati dan kesempoernaan ‘amal shaleh, menghambakan diri kepada Allah belaka.
Soeatoe koentji pemboeka kebahagiaan dan keselamatan dlahir dan bathin, di doenia sehingga di achirat, Ialah satoe-satoenja arah dan kiblat, oedjoeng pengharapan dan tjita-tjita manoesia, jang bertoehankan kepada Allah dan bernabikan kepada Rasoeloellah Clm.
Sjahdan, maka dengan ini kami, hamba-Nja jang amat dlo’if, fakir dan miskin dalam segala sesoeatoe, choesoesnja mengenai bagian-bagian ‘ilmoe dan ‘amal sepan-djang toentoenan dan adjaran-Nja, ingin mentjoba memberanikan diri oentoek memper-sembahkan soeatoe dharma bakti moetlak kepada-Nja, berwoedjoedkan seboeah tindjaoean dan tela’ah, pendjeladjahan dan koepasan, atas soeatoe soal bathin, mengenai sekitar Perdjalanan Soetji Isra dan Mi’radj Rasoeloellah Clm. Soeatoe jang tetap hangat dan urgent sepandjang masa bagi kaoem ‘oelama dan hoekama di dalam tiap-tiap zaman dan keadaannja, hingga Jaoemal Qijamah.
Perloelah terlebih doeloe kami njatakan dengan dada terboeka dan hati jang toeloes ichlas, bahwa keberanian kami mengarang boekoe ini boekanlah sekali-kali karena kami merasa termasoek golongan 'Arifin billah, ialah orang-orang jang dipandaikan Allah menemboes tabir ghaib, meneropong alam dibalik koeboer, dan menjaksikan barang sesoeatoe jang ada di belakang tirai rahasia, di belakang hidjab (warail hidjab). Melainkan semoeannja itoe hanjalah bersandarkan atas pengetahoean jang sempit, pengertian jang pitjik dan faham jang dangkal.
Tindjaoean ini di sana-sini dihiasi dengan adjaran-adjaran ‘ilmoe tasawwoef dan filsafatoel adabijah, berdasarkan atas Aqaidoel Iman, ‘ilmoe Aqaid, ‘ilmoe Kalam atau ‘ilmoe Ma’rifat, sekedar jang diteteskan Allah atas hamba-Nja jang serba kekoera-ngan dalam segala sesoeatoe.
Selain daripada itoe perloelah kami njatakan di sini, bahwa segenap isi jang terkandoeng di dalamnja tetaplah mendjadi pertanggoengdjawaban dlahir dan bathin dari Pengarangnja pribadi. Dalam pada itoe, ta’ poetoes-poetoesnja kami senantiasa mengharap-harapkan Sih-Koernia dan Hidajat-Nja jang sempoerna, serta sebanjak-banjaknja Taoefiq dan Maghfirah-Nja. Adapoen persoalan Isra dan Mi’radj dalam erti dan harga hakikinja, tidaklah mendjadi perbintjangan dalam karangan ini boekanlah oeroesan machloek sebodoh dan selemah pengarang ini, melainkan hak Allah semata. Sedang perdjalanan indah dan moelia jang telah dialami oleh Moehammad bin Abdoellah, hamba dan kekasih-Nja Nabi dan Rosoel-Nja, tetaplah hak Rasoeloellah Clm. pribadi, tiada seorangpoen di loear beliau, jang dapat menjaksikan dan menga-wasinja, ikoet serta atau boleh tjampoer tangan di dalamnja.
Dalam hoeboengan ini, perloelah kita menjesoeaikan hemat dan pendapat kita dengan sikap dan pendirian Aboe Bakar Ashidiq R.A., salah seorang sahabat Nabi jang tersekat (Akrab), tatkala Rasoeloellah Clm. ditanja oleh gerombolan Aboe Djahal dan komplotan Aboe Lahab, jang memang sengadja mengedjek-ngedjek dan menghina-hina Nabi, sekembali Beliau dari perdjalanan soetji itoe.
Atas pernjataan kepada pengchianat Islam, pembentji Nabi dan pemoengkir Allah “Apakah Aboe Bakar masih djoega pertjaja kepada Moehammad bin Abdoellah, dalam hoeboengannja dengan Isra dan Mi’radj, jang dilakoekan dan dialaminja hanja sebahagian dari soeatoe malam?”, maka mendjawablah Aboe Bakar Ashidiq: ”Kalau Nabi berkata, bahwa beliau telah melakoekan Isra dan Mi’radj, moelai Masdjidil Haram ke Masdjidil Aqsha, kemoedian teroes ke Moestawan dan poelang kembali, dalam sebagian dari soeatoe malam, maka, “saja pertjaja” akan kebenaran berita itoe, walaupoen terdengar loear biasa dan djanggal sekalipoen, karena Moehammad bin Abdoellah selaloe benar dan ta’ pernah bohong.” Demikianlah intisari dari djawaban Aboe Bakar, jang menoendjoekkan soeatoe kejakinan jang koeat dan kepertjajaan jang penoeh, atas kebenaran Rasoeloellah Clm.
Semoga dalam lapangan ini, Allah berkenan melimpahkan sebesar-besar Hidajat dan Taoefik-Nja, obor bathin pelita roehani, atas sekalian hamba-Nja, jang sengadja hendak menoempahkan segenap djiwa raganja oentoek mengabdi kepada-Nja semata.
Ialah isjarat dan sebab jang bisa mendjadi koentji kebesaran dan keloehoeran harkat deradjat manoesia, “indallah wa ‘indannas”, koentji kedjajaan dan kemenangan, koentji memperoleh koernia jang maha besar dari-Nja, Koernia dlahir dan bathin, di doenia hingga di achirat kelak, koernia dalam tiap-tiap lapangan dan tingkatan, sebagaimana jang telah didjandjikan oleh-Nja kepada setiap hamba-Nja, jang sanggoep dan mampoe melakoekan segala perintah-Nja dengan tiada tawaran atau pilihan atas-nja.
Moedah-moedahan kita sekalian didjadikan Allah orang-orang dan oemmat jang dipandaikan-Nja mendjalankan segala perintah-Nja dan mendjaoehi segala larangan-Nja. Ialah oemmat wasath, oemmat pilihan Allah, jang patoet dan pandai menerima, menikmati dan mensjoekoeri koernia-Nja jang Maha Besar, oemmat jang dipandaikan Allah mengoeasai segala matjam godaan bathin dan ganggoean nafsoe jang sesat dalam diri pribadi maoepoen di loearnja, oemmat jang dipertjajakan Allah oentoek tidak hanja mengoeasai doenia kini dan menerima bahagia di achirat kelak, melainkan djoega mendjadi soember bahagia dan kesentausaan, pangkal kesedjahteraan dan perdamaian bagi segenap peri-kemanoesiaan di seloeroeh doenia. Insja Allah. Amin.
Demikianlah hendaknja nasib baik dan deradjat loehoer jang bisa kita miliki, djika kita soenggoeh-soenggoeh ta’at sepenoehnja kepada Allah, Rasoeloellah Clm. dan kepada Oelil Amri Islam, atau Pemerintah Negara Koernia Allah, Negara Islam Indonesia.
Selandjoetnja kepada sekalian pembatja dan pentelaah jang bidjak dan boediman, sangatlah dipoedjikan dan diharapkan hendaklah berlakoe tertib dan hati-hati, teliti, dan seksama (di dalam menelaah kitab ini) agar daripadanja dapat diperoleh natidjah dan hasil jang sebaik-baiknja, sebesar-besarnja dan sebanjak-banjaknja. Baik bagi keper-loean diri pribadi maoepoen bagi kepentingan masjarakat dan negara jang tengah kita perdjoeangkan, bagi kepentingan choesoes maoepoen ‘oemoem, bagi keselamatan doenia maoepoen kebahagiaan achirat. Djika nanti diketemoekan di dalamnja barang sesoeatoe jang salah dan keliroe, sesat atau chilaf jang menjesatkan, hendaklah karena Allah soeka memperbaikinja, kemoedian tolonglah kirimkan perbaikan (koreksi) itoe langsoeng kepada pengarang kitab ini diboeboehi dengan alasan-alasan, keterangan-keterangan dan pendjelasan-pendjelasan jang sah, koeat dan tjoekoep. Dan sebaliknja, djika didapat kebenaran dan kenjataan dan sifat apa dan manapoen djoega, soedi apalah kiranja soeka menjiarkan seloeas moengkin kepada setiap orang atau golongan, jang moestahiq menerimanja.
Sebeloem dan sesoedahnja, oetjapan Alhamdoelillah dan terima kasih sebanjak-banjaknja perloelah kami njatakan atas oesaha dan keichlasan para pembatja jang ''arif boediman itoe.
Hanja kepada Allah djoea kami senantiasa mengharapkan sebesar-besarnja dan sebanjak-banjaknja maghfirah, atas segala kesalahan dan kekeliroean jang amat moemkin kami perboeat dalam oesaha ini, baik dengan sadar maoepoen dengan tidak sengadja. Dan hanja kepada-Nja poelalah kami selaloe mengharapkan tjoerahan rahmat dan Ridla-Nja, Hidajatoellah dan Hidajatoettaoefiq, ditoentoen dan disampaikannja di maqam jang dilipoeti rahmat dan Ridla-Nja, dipenoehi dengan Ni’mat dan Koernia-Nja.
Amin, Amin, Amin, Ja Moedjibassailin.
------------

BAB II

AGAMA DAN
‘ILMOE PENGETAHOEAN MANOESIA
Agama dalam ma’na Ad-Din adalah soeatoe Peratoeran jang ditoeroenkan Allah kepada para Anbija dan Rasoel-Nja, bagi keselamatan dan kebahagiaan segenap perikemanoesiaan pada zamannja. Peratoeran itoe mengandoeng toentoenan dan petoendjoek, peladjaran dan pendidikan, ‘ilmoe dan ‘amal, tjontoh tauladan dan ibarat dan segala sesoeatoe lainnja dalam tiap-tiap segi lapangan dan tingkatan, moelai dari hal jang seketjil-ketjilnja hingga jang sebesar-besarnja, moelai keperloean seseorang (pribadi) hingga kepentingan seloeroeh oemmat dan semesta alam, alam ghoib maoepoen alam dlahir (sjahadah) mengenai doenia fana hingga doenia abadi, bagi keselamatan doenia ketjil (mikrokosmos) dan kesedjahteraan doenia besar (makrokosmos).
Walhasil dengan serba singkat bolehlah dikatakan, bahwa apa jang dinamakan Agama adalah Peratoeran-peratoeran Allah atau Oendang-Oendang Koernia Allah, jang ditoeroenkan bagi kepentingan dan keperloean hamba-Nja semasa hidoepnja, oendang-oendang soetji itoe mengandoeng segala faktor-faktor hidoep dalam semoea segi, lapang-an dan tingkatan, melipoeti segenap kepentingan dan keperloean manoesia selama hidoepnja di doenia mendjelang alam baqa, dimana tiap-tiap machloeq apa dan mana-poen djoega menghadapi kehadirat-Nja, oentoek memboeat perhitoengan oentoeng dan roegi, laba atau tjelaka, dengan neratja dan oekoeran ‘amal masing-masing, dlahir dan bathin, jang diperboeatnja di kala hidoepnja.
Hatta, maka manoesia adalah machloeq Allah jang dianoegerahi-Nja akal dan pengetahoean, faham dan pengertian, ialah alat-alat jang bisa dipergoenakannja oentoek melakoekan atau meninggalkan segala sesoeatoe, selama hajat dikandoeng badan, selama roeh bersemajam dalam toeboeh djasmani.
Dengan sjarat-sjarat ini dan beberapa faktor lain, maka hidoep dan kehidoepan manoesia di doenia bergerak madjoe selangkah demi selangkah, meninggalkan zaman lampau menghampiri masa depan. Dengan tjepat atau lambat, ta’ berhenti dari abad ke abad, sedjak moela manoesia dititahkan Allah di alam fana ini, maka proses seroepa itoe berdjalan teroes menoedjoe ke arah kemadjoean, ketjerdasan, ketinggian, keloehoe-ran dan kesempoernaan, melaloei berbagai tingkat dan berbagai lapangan, maka salah satoe bagian dari kemadjoean dan ketjerdasan otak jang bisa ditjapai oleh manoesia, mendekati alam sempoerna, adalah jang dinamakan ‘ilmoe atau pengetahoean (we-tenschap), ialah soeatoe koempoelan pengalaman, pendjeladjahan dan pendapat dalam ketjerdasan akal manoesia sepandjang masa.
‘Ilmoe dioedji dan disempoernakan dengan praktik, dengan boekti, dengan kenja-taan, dengan ‘amal oesaha, sesoeai dengan tingkatan ‘ilmoe terseboet. Kemoedian timboellah daripadanja sekoempoelan natidjah dalam bentoek dan sifat-sifat tertentoe, bisa diraba dan dirasakan, ditjoba dan dioedji, diperiksa dan diteliti. Koempoelan dan himpoenan hasil-hasil kemadjoean dan ketjerdasan ini dinamakan orang “technik.” Oleh karena kedoea bentoek ketjerdasan manoesia ini selaloe bergandengan dan isi mengisi seakan-akan tidak berpisah satoe dengan jang lainnja, maka doea istilah dan doea faham itoe lambat laoen bergaboenglah mendjadi satoe istilah dengan satoe faham “Pengeta-hoean dan Technik”, atau seringkali djoega dibalik seboetannja “Technik dan Penge-tahoean”.
Sjahdan, maka ketjerdasan ‘ilmoe dan technik dewasa ini soedahlah mentjapai tingkatan jang amat tinggi sekali. Seakan-akan ‘ilmoe dan technik memboeat dan meningkatkan manoesia mendjadi machloeq jang maha koeasa, jang kekoeasaannja melipoeti dan menggenggam seloeroeh doenia, di darat dan di laoet maoepoen di oedara.
Kalau doeloe orang menganggap doenia bagaikan tikar menghampar loeas, jang tidak dikenal oedjoeng pangkal dan tepinja, maka kini manoesia bisa terbang menge-lilingi doenia hanja di dalam beberapa hari sadja. Perdjalanan dari satoe benoea ke benoea lainnja dilakoekan ibarat boeroeng terbang dari pohon ke pohon dengan hampir-hampir tidak perloe memeras tenaga atau memboeang waktoe, laksana halilintar jang menjambar-njambar membelah angkasa.
Walhasil, kini segala sesoeatoe dilakoekan dengan alat-alat serba modern berda-sarkan ‘ilmoe dan technik manoesia jang ditjapai hingga sa’at ini. Oleh sebab itoe, maka dewasa ini, di abad atom atau abad hydrogen ini, ‘ilmoe dan technik mendjadi pangkal dan dasar manoesia berfikir dan berboeat, melipoeti dan mengoeasai dirinja. Ia ta’ dapat lepas dan menghindarkan diri daripadanja, baik dalam hidoep dan kehi-doepan sehari-hari maoepoen dalam pergaulan hidoep sedoenia. Inilah sebabnja, maka pada abad atom atau abad hydrogen ini, orang moedah sekali dipermainkan oleh ‘ilmoe dan technik, barang sesoeatoe jang diboeat dan dialami oleh manoesia sendiri. Ta’ bedanja dengan toekang pahat pemboeat patoeng, jang memoedji-moedji dan menjem-bah-njembah patoeng boeatannja sendiri, berbakti kepada benda jang mati, bertoehankan kepada alam jang tidak berdaja dan tidak berkoeasa, seperti (berbakti kepada) pentjipta dan pemboeatnja sendiri.
Maka persembahan kepada benda dan pentoehanan kepada harta doenia, “andad” namanja, jang lazim diseboet “materialisme” (dahrijah), itoe adalah salah satoe djalan sesat jang lagi didjalani dan digemari orang pada abad atom ini. Karena orang silau melihat alam sekelilingnja jang serba modern dan tjemerlang ini, loepa kepada Pemboeat, Pentjipta dan Penitahnja. Loepa kepada Soember Pemboeat atom, Pemboeat hydrogen dan Pemboeat benda apa dan manapoen djoega, jang kini (benda terseboet) mendjadi berhalanja setiap kaoem dahrijin (materialisten). Tegasnja: loepa kepada Allah, Dialah Pemboeat sardjana dan machloeq-machloeq lainnja jang seroepa itoe, dan Pemboeat ‘ilmoe dan technik jang didjadikan sesembahan kaoem dahrijin dewasa ini. Begitoelah selandjoetnja.
Inilah Maha faktor dan Maha sebab, jang menimboelkan dan mendlahirkan sege-nap faktor di doenia. Dan djoestroe inilah jang diloepakan manoesia. Karena manoesia hanjalah melihat koelit, ta’ kenal akan isinja, tahoe machloeq ta’ kenal akan chaliqnja, tahoe akan alam tapi boeta kepada Allah, jang memboeat, memelihara, dan mengatoer-nja; meraba garam tapi ta’ merasakan asinnja.
Setinggi-tinggi bangau terbang, djatoehnja ke koebangan djoega. Tegasnja: “se-tinggi-tinggi ‘ilmoe dan technik manoesia memboemboeng tinggi menemboes mem-belah angkasa, tetapi barang apa jang ditemoekan, diraba dan dilihatnja diperiksa dan diselidikinja, dipertjaja dan dijakininja, hanjalah benda, alam dan adam (kosong=tiada sesoeatoe) belaka”. Ta’ tahoe dan tidak mengenal Allah, alias boeta kepada Pemboeatnja, Chaliqil ‘alamin. Sajang.
Bahkan, ‘ilmoe dan technik jang seharoesnja diperalat oleh manoesia, tetapi ke-moedian didjadikan berhala sesembahannja, lebih dapat menjesatkan manoesia dari apa jang bisa disangka dan dikira-kira. Disebabkan pandangannja jang sempit dan penge-tahoeannja jang berat sebelah serta fahamnja jang dangkal itoe, maka manoesia moedah menoendjoekan sikap megah, tjongkak dan takaboer, menolak dan memboeang tiap-tiap sesoeatoe jang dianggapnja beloem dapat masoek akalnja, beloem diketemoekan perhitoengannja, dan mengatasi segala pengetahoean dan pengertiannja. Sikap pendirian bathin atau filsafat hidoep manoesia seroepa ini makin mendjaoehkan dia dari rasa ke-agamaan, rasa soesila jang soetji, lepas dari toentoenan Ilahi dan adjaran-adjaran para anbija Allah jang moerni. Dengan sendirinja, mau atau tidak mau, sadar atau tidak sadar, maka golongan manoesia atau bangsa jang sematjam itoe kian hari kian bertambah mendekati djoerang keroentoehan dan kedjatoehannja, mengham-piri tepi neraka doenia dan neraka Achirat.
Satoe mitsal agaknja bisa memberi gambaran akan nasib manoesia di masa jang akan datang. Djika perang doenia ketiga petjah --Insja Allah-- peristiwa dahsjat dan hebat itoe akan tiba, maka seloeroeh doenia akan terlibat dalam peperangan. Bom atom dan hydrogen, bom cobalt dan lain-lain alat hypermodern, hasil daripada pengetahoean dan technik ultramodern, akan digoenakan. Kini, semoeanja itoe soedah mendekati kepada kelengkapan dan kesempoernaannja. Masing-masing pihak seka-rang telah siap sedia dengan sebanjak-banjak alat pembasmi machloeq doenia sematjam itoe.
Apa gerangan akibat semoeanja itoe? Sebagian besar doenia ini akan hantjoer leboer, peradaban doenia akan moesnah binasa, bersama-sama dengan nafsoe angkara moerka dan nafsoe anti Toehan, jang kini mengoeasai dlahir dan bathin manoesia dahri. Kalaulah soedah terdjadi demikian, maka manoesia baroelah menanja tertje-ngang, dan sadar; baroe tahoe akibat kesalahan dan kekeliroeannja, dan baroe sadar akan natidjah kesesatan dan kedjahilannja. Tapi Ö.. soedah terlambat sajang.
Dengan satoe tamsil ini sadja kiranja orang bisa mendapat gambaran, bahwa nasib manoesia dahri, penjembah berhala patoeng modern boeatannja sendiri (‘ilmoe dan technik), di masa datang akan memboenoeh diri dengan sendjatanja sendiri (andad), menemoei adjalnja jang sesat dan doerhaka. Na’oedzoebillahi min dzalik.
Beloem djoega diriwajatkan tentang pendapat dan pendirian, faham dan pengertian manoesia tentang persoalan ma’ani, seperti soal hidoep (het leven, the life), Roeh (ziel), Achirat (Soerga dan Neraka), Qadar dan Qadla, Ba’ats (hidoep kembali sesoedah mati), Qijamah (hari Pembalasan), ‘Arasj, Koersi, Laoeh-Mahfoedz, dan persoalan lain sematjam ini. Menjelidiki dan mengoepas, mendjeladjah dan memetjahkan persoalan ini, demikian poela persoalan sekitar Isra dan Mi’radj Rasoeloellah Clm., boekanlah barang sesoeatoe jang moedah. Karena oentoek menjelami dan mengenal persoalan ini tidak tjoekoep hanja dengan ketjerdasan otak serta ‘ilmoe dan technik jang tinggi. Melainkan teroetama sekali amat diperloekan kesoetjian roehani, ketadjaman penglihatan bathin, keadilan timbangan, keloehoeran boedi dan ketinggian achlak, serasi dengan adjaran Al-Qoer'an, jang ditafsirkan oleh Rasoeloellah Clm. dalam Soennahnja jang meroepakan perintah dan larangan, keoetamaan dan ketjaman, harapan dan tjegahan. Achirnja di dalam bab ini hendak kami singgoeng sikap dan pendirian manoesia, dalam lingkoengan Oemmat Islam sendiri, mengenai persoalan jang kami loekiskan dengan ringkas di atas.
Karena pengaroeh gelombang besar dari laoetan ‘ilmoe dan technik modern, maka manoesia --djoega Moeslim ingin menempatkan dirinja dalam apa jang dinamakan orang golongan “modernisten” itoe. Ia tidak hanja tjoba-tjoba menafsirkan Islam dengan ‘ilmoe jang diperolehnja, tetapi atjapkali tampak gedjala-gedjala jang membahajakan. Islam seakan-akan diperkosa dan dipaksakan haroes sesoeai dengan ‘ilmoe pengetahoean dan technik, boekan sebaliknja.
Maksoednja moemkin amat baik sekali. Seperti: memberi keterangan-keterangan modern atas beberapa dalil Al-Qoer'an atau Soennah Rasoeloellah Clm., mitsalnja: Jang dikatakann dengan “7 langit dan 7 boemi” di dalam Al-Qoer'an ialah “7 planet dan 7 langit dari planet-planet terseboet. Toedjoeh planet jang dimaksoedkan ialah: (1) Merkoerioes, (2) Venoes, (3) Mars, (4) Joepiter, (5) Satoernoes, (6) Oeranoes, dan (7) Neptoenoes, sedang doenia (Boemi) kita sendiri berada di antara jang terseboet pada angka (2) dan (3). Keterangan ini moengkin masih dianggap orang benar sebeloem tahoen 1929, tahoen diketemoekannja planet ke 8, jakni Ploeto. Tapi sesoedah itoe hingga kini, teranglah dengan boekti jang njata bahwa keterangan atau tafsir terseboet salah! Demikianlah satoe tamsil, jang menoendjoekkan satoe gedjala membahajakan dalam tjara manoesia berfikir dan memandang sesoeatoe.
Dalam hal ini, orang haroes pandai membatasi dirinja. Djangan terdjeroemoes kepada kesimpoelan “Islam haroes sesoeai dengan ‘ilmoe pengetahoean”, jang ingin menjesoeaikan Islam dengan wetenschap. Melainkan seharoesnja wetenschap haroes disesoeaikan dengan Islam, oentoek memperloeas pengetahoean Islam, oentoek mem-perdalam faham Islam, serta oentoek menjempoernakan ”’amal” dan ”’ilmoe Islam”. Djadi, kesimpoelan “Islamitisch wetenschap” (wetenschap jang diper-Islam-kan) atau “wetenschappelijk Islamisme” (Islam jang diper- wetenschap-kan) adalah satoe kesim-poelan jang sesat dan menjesatkan.
Karena Islam, pada dasarnja, mempoenjai sifat-sifat jang tetap (constant), sedang-kan ‘ilmoe manoesia senantiasa beroebah-oebah, berkoerang atau bertambah, menoeroet ketjerdasan otak manoesia pada tiap-tiap zaman. Tegasnja: Islam “kalau perloe” boleh bertentangan dengan kehendak, pengertian dan pengetahoean manoesia. Tetapi penge-tahoean dan pengertian manoesia, ‘ilmoe dan technik jang benar, tidak boleh dan tidak akan bertentangan dengan adjaran Islam.
Dengan ini, maka kita tetap berpedoman kepada apa jang diwadjibkan Allah dan Nabi-Nja, dan mengoetamakan (mensoennatkan) apa jang dioetamakan (soen-natkan) Allah dan Nabi-Nja. Djangan sebaliknja, mengoetamakan sesoeatoe jang di-wadjibkan Allah dan Rasoel-Nja. Atau dengan kata-kata jang lebih tegas lagi: Wadjib tetaplah wadjib hoekoemnja, dan soennat tetaplah soennat hoekoemnja, dan tidak boleh dipoetar balik seenaknja menoeroet kehendak dan keinginan manoesia.
Wadjib haroes didahoeloekan daripada soennat. Djangan sekali-kali soennat men-dahoeloei wadjib. Lebih-lebih lagi djangan melakoekan soennah, tetapi meninggalkan wadjib. Islam di atas segala sesoeatoe. Djoega di atas segala ‘ilmoe dan technik jang manapoen.
Dengan oeraian ringkas di atas, boekanlah sekali-kali maksoed kami hendak menge-tjam ‘ilmoe pengeetahoean dalam hoeboengannja dengan Agama Islam. Bahkan sebalik-nja, kita haroes pandai menghimpoenkan sebanjak-banjak ‘ilmoe sampai kepada tingkat setinggi-tinggi, bagi menjempoernakan segala ‘amal bakti jang ditoegaskan Allah atas kita masing-masing dan penglihatan kita sekalian, oentoek memperloeas pandangan dan penglihatan kita dalam mempeladjari ‘ilmoe Islam, oentoek memperdalam penger-tian dan faham kita dalam mentelaah Islam.
Maksoed mengoempoelkan sebanjak-banjak ‘ilmoe boekanlah sekali-kali oentoek mendjaoehkan diri dari Islam, soepaja keloear dari adjaran soetji, atau goena mentjari djalan sesat, atau oentoek menemoei djalan dan oesaha jang dilaknat Allah, satoe koetoek jang menjebabkan ketjelakaan dan keroegian doenia dan achirat!! Boekan!, sekali lagi, boekan! Peringatan dan adjakan ini kami toedjoekan kepada kawan-kawan seagama, jang masih salah paham dan keliroe pendapat, dan jang soeka meninggalkan sjari’at Nabi, karena pengaroeh bathinijah sesat, jang bisa toemboeh daripadanja.
Golongan angkatan moeda, kaoem moetaawilah, jang terpengaroeh oleh doenia dan kedoeniaan, atjapkali meninggalkan jang wadjib dalam agama, baik jang enteng maoepoen jang berat, jang moedah maoepoen jang soekar. Teroetama djika wadjib terseboet tidak serasi dengan nafsoenja; nafsoe jang beralaskan kepada dalil-dalil pengetahoean atau “modernisme” jang diboeat-boeat dan direka-reka, dengan alasan-alasan jang dianggap dapat melepaskan mereka daripada toegas dan wadjib jang di-bebankan Allah atasnja.
Sebaliknja, dalam lingkoengan golongan angkatan toea, kaoem moeta-achirah (diantaranja: jang soeka menamakan dirinja “kaoem moehaqqiqin”) poen terdapat poela kegandjilan jang seroepa itoe, dengan alasan-alasan dan keterangan jang kadang-kadang sebaliknja daripada pihak pertama terseboet di atas. Tetapi kedoea-doea alasan terseboet semata-mata bersandarkan kepada “kedoeniaan” belaka. Walhasil, dalam hoeboengan ini inginlah kami tetap menjatakan seroean dan harapan: Tjarilah alasan-alasan oentoek mengoeatkan dan menjempoernakan wadjib, sepandjang adjaran Islam, dan djanganlah mentjari-tjari dan mereka-reka alasan oentoek koefoer kepada Allah dan Rasoel-Nja, oentoek moertad dari Islam.
------------

BAB III
NILAI HIKMAH DAN ADJARAN
SEPANDJANG I’TIBAR MA’ANI DAN MADJAZI

Sebagaimana telah kami njatakan di atas, maka doedoek perkara hakikinja atau kenjataan jang sebenarnja daripada apa jang dinamakan Isra dan Mi’radj itoe, tidaklah akan kami singgoeng-singgoeng dalam karangan ini. Demikian poela sekitar persoalan “apakah Perdjalanan terseboet dilakoekan dengan djasad dan roeh, ataukah dengan roeh sadja”, dan lain-lain persoalan seroepa itoe. Sebab pembitjaraan dan hoedjah jang berlaroet-laroet dalam lapangan ini, tidaklah akan memberi kata poetoes dan kepoeasan kepada semoea pihak, dan tidak poela akan memberi kepoetoesan dan pemetjahan jang pasti atasnja, serta djoega tidak akan menimboelkan goena dan faedah jang bermanfa’at daripadanja. Tjoekoeplah kiranja, djika persoalan sematjam itoe kami serahkan kepada ahli tasawwoef dan filsafat, jang memang memiliki keahlian dalam lapangan ini. Silahkan!
Adapoen jang hendak kami raba dalam karangan ini, dan tjoba-tjoba mendjeladjah dan memetjahkannja, ialah mengambil peladjaran dan pendidikan dan menarik hik-mah dan manfa’at daripada I’tibar-I’tibar Ma’ani dan Madjazi, mengenai Perdjalanan Soetji Isra dan Mi’radj Rasoeloellah Clm. Semoea itoe hendaklah mendjadi sebab tertanamnja ‘ilmoe rasich, jang meresap dalam djiwa dan hati sanoebari kita, dan ke-moedian lahirlah hendaknja ‘amal saleh daripadanja, ‘amal bakti soetji kehadlirat Ilahi belaka. Maka dalam oeraian ini kami akan membatasi diri dengan I’tibar-I’tibar atau ibarat-ibarat, jang bisa diperoleh dari penindjauan dan penglihatan Ma’ani dan Madjazi, soeatoe tjara jang tidak lazim dilakoekan oleh para pengarang.
Adapoen djika kami di sini sengadja tidak menjinggoeng-njinggoeng dan membitja-rakan persoalan hakiki, boekanlah sekali-kali karena kami sjak akan kebenarannja, melainkan karena kami tidak ingin mempersoelit persoalan, jang memang soedah tjoe-koep soelit-roemit itoe, dan tidak poela ingin menimboelkan bingoeng dan pertentangan faham dalam lingkoengan ‘oelama dan hoekama jang membatjanja.
Djadi, tjara mengoepas dan mengoeraikan, mendjeladjah dan menjimpoelkan, mengambil hikmah dan memetik adjaran daripadanja, demikian poela mengenai ba-han-bahan jang mendjadi pangkal oeraian, memang sengadja diboeat sedemikian roepa, sehingga bisa diharapkan hasil natidjah jang baik, bagi kepentingan dan keper-loean masjarakat ramai dalam lingkoengan Oemmat Islam sendiri. Agar dengan tjara demikian lebih-lebih mendalamlah kesadarannja, jakni: kesadaran beragama (Islam minded), kesadaran bernegara (Negara Islam Indonesia minded) dan kesadaran melakoekan dan melaksanakan segala toegas Ilahi.
Kesadaran (bewusthied) seroepa inilah jang hendaknja mendjadi milik tiap-tiap Moeslim, teroetama Moedjahid. Ialah soeatoe faktor penting, jang memperkoeat Iman dan Tauhid, menggelorakan semangat soetji, dan mendorong kepada ‘amal saleh jang sempoerna, sepandjang adjaran Islam jang soetji moerni.
Dengan kebangkitan djiwa (geestelijke herleving) daripada setiap pemeloek Agama Islam, teroetama kebangkitan djiwa para pemimpinnja (‘oemara dan ‘oelama), maka Oemmat Islam akan sadar, bahwa mereka haroes memiliki djiwa hidoep, djiwa dinamis. Boekan djiwa mati atau setengah mati, djiwa jang pinsan atau loempoeh.
Sementara itoe, karena Islam sendiri mempoenjai sifat hidoep, maka manoesia jang hidoep (roehani dan djiwanja) memeloek Agama jang hidoep (Islam), boekan agama jang bekoe, Insja Allah mendjadi Moeslim jang hidoep. Boekan moeslim karena adat, moeslim karena toeroenan, atau moeslim jang tidak sadar, tidak tahoe dan tidak mengenal isi agamanja, tahoe goela ta’ kenal manisnja, tahoe garam ta’ kenal asinnja. Begitoelah ibaratnja. Djadi kata-kata “hidoep” di sini boleh dima’nakan: hidoep roehnja, djiwanja, akal pikirannja, faham pengetahoeannja, djasadnja dan lain-lain sebagainja.
Djika demikian halnja, nistjajalah Islam akan mendjadi Agama jang moelia-loehoer dan tiada sesoeatoe agama lainnja jang mengatasinja. Atau dengan kata-kata lain “Islam uber Alles”, atau Islam di atas segala sesoeatoe.
Inilah beberapa sebabnja, maka kami sengadja mengambil beberapa tamsil atau I’tibar Ma’ani dan Madjazi dari Perdjalanan Soetji Isra dan Mi’radj Rasoeloellah Clm., satoe tindjaoean dengan tjermin ma’ani dan madjazi, oentoek memperoleh hikmah dan adjaran, berkat dan manfa’at dari padanja.
Oleh sebab itoe, djika nanti diketemoekan barang sesoeatoe jang tampaknja djanggal, karena tidak lazim dipakai, dikatakan atau dipergoenakan orang, hendaknja djangan lekas-lekas menerima atau menolaknja, menjetoedjoei atau menjangkalnja. Tetapi hendaklah pentelaahan atasnja dilakoekan dengan lebih teliti dan seksama, agar terhindar daripada keliroe dan salah sangka.
Adapoen djika ada seorang atau beberapa orang hamba Allah jang diboekakan hidjab baginja, karena izin dan keehendak Allah semata, maka anggaplah hal itoe sebagai tjoerahan koernia langsoeng daripadanja ‘Azza wa Djalla kepada setiap hamba-kekasih-Nja jang disoekai-Nja. Sih-koernia bathinijah seroepa itoelah jang senantiasa diharap-harapkan oleh hamba Allah jang sengadja melakoekan soeloek bathinijah, menempoeh djalan ma’ani, menoedjoe Ma’rifatoellah! Harap makloem dan mafhoem.

-------------

BAB IV

KEDAAN SEBELOEM ISRA DAN MI’RADJ
Sedjak moela Rasoeloellah Clm. menerima noeboewah dan risalah, serta kemoe-dian menjiarkannja di dalam lingkoengan oemmat manoesia disekelilingnja, maka sedjak itoe dari kalangan kaoem djahilin, moesjrikin dan kafirin qoeraisj timboellah tentangan dan penolakan, tjelaan dan hinaan, tjertjaan dan makian, pentertawaan dan pentjemo-ohan, edjekan dan hasoetan, jang achir kemoediannja memoentjak mendjadi kebentjian dan permoesoehan, fitnah dan aniaja.
Pada tahoen 5 N (tahoen ke-5 sedjak Nabi Moehammad menerima wahjoe, atau tahoen Kenabian ke-5, diringkas: 5 N), terdjadilah Hidjrah pertama para sahabat/pengikoet Rasoeloellah Clm. jang setia ke Habsji, satoe negeri jang pada waktoe itoe dikoeasai oleh seorang radja (nadjas) Nasrani. Djoemlah Moehadjirin pertama itoe terdiri daripada 11 orang lelaki dan 4 orang perempoean. Mereka meninggalkan kam-poeng halamannja, sanak keloearganja, negeri dan tanah airnja, hanja karena mentjin-tai dan memeloek Agama Soetji, mengikoeti toentoenan Ilahi, jang diadjarkan oleh Moehammad bin Abdoellah, Rasoeloellah Clm., dan karena ta’ tahan lebih lama lagi menghadapi kekedjaman dan keganasan kaoem kafirin Qoeraisj.
Demikian poelalah alasan dan sebab-sebab Hidjrah kedoea, djoega ke Habsji, ja-ng dilakoekan oleh para sahabat Nabi pada achir 5 N atau awal 6 N. Pada waktoe itoe, paman Nabi jang amat setia, pembela dan pelindoeng kemenakannja jang dikasihinja, diantjam dan dipaksa oleh kaoem Qoeraisj, soepaja soeka berdaja oepaja oentoek menghentikan propaganda Islam, jang dilakoekan kemenakannja, Moehammad bin Abdoellah, Rasoeloellah Clm. Di kala Aboe Thalib –demikian nama paman Nabi jang bersangkoetan– menjampaikan pengharapan chianat kepada Rasoeloellah Clm., agar soeka mengaboelkan pengharapan orang-orang Qoeraisj, maka beliau mendjawab, jang maksoednja antara lain: “kami tidak akan menghentikan toegas soetji melakoekan dan menjiarkan Islam, hingga kami mentjapai kemenangan atau mati binasa dalam oesaha melaksanakan perintah-perintah Allah itoe.”
Sesoeai dengan sikap Nabi, maka achirnja Aboe Thalib-poen menolak poela an-tjaman kaoem kafirin Qoeraisj itoe, dan mengikoeti dengan setia djedjak Nabi, sambil melindoengi dan membelanja daripada oesaha-oesaha djahanam, jang dilantjarkan oleh pihak kafirin Qoeraisj.
“Orang boleh menempatkan Matahari di tangan kanankoe dan Boelan di tangan kirikoe, namoen kami tidak akan menghentikan oesaha soetji, toegas Ilahi ini”, demikian-lah kata-kata jang meloentjoer dari lisan Rasoeloellah Clm., dalam mendjawab antjaman, pengganasan, keboeasan dan kedlaliman kaoem kafirin Qoeraisj. Perloe poela ditjatat satoe peristiwa pahit, jang meroepakan boikot sosial, jang mentjegah Rasoeloellah Clm., beserta pengikoet-pengikoet beliau berdjoeal beli dan melakoekan perkawinan dengan pihak Qoeraisj choesoesnja dan orang-orang Arab di loear Islam ‘oemoemnja.
Pada masa itoe demikianlah terkenal di dalam riwajat, dapoer Nabi pernah bebera-pa boelan lamanja tidak mengepoelkan asap, satoe tanda, bahwa penderitaan telah me-moentjak tinggi. Boikot sosial itoe telah berlakoe koerang lebih 3 tahoen lamanja, sedjak 7 N hingga 10 N. Oedjian berat itoe agaknja masih djoega beloem dianggap tjoekoep. Melainkan ditambah lagi dengan meninggalnja Aboe Thalib, paman Nabi jang amat setia dan selaloe berboeat selakoe pelindoeng dan pembela kemenakannja.
Masih djoega oedara dan soeasana pedih, pahit dan getir itoe melipoeti keloearga Nabi, maka toeroenlah lagi oedjian jang maha berat bagi pribadi Rasoeloellah Clm. dengan wafatnja Siti Hadidjah, ialah seorang jang pertama-tama masoek Islam, isteri Nabi jang teramat setia, penghiboer di masa doeka-tjita dan lara, pendorong di masa tertimpa tekanan dlahir dan bathin dari pihak kafirin djahanam. Oleh sebab itoe, ma-ka tahoen-tahoen toeroennja tjoba dan goda, oedjian dan imtihan daripada Allah itoe, di dalam riwajat, terkenal dengan nama “Am-oel-Hoezn” atau tahoen-tahoen berdoeka-tjita.
Soenggoehpoen pada masa itoe boikot sosial telah batal dan gagal, namoen propa-ganda Rasoeloellah Clm. menjiarkan Agama Allah di tempat-tempat sekeliling Mekkah, seperti Thaif, tidaklah menghasilkan barang apa jang diharapkan. Bahkan sebaliknja. Hanja kedjoeroesan Jatsrib (kemoedian: Madinah) hasil oesaha soetji itoe agak memoe-askan. Terboekti dengan terdjadinja Ba’iat Aqabah pertama dan kedoea, jang masing-masing berlangsoeng pada achir 11 N dan achir 12 N., di mana segolongan orang-orang Jatsrib menjatakan soempah kesetiaannja terhadap kepada Rasoeloellah dan lebih djaoeh kepertjajaannja terhadap Agama Islam.
Keadaan dan kedjadian sebeloem Isra dan Mi’radj itoe dengan tepat di gambarkan di dalam Firman Allah, dalam soerah Al-Baqarah ajat 155:
“Walanabloewannakoem bi-sjaiin min-al-chaoefi wal-djoe’I wanaqshin min-al-amwali wal-anfoesi watstsama-roti wabsj-sjirishobirin.”
“Pastilah Kami (Allah) akan mentjoba kamoe dengan segala sesoeatoe (dengan segala matjam tjobaan) dengan takoet, dengan lapar, dengan keroegian dan kekoerangan harta benda, dengan kekoerangan (atau kehilangan) kawan-kawan (seperdjoeangan), dengan (kekoerangan) boeah-boeahan, maka Kami akan menoeroenkan boesjro (berita baik, berita gembira, atas) orang-orang jang sabar (menderita, koeat, tahan dan oelet dalam perdjoeangan soetji).”

Hikmah dan Adjaran
Alhamdoelillah segala sesoeatoe jang termaktoeb di atas, bagi kaoem Moedjahi-din penggalang Negara Koernia Allah, Negara Islam Indonesia, boekanlah hanja ‘ilmoe dan teori-teori, melainkan disaksikan kebenarannja dengan boekti-boekti penga-laman jang njata. Bahkan pengalaman-pengalaman dan penderitaan-penderitaan kita selama ini bolehlah dibandingkan dan dinisbatkan dengan keadaan dan kedjadian pada zaman Rasoeloellah Clm., moengkin hanja beda sifat dan bentoeknja. Seperti terdjadinja boikot sosial jang dilantjarkan oleh kaoem kafirin Qoeraisj terhadap kepada Nabi beserta keloearganja, termasoek di dalamnja Bani Moethalib dan Bani Hasjim, dan para sahabat Nabi jang teramat setia, bolehlah pada zaman sekarang dibandingkan dengan blokade gerombolan kafirin pantjasila terhadap kepada para Moedjahidin Indonesia, jang tengah memperdjoeangkan Agama Allah dan Negara Koernia Allah, bagi menegakkan Kalimatillah!
Blokade dalam segala segi dan lapangan termasoek dilakoekan oleh golongan djahilin pantjasila, bertahoen-tahoen lamanja, disertai dengan keboeasan dan pengga-nasan jang tiada taranja dalam riwajat manoesia beradab. Bahkan hingga kini keadaan seroepa itoe masih teroes berlangsoeng, walaupoen soedah agak soeroet, karena pantjasila makin kehilangan tenaganja, oentoek melandjoetkan oesahanja jang djahanam itoe! Sekali lagi, Alhamdoelillah, bagi kita kaoem Moedjahidin ‘oemoemnja oedjian dan tjoba Allah ini soedahlah dapat kita limpahan tolong dan koernia Allah djoea dan dengan karena perlindoengan dan pemeliharaan-Nja belaka. Kesengsaraan dan penderitaan dlahir dan bathin adalah batoe oedjian Iman, Tauhid dan ‘amal Djihad kita. Selama itoe kita digembleng dan ditepas, ditapis dan diperas djasmani dan roehani, dlahir dan bathin, sehingga timboelah intinja manoesia, Moedjahid 100% jang sanggoep menegakan Kalimatillah, sampai tetes darah hemboesan nafas jang penghabisan.

-------------

BAB V
NOEZOELOEL AJAT DAN TERDJADINJA MOE’DJIZAT
Sepandjang penjelidikan tarich Islam dan pendjeladjahan ‘ilmoe Noezoeloel Qoer'an, maka peristiwa jang setengah ghaib berwoedjoedkan Perdjalanan Soetji Isra dan Mi’radj Rasoeloeloellah Clm. itoe terdjadi pada malam tanggal 27 boelan Radjab tahoen 12 N., ialah sa’at jang amat penting dalam sedjarah Rasoeloellah Clm. Sa’at bersedjarah ini tiap-tiap tahoennja diperingati dan dirajakan oleh ratoesan djoeta oemmat manoesia pemeloek Agama Islam di seloeroeh doenia, dengan bermatjam-matjam tjorak dan ragam, dalam berbagai-bagai sifat dan bentoek, menoeroet keadaan dan adat istiadat setempat atau sedaerah.
Lebih djaoeh njatalah soedah, bahwa peristiwa penting itoe berlakoe di dalam masa tahoen-tahoen doeka-tjita, dikala toeroen berbagai tjoba dan goda, dalam aneka warna sifat dan bentoeknja. Atau koerang lebih 8 boelan sebeloem Hidjrah Rasoeloellah Clm. dari Mekah ke Madinah, sedjak tanggal 4 hingga 12 Rabi’oel Awal tahoen 13 N, atau tahoen 1 H (hidjrijah), atau pertengahan tahoen 622 M (Masehi), ialah salah satoe titik atau patok dalam sedjarah Islam jang terkenal hingga sa’at ini.
Adapoen keterangan hal ini lebih landjoet, periksalah bagian-bagian lainnja. Oleh sebab itoe, maka setengah ‘oelama moefassirin dan sebagian daripada hoekama berpendapat, bahwa kedoea peristiwa penting itoe (1) Isra dan Mi’radj, dan (2) Hidjrah; adalah doea hal jang tidak dapat dipisah-pisahkan satoe dengan jang lainnnja, seperti: isi dengan koelitnja, goela dengan manisnja, bathin dengan dlahirnja, atau sebab dengan akibatnja. Dibelakang, baiklah hal ini kita tindjau lebih djaoeh.
Peristiwa penting seperti Isra dan Miradj Rasoeloellah Clm. itoe dalam riwajat dan adjaran Islam, terkenal dengan nama Moe’djizat. Ialah barang sesoeatoe jang loear biasa, jang menakdjoebkan; atau peristiwa besar jang mentjengangkan, atau pe-ristiwa hebat jang menakoetkan.
Adapoen Moe’djizat itoe, sepandjang hemat kami, boekanlah barang sesoeatoe jang diboeat atau di’amalkan oleh nabi karena ketjakapan dan kepandainnja, karena ‘ilmoe dan kepertjajaannja. Boekan poela barang sesoeatoe jang segadja dipertontonkan sebagai pameran jang menakdjoebkan segenap penonton dan penggemarnja, seperti sematjam soelap, sihir dan lain-lain, melainkan Moe’djizat adalah “Soeatoe tanda kekoeasaan Allah, jang dinjatakan atau ditoedjoekan kepadanja Nabi dan Rasoel-Nja, dan kepada hamba kekasih jang disoekai-Nja, oentoek memperkoeat dan memper-tegoeh kejakinan dan kepertjajaannja kepada Maha Besar dan Maha Koeasa Allah atas segala sesoeatoe, oentoek lebih membersihkan tekad dan niatnja melakoekan toegas Ilahi, sepi dari sjak dan tjoeriga, lepas dari doega dan wasangka, dan penoeh dengan kepertjajaan akan benarnja segenap apa jang ditoeroenkan-Nja, djoega atas benar dan tepatnja djandji-djandji Allah kepada sekalian Hamba-Nja”
Djadi, dengan serba ringkas bolehlah dikatakan, bahwa Moe’djizat adalah Perboeatan-perboeatan Allah (Af’aloeLlah) Pribadi. Tiada’ sesoeatoe diloearnja, jang dapat dan boleh tjampoer tangan didalamnja. Tegasnja: Perboeatan-perboeatan Allah jang bersifat Takwin. Oleh sebab itoe, maka peristiwa-peristiwa sematjam itoe lepas dan diatas segala matjam penjelidikan. Tidak menghendaki setoedjoe dan sepakat ma-noesia, tidak memboetoehkan bantahan dan sangkalannja, dan tidak memerloekan ketja-man dan edjekannja. Maka tetaplah Perboeatan-perboeatan Allah itoe didalam kesoetji-annja jang semoela, tidak bertambah, karena dipoedji-poedji dan disepakati manoesia, dan sebaliknja, tidak poela berkoerang harga dan nilainja hanja disebabkan karena tjer-tjaan, hinaan, penolakan dan sangkalan manoesia jang manapoen djoea.
Alangkah besar dan tinggi nilai dan harga Koernia Allah itoe. Koernia jang boleh dilimpahkan-Nja kepada sekalian hamba dan kekasih-Nja, jang pandai mene-rima, menjaksikan, mensjoekoeri dan menikmatinja.

Hikmah dan Adjaran
Selandjoetnja, bagi kita Moedjahidin pendoekoeng Negara Koernia Allah, maka Koernia senisbat itoe, jang boleh dilimpahkan Allah atas kita, berwoedjoedkan apa jang lazim diseboet orang: Ma’oenat dan Karamat. Pada tiap-tiap sa’at dan dimana-mana tempat tanda kekoeasaan Allah itoe boleh ditoeroenkan-Nja dengan soeka-Nja. Koernia Allah ini beroepakan perlindoengan dan tolong langsoeng daripada-Nja, Hidajatoellah dan Hidajatoettaoefiq jang selaloe mendjadi obor pelita bagi setiap pedjoeang soetji dalam melakoekan toegasnja; kesentausaan bathin dan kekoeatan djiwa membadja, jang tahan segala matjam oedjian, semangat soetji menjala-njala jang ta’ koendjoeng padam dalam melaksanakan segala perintah Ilahi, ‘amal oesaha djihad berperang pada djalan Allah jang dilakoekannja dengan tekad isti’anah, dengan ‘amal Istiqamah dan Istitha’ah, dengan tidak menghiraukan goda dan tjoba, serta tahan oedji jang manapoen djoega.
Beloem poela kita disampaikan-Nja kepada nikmat Koernia jang maha besar jang boleh dilimpahkan Allah atas sekalian Moedjahidin, jang langsoeng atau tidak langsoeng mendjadi Rahmat bagi sekalian Oemmat Islam Bangsa Indonesia —ber-oepakan: dlahir-nja Keradjaan Allah dimoeka boemi Indonesia, tegak tegoeh berdirinja Negara Koernia Allah, Negara Islam Indonesia, dan berlakoenja Hoekoem-hoekoem Allah jang soetji atas segenap oemmat dan masjarakat Indonesia, dalam tiap-tiap lapangan dan lapisan; seperti Rahmat dan Koernia Allah jang telah dilimpahkan-Nja atas sekalian hamba-Nja, kaoem moehadjirin dan anshar, pada zaman awal Madinah, kemoedian daripada Hidjrah.
Oleh karena itoe, pandailah hendaknja kita sekalian mensjoekoeri dan menikmati segala tolong dan koernia Allah itoe, baik jang ditoeroenkan dimasa lampau maoepoen jang akan datang dianoegerahkan di zaman mendatang, zaman mendjelang dlahirnja Kebesaran dan keadilan Allah dipermoekaan boemi Indonesia.

--------------

BAB VI
MA’NA ‘OEMOEM DAN
MAFHOEM ATAS BEBERAPA ISTILAH
Sebeloem berandjak kepada persoalan sekitar I’tibar Ma’ani dan Madjazi, jang akan mendjadi pangkal oeraian dalam karangan ini, maka terlebih doeloe dengan sepintas lintas akan kami oeraikan ma’na ‘oemoem Isra dan Mi’radj Rasoeloellah Clm. dan mafhoem atas beberapa istilah jang berkaitan dengan persoalan terseboet.
1. Isra
Adapoen jang dikatakan dan dimaksoedkan dengan kata-kata Isra disini adalah “Perdjalan Rasoeloellah Clm. pada malam 27 Radjab tahoen 12 N., dari Masdjidil Haram (Mekkah) ke Masdjidil Aqsha (Baital Maqdis), dengan melaloei antara lain: (1) Jatsrib, (2) G. Toersina, dan (3) Baital Lahm.”
Inilah ma’na choesoes dalam hoekoem sjar’i tentang Isra, dengan serba singkat, berdasrkan atas Firman Allah didalam Kitab-Nja, soerah Bani Isarail, ajat 1:
“Soebhanalladzi asra bi-‘abdi-hi lailan min-al-masdjidil-harami ila-l-masdjidil-aqsha-lladzi barak-na haoelahoe li-noerijahoe min ajati-na, innahoe Hoe-wassami’oel bashir”
Indonesianja koerang lebih:
“Maha Soetjilah (Allah) Dzat jang telah meng-Isra-kan (mendjalankan) hamba-Nja (Moehammad bin Abdillah, Rasoeloellah Clm.) pada (sebagian daripada) soeatoe malam (jakni: Tanggal 27 Radjab thn 12 N), dari Masdjidil Haram (Mekkah) ke Masdjidil Aqsha (baital Maqdis) jang kami berkahi sekelilingnja, agar soepaja Ia (Allah) berkenan memperlihatkan tanda-tanda-Nja (tanda-tanda Kekoeasaan Allah) bahwasannja Allah Maha Mendengar dan Maha Melihat (Maha Mangetahoei).”
Selandjoetnja: Isra bererti “Berdjalan pada malam hari” boekan pada siang hari atau waktoe jang lainnja. Tetapi tidaklah tiap-tiap “perdjalanan pada malam hari” boleh dinamakan Isra, melainkan djika perdjalanan itoe dilakoekan “hanja karena kehendak dan kekoeasaan Allah mutlak,” dan bukan karena kehendak atau keinginan machloeq jang bersangkoetan. Kaki bergojang dan bergerak, madjoe dan berhenti, langsoeng karena digojangkan dan digerakan, dimadjoekan dan diperhentikan oleh kekoeasaan Allah. Djasad dan segenap pantja indera melakoekan atau meninggalkan soeatoe ‘amal, hanjalah karena toendoek takloek dan mengikoeti dengan patoehnja Kehendak dan Kekoeasaan Allah.
Demikian poelalah perdjalanan Roeh dengan alat-alat dan anggauta-anggautanja jang haloes (lathif), jang menjatakan Allah mata noeraninja akan ajat-ajat-Nja, tanda-tanda Kekoeasaan Allah jang indah, moelia dan loehoer itoe. Djadi boekanlah sekali-kali karena Roeh pandai melihat dan menjatakan (ma’rifat), melainkan karena Allah berkenan memboeka hidjab ma’ani, tabir ghaib dan tirai rahasia, bagi dia. Begitoelah selandjoetnja.

Hikmah dan Adjaran
Kita haroes pandai melakoekan atau meninggalkan segala ‘amal, dhahir dan bathin, kerena patoeh dan ta'at menoeroet kehendak dan bersandarkan diri moetlak kepada Kekoeasaan Allah belaka. Tegasnja: hanjalah karena ta'at kepada perintah Allah semata.
Segala ‘amal dilakoekan atau dihentikan, sesoeai dengan adjaran Kitaboellah, dan seteroesnja. Insja Allah, itoelah satoe-satoenja djalan jang benar, menoedjoe Mar-dlatillah dlahir dan bathin, choesoesi dan oemmi, di doenia dan diachirat.
“Wahadza Shiratha Rabbika Moestaqima…” dan “Wallah jad’oe ila darissalam…”
2. Mi’radj
Ma’na Mi’radj dalam adjaran Islam adalah tangga (djalan, wasilah) jang dipakai oleh arwah para Anbija Allah, para Rasoeloellah dan para shalihin, memandjat tinggi, naik menghadap (moenadjat) kepada Allah. Djadi boekan tangga loeghawi, jang kita kenal di doenia ini.
Mengingat warna, sifat bentoek dan letak serta kesanggoepan tangga itoe, maka hanja arwah soetji jang terseboet diatas itoe sadjalah jang boleh mengindjak tangga itoe dengan izin dan Kehendak Allah djoea. Sedang arwah para hamba Allah jang diperkenankan menghadap dihadlirat-Nja boekanlah sekali-kali karena kemauan atau keinginan ‘amal atau pekerdjaan jang boleh dilakoekan oleh machloeq jang bersangkoetan, melainkan karena Panggilan Allah, dengan Kehendak dan izin-Nja.

Hikmah dan Adjaran
Terhadap kepada Allah, kita hanja mengenal satoe wadjib, ialah wadjib Tawakal, menjerahkan dengan choesjoe dan choedloe-nja, dengan iman sepenoehnja akan Dia, tiada sjak tjoeriga, dan menerima atas barang apa jang ditoeroenkan-Nja atas kita.
Sampai atau tidaknja maksoed dan toedjoean, berhasil dan tidaknja oesaha, dan tertjapai atau tidaknja tjita-tjita, boekanlah oeroesan kita, melainkan Hak Allah semata. Hanjalah kita jakin, bahwa ia akan berkenan menganoegerahkan segala rahmat koernia-Nja jang maha besar, djika kita menoeroetkan perintah-perintah-Nja, dengan tiada tawaran dan pilihan atasnja, karena djandji-Nja Kehendak-Nja dan Kekoeasaan-Nja belaka, itoelah wadjib jang dipertanggoeng-djawabkan atas kita!
3. Dalam adjaran ‘oelama soefi dan para ahli dalam filsafatoel-adabijah, maka diboe-atnjalah tjara-tjara oentoek memahami dan mengertikan ma’na, harga dan nilai Isra dan Mi’radj Rasoeloellah Clm., bagi para hamba Allah jang sengadja ingin tjoba-tjoba mamboeka tabir bathinijahnja, melepaskan ganggoean dan pengaroeh kotoran-kotoran (atsqal) doenia dan kedoeniaan daripada pribadinja. Maka para ‘Arifin billah itoe –demikian istilah jang kami pergoenakan, oentoek menoendjoekkan segolongan manoesia, jang memboekakan Allah hidjab baginja, membagi-bagi Alam ghaib dan Sjahadah, jang dilaloei dalam perdjalanan Soetji Isra dan Mi’radj Rasoel-oellah Clm. sebagai berikoet :
a). Alam Nasoet, adalah alam dalam perdjalanan soetji Isra antara Masdjidil Haram dan Masdjidil Aqsha.
b). Alam Djabaroet adalah alam jang dilaloei dalam Mi’radj Rasoeloellah Clm. moelai langit pertama hingga langit ketoedjoeh. Batas antara Alam Nasoet dan Alam Djabaroet dinamakan Sama’oed-doen-ja (Langit Doenia).
c). Alam Malakoet adalah alam berikoetnja, terhitoeng sedjak Baital Makmoer hingga Sidratoel Moentaha, ialah batas oedjoengnja ketiga ini. Para ‘Arifin billah menga-takan bahwa Sidratoel Moentaha adalah oedjoengnja segenap ‘ilmoe para mahloek dan kesoedahan daripada segenap pengetahoean. Kemoedian dari pada itoe, tiada pengetahoean dan pengertian bagi machloek jang manapoen djoega. Inilah erti i’tibar, sepandjang faham ma’ani daripada kaoem soefi dan para ahli filsafat.
d). Alam Lahoet adalah alam keempat dan jang penghabisan. Alam jang tidak berpangkal dan tidak beroedjoeng, tiada tjorak, sifat dan bentoek, serta tiada poela kiblat dan arah, dan seteroesnja. Walhasil, apa jang dimaksoed dengan Alam Lahoet adalah Alam tiada sesoeatoe melainkan Allah, atau dengan kata lain Alam “la-maudjoeda illa-Llah”.
e). Kepada apapoen manoesia memandang dan melihat, dan kearah manapoen manoesia menghadap dan mengkiblat, tiada lain jang dilihat dan diketemoekannja hanjalah Allah djoea! Tiada sesoeatoe di loear Dia!
f). Berita tentang hal ini banjaklah sampai pada kita. Kesimpoelan daripada berita-berita itoe ialah, bahwa alam ini –jang djoega terkenal dengan nama Moestawan– adalah soeatoe alam jang maha indah, maha agoeng, maha besar, maha tinggi dan “maha” dalam segala hal, di atas segala bandingan dan nisbat, jang boleh dipikirkan dan diketemoekan orang doenia di doenia fana ini. Mengenai hakikatnja perkara jang sebenarnja, kita hanja dapat mengatakan: Wallahoe a’lam. Hanja Allah poelalah Jang Maha Mengetahoei.
Dengan sedikit keterangan terseboet di atas, boekanlah sekali-kali maksoed kami, agar para pembatja mempertjajai atau mengikoeti tjaranja para ‘Arifin billah berpikir dan berboeat. Melainkan semoeanja itoe hanjalah sekedar oentoek memperloeas pengetahoean jang sempit, bagi memperdalam faham jang dangkal, dan goena menjempoer-nakan pengertian jang amat pitjik. Sekali lagi kami tegaskan di sini, bahwa sistem itoe hanjalah meroepakan satoe tjara atau metode oentoek memper-moedah pendjadjahan atas persoalan jang mendjadi pangkal oeraian dalam karangan ini. Boekanlah sekali-kali soeatoe “kenjataan jang pasti” (axioma) atau satoe “boekti jang njata” (realiteit dalam faham dan pengertian kedoeniaan), jang bila demikian halnja tentoelah menghendaki keterangan-keterangan jang djelas-tegas, dengan alasan-alasan jang sah, koeat, tjoekoep dan sempoerna, sepandjang adjaran dan hoekoem sjariat Islam. Hendaklah makloem!
4. Achirnja, dalam bagian ini inginlah kami kemoekakan, bahwa riwajat mengenai Isra diperoleh dan disandarkan atas Dalil Al-Qoer'an dan berita daripada berpoe-loeh-poeloeh Hadits Nabi, sedang perdjalanan Mi’radj diambilnja daripada beberapa Hadist belaka.
Walaupoen demikian, maka pembitjaraan dan oeraian di tanah-air kita mengenai kedoea hal itoe tidak pernah dipisah-pisahkankan dan dibeda-bedakan, tetapi senan-tiasa diseboeahkan di dalam satoe riwajat daripada satoe perdjalanan pada satoe malam jang tertentoe. Demikianlah tjara lazim jang dipergoenakan orang. Hendaklah para pembatja jang bidjak boediman memakloemi dan memafhoemkannja.

-------------

BAB VII
THATH-HIR WA TACHLISH
Semasa masih anak-anak, Moehammad bin Abdillah bermain-main dengan sau-daranja sesoesoe ditengah-tengah padang pasir jang loeas, ikoet menggembala kam-bing. Maka datanglah malaikat pembawa amanat Allah, jang laloe membedah dada anak jang kelak akan mendjadi Nabi kekasih Allah itoe, setelah isi dadanja dibersihkan daripada berbagai kotoran kedoeniaan, maka diambilnjalah oleh Malaikat terseboet barang sesoeatoe dari seboeah bokor mas dan dimasoekkannja ke dalam dada Moeham-mad bin Abdoellah jakni: Iman, Islam, ilmoe dan Hilm (Hikmah). Peristiwa seroepa ini terdjadi poela semasa Rasoeloellah Clm. mengindjak alam dewasa dan tatkala Beliau hendak melakoekan Isra dan Mi’radj. Demikianlah sebagian daripada riwajat Rasoel-oellah Clm. mengenai hal ini.

Hikmah dan Adjaran
1. Djangan segan-segan dan bosan-bosan kita membelah dada (erti: isti’arah= figuur-lijk), oentoek membersihkan dan mensoetjikan bathin, I’tiqad dan niat kita! Djangan poela segan-segan atau maloe-maloe mengakoei kesalahan jang memang kita perboeat. Sebab tanpa Thath-hir wa Tachlish, tiada dasar bersih dlahir dan soetji bathin, maka tidaklah dalam dada, djiwa, roeh dan ‘amal manoesia terdapat tempat bersemajam bagi Iman, Islam, ilmoe dan Hilm (Hikmah). Sehingga segala sesoeatoe jang di’amalkannja akan sia-sia belaka, ibarat deboe terbang ditioep angin, atau sampah tersapoe deboe terbang ditioep angin, atau sampah tersapoe hanjoet oleh air bah!
Djadi Thath-hir wa Tachlis, bersih poetih, sepiring pamrih, ichlas, moechlis, chalisan, moechlisan dan lain-lain sifat seroepa itoe adalah dasar moetlak daripada tiap-tiap ‘amal perboeatan jang benar dan baik, sepandjang adjaran Islam.
2. Iman kepada Allah adalah bekal dan sendi pertama daripada hidoep manoesia berbakti. Tapi Iman tidak akan sempoerna, djika tidak disertai dengan Islam. Ialah boekti-boekti kenjataan akan taslim manoesia kepada perintah Allah. Boekan hanja tinggal dibibir dan di hati sadja, melainkan diwoedjoedkan dalam ‘amal perboeatan jang njata. Selandjoetnja kesempoernaan Iman dan Islam diperoleh dengan memper-banjak, memperdalam dan memperloeas ‘ilmoe dalam segala segi dan lapangan. Ialah ‘ilmoe rasich jang mendjadi pangkal dan pengoeat ‘amal shaleh, boekan ‘ilmoe jang sesat dan menjesatkan, dan boekan ‘ilmoe jang mendjaoehkan diri dari rasa keagamaan dan ketoehanan. Dan achirnja Hilm (Hikmah) timboel daripada penga-laman, penjelidikan dan telaah atas sesoeatoe kedjadian atau peristiwa.
Tanpa ‘amal dan pengalaman, tidaklah akan dapat diperoleh Hikmah daripada sesoe-atoe. Tegasnja: hikmah, jang bisa memperdalam faham, mempertadjam pikiran, memperloeas pengetahoean, memperhaloes boedi-pekerti, mempersoetjikan achlak dan mempertinggi peradaban doenia.
Lebih djaoeh, ‘ilmoe dan Hikmah terkenal poela sebagai pangkal ‘ilmoe tasawwoef daan soember filsafatoel-adabijah, ialah filsafat hidoep dan pegangan atau pedoman hidoep manoesia, mengaroengi laoetan doenia hebat-dahsjat semasa hidoepnja. Oleh sebab itoe, peladjarilah tarich, millah dan soennah para Anbija serta para Rasoel, dan ambilah sebanjak-banjak Hikmah dari padanja!

-------------

BAB VIII
MASDJIDIL HARAM–MEKKAH
Pemberangkatan Rasoeloellah Clm. dalam melakoekan perdjalanan soetji dimoelai dari Masdjidil Haram, di Mekkah.

Hikmah dan Adjaran
Harga nilai Masdjidil Haram atau Masdjid Soetji, ialah pangkal perdjalanan soetji, kiranja moedah dapat kita mengerti. Selain daripada itoe, Masdjidil Haram dengan Ka’bahnja mendjadi Kiblat jang kedoea dan terachir bagi segenap Oemmatoel Moeslimin, hingga Jaoemal Qijamah. Masdjidil Haram letaknja di Mekkah, tempat kelahiran Moehammad bin Abdoellah, jang achirnja setelah menerima noeboewwah dan wahjoe Ilahi, diangkat-Nja-lah mendjadi Nabi dan Rasoeloellah Penoetoep. Mekkah adalah djoega tempat kelahiran Islam, di tengah-tengah kaoem moesjrikin dan kafirin Qoeraisj.
Selain didjadikan pangkal dan soembernja perdjoeangan soetji, menjiarkan Agama Islam dalam lingkoengan kaoem djahilin, maka Mekkah-poen mendjadi oedjoengnja perdjoeangan soetji, kesoedahan dan kesempoernaan perdjoeangan, toeroennja wahjoe jang pertama (di Goea Hira) dan wahjoe jang penghabisan, semasa Rasoeloellah Clm. melakoekan ‘ibadah hadji jang penghabisan (Hadjdjoel-Wada), beberapa sa’at kemoe-dian setelah Fathoel-Maki, kemenangan atas Mekkah, atau terboekanja kota Mekkah bagi Islam. Tegasnja: Kemenangan Islam.
Adjaran bagi kita ialah:
Dengan Islam kita hidoep, dan dalam Islam kita mati. Memenoehi perintah dan panggilan Ilahi, dan dengan Islam kita menang! Oleh sebab itoe, djanganlah tanggoeng-tanggoeng kita ber’amal bakti kepada Allah. Djangan terlambat, terhambat atau terhenti dalam perdjalanan dan perdjoeangan soetji, walaupoen apa dan betapa poela tjoba dan goda jang boleh diletakkan Allah di depan kita! Sempoernakanlah bakti kita, hingga batas kekoeatan jang terachir. Hingga hemboesan napas dan tetesan darah jang pengha-bisan! Hingga Allah berkenan mendlahirkan Keradjaan-Nja, ataupoen ia berkenan memanggil kembali para pedjoeang soetji hamba kekasih-Nja kehadlirat-Nja. Pegang firman Allah:
“Wa’boed robbaka hatta ja’tijakal jaqin.”
Indonesianja koerang lebih:
“Baktikanlah kepada Toehanmoe, hingga datang kejakinan kepadamoe (hingga berdirinja Negara Koernia Allah di doenia, atau mati dalam melaksanakan toegas soetji, toegas Ilahi).”
Dan:
“… fa’inna hizboellahi hoemoel gholiboen.”
Indonesianja koerang lebih:
“… Bahwasannja partai Allah –jang patoeh dan ta'at dalam melakoekan toegas soetji– itoelah jang menang.”

------------
BAB IX
BOERAQ
Pada malam tanggal 27 Radjab tahoen 12 N, terdjadilah Isra Rasoeloellah Clm. Baginja disediakan seboeah toenggangan, Boeraq namanja, seekor hewan dari soerga, jang sengadja diperoentoekkan bagi toenggangan para Nabi, djika hendak berdjalan djaoeh, mentjoekoepi perintah Ilahi.
Warnanja poetih bersih. Larinja setjepat kilat, sedjaoeh mata orang memandang. Tertib, hati-hati dan teliti serta stabil dalam perdjalanannja melakoekan toegas, karena kakinja jang depan memandjang dan kakinja belakang memendek di masa toeroen, dan sebaliknja di masa mendaki (mendjadi: datar). Ta’at dan patoeh kepada penoempangnja (Nabi). Demikianlah beberapa sifat Boeraq itoe.

Hikmah dan Adjaran
Boeroq adalah hewan beban dari soerga, jang mendjadi alat dan sjarat dalam perdjalanan. Tegasnja: alat dan sjarat ‘amal berbakti kepada Allah, memenoehi panggi-lan, seroean dan perintah-Nja. Alat dan sjarat ‘amal itoe bagi kita adalah pantja indera dan alat-alat lain di loearnja. Oleh sebab itoe, maka alat dan sjarat serta sifat-sifat ‘amal kita hendaknja mempoenjai sifat-sifat seperti Boeraq itoe, jang antara la-in adalah sebagai berikoet:
1. “Bersih poetih”. Tegasnja: soetji dan bersih dalam segala ‘amal jang dilakoekan, menoeroet adjaran soetji, toentoenan Ilahi dan soennah Nabi oemmijjin, bersan-darkan atas Kebenaran dan Keadilan moetlak daripada Allah, tepat, djelas dan tegas dalam sepak terdjang dan tingkah lakoenja; tiada sjak dan ragoe-ragoe, tiada was-was dan poerbasangka: lapang dada dan loeas hati, tiada dendam, dengki dan iri hati, tiada hasoed dan chianat, loeroes, setia, djoedjoer dan lain-lain sebagainja.
2. Kilat (memang “boeraq” erti loeghotnja “kilat”). Tegasnja: … “‘amal kita haroes setjepat kilat, haroes dilakoekan sebanjak-banjak dan sesempoerna-sempoerna-nja, selama hajat di kandoeng badan, selama sjarat roekoen memperkenankannja, hingga batas jang tertinggi (maximum), Istitho’ah, djanganlah berlambat-lambat atau bermalas-malas dalam meloenaskan hoetang kepada Allah, djangan maloe-maloe memperboeat sebanjak-banjak dan sesempoerna-sempoerna ‘amal.
3. Tetapi Boeraq poen berdjalan tidak hanja asal kakinja melangkah, melainkan segala gerak langkahnja dilakoekan dan ditentoekan atas rentjana dan toegas jang pasti. Kitapoen hendaknja di dalam melakoekan soeatoe ‘amal seharoes dan sewadjib-nja mempoenjai rentjana, pedoman, pegangan, toedjoean dan maksoed tertentoe. Djangan memboeta toeli, alias ngawoer atau membabi boeta.
4. “Tertib, hati-hati dan teliti”, demikianlah sifat Boeraq dalam melaksanakan toegasnja. Oleh sebab itoe maka ‘amal kita hendaknja memenoehi sifat-sifat dan sjarat-sjarat terseboet, ialah sjarat-sjarat sempoernanja ‘amal. Mafhoem.
5. “Datar atau stabil”, sehingga bagi si penoempang, bagi si amil pelakoe seolah-olah perdjalanan itoe dilakoekan pada djalan rata, tiada mendaki poela toeroen. Bagi kita bolehlah diertikan: Istiqamah, tetap loeroes, tegak teroes meneroes, de-ngan tiada oebah dan hentinja. Tiada djoerang jang tjoeram-dalam, atau boekit jang tinggi, tiada tjobaan jang manis (fitnah hasanah) atau godaan pahit, jang boleh memperlambat, menghambat atau menggagalkan oesaha soetjinja. Ta’ lapoek karena hoedjan, ta’ lekang karena panas. Teroes madjoe djalan menoedjoe Mardla-tillah, dengan tidak menghiraukan tjoba dan goda apa dan manapoen djoega. Atau dengan kata-kata lain: Sjoekoer di masa menerima ni’mat anoegerah jang besar maoepoen jang ketjil, dan sabar di dalam menderita malapetaka, kesengsaraan dan matjam-matjam kesoekaran dlahir dan bathin. Itoelah sikap bathinijah jang sebaik-baiknja bagi setiap Moeslim, teroetama Moedjahid!
6. “Ta’at dan Patoeh” kepada penoempangnja. Siamil-pelakoe jang memegang peranan dan bertanggoeng djawab atas keselamatan perdjalanan, haroes pandai dan tjakap mengoeasai kendali, memegang kekang. Djangan sekali-kali terbawa oleh nafsoe, atau alat dan sjarat ‘amal, sehingga sjarat dan alat ‘amal djasmani haroes ta’at dan patoeh kepada pimpinan rohani, roeh dan djiwa si amil. Sebab roeh dan djiwalah jang bertanggoeng djawab atas keselamatan ‘amal (perdjalanan) dan boekan alat dan sjarat ‘amal, seperti pantja indera dan lain-lain, selandjoetnja roeh dan djiwa-poen haroes ta’at dan patoeh sepenoehnja kepada Allah, pemberi toegas kepada sekalian hamba-Nja, segenap amilin.
Demikianlah beberapa sifat dan thabi’at Boeraq, jang boleh kita ambil tamsil dan I’tibar daripadanja, satoe tjermin ma’ani dan madjazi jang memboeahkan hikmah dan adjaran.
--------------

BAB X
MALAIKAT-MALAIKAT DJIBRIL DAN MIKAIL
Dalam perdjalanan Rasoeloellah Clm. melakoekan Isra’ dan Mi’radj selaloe di-dampingi didjaga dan dilindoengi oleh doea malaikat, jakni: Djibril sebelah kanan dan Mikail sebelah kiri. Pengawalan itoe berlakoe teroes meneroes, sedjak Masdjidil Haram (Mekkah) hingga Sidratoel Moentaha.

Hikmah dan Adjaran
1. Walaupoen roeh dan djiwa – taroehlah: pandai mengoeasai djasad, nafsoe (amarah, lauwwamah), ghodhob dan sjahwat, dalam wadjib melakoekan maoepoen dalam wadjib meninggalkan sesoeatoe perboeatan, namoen masih selaloe amat diper-loekan adanja penoentoen dan pembimbing ‘amal, pengasoeh dan petoendjoek (djalan) bagi roeh dan djiwa, seakan-akan pengawal perentas djalan imam-pemim-pin ‘amal, bagi keselamatan pribadi dan oemmat pengikoetnja, dlahir daan bathin, di doenia dan di achirat kelak.
Adapoen jang kami maksoedkan dengan Imam, pemimpin, penoentoen dan pem-bimbing ‘amal, pengasoeh dan petoendjoek (djalan) bagi roeh dan djiwa itoe ialah: Al-Qoer'an di tangan kanan (ibarat Djibril, di sebelah tangan kanan Nabi) dan Soennah Nabi Besar Moehammad Clm. di tangan kiri (ibarat Mikail, di sebelah tangan kiri Rasoeloellah Clm.). Itoelah satoe-satoenja djalan loeroes, Sirathal Moestaqim, jang langsoeng menoedjoe Mardhatillah sedjati!
Djadi, dalam tiap-tiap ‘amal jang kita lakoekan atau tinggalkan, wadjiblah kita senantiasa berpegang kepada Al-Qoer'an dan Hadist-hadist shahih, agar tetap pada djalan (rail) jang dilimpahi Rahmat dan Ridla Ilahi, dan terpelihara dari sesat dan laknat! Tetapi sebaliknja, djika manoesia tidak soeka berpegang kepada kedoea pedoman soetji itoe, pastilah ia akan sesat dalam perdjalanannja, terdjeroemoes dalam djoerang neraka doenia dan neraka achirat. Perhatikan dan renoengkanlah baik-baik dan seksama.
2. Malaikat Djibril dan Mikail menghantarkan Rasoeloellah dalam perdjalanan soetji itoe hanja sampai Sidratoel Moentaha. Tegasnja: hanja sampai di oedjoengnja Alam ketiga, Alam Malakoet. Sedang sementara itoe, perdjalanan memasoeki alam keempat dan jang penghabisan, Alam Lahoet, dilakoekan Rasoeloellah Clm. seorang diri, tidak ada kawan dan saksi, tiada pengawal dan petoendjoek djalan di loear pribadinja. Peristiwa ini menoendjoekkan, bahwa harkat martabat manoesia jang besar, tinggi dan sempoerna, seperti Rasoeloellah Clm., lebih tinggi daripada marta-bat dan deradjat para Malaikat. Demikian poela pengetahoean dan kedoedoekannja.
Ternjata daripada pengawalan mereka hanja hingga Sidratoel Moentaha, oedjoeng-nja segala ‘ilmoe dan kesoedahan segala pengetahoean machloeq, djoega pengeta-hoean manoesia dan Malaikat, tindak landjoet sampai Moestawan! Sesoenggoehnja pada zaman sekarang ini kedoedoekan dan deradjat setinggi dan semoelia itoe-poen masih tetap disediakan Allah bagi para hamba kekasih-Nja, jang sanggoep dan mampoe mendjalankan perintah-Nja, dengan patoeh dan setia hati, tegas : sanggoep meng’amalkan segenap isi Al-Qoer'anoel Karim, dengan tiada tawaran dan pilihan atasnja !
Teroetama djika kita mendjeladjah ma’na “bi-abdi-hi” (boekan “bi-Nabiji-hi” atau “bi-Rasoeloelli-hi”) dalam kalimat “… asra bi-abdi-hi …”, lebih-lebih lagi, karena isi Al-Qoer'an berlakoe sepandjang masa hingga Jaoemal Qijamah, dan melipoeti semesta alam. Marilah kita sekalian setingkat demi setingkat mengajoen-kan langkah ke depan menoedjoe dan menghampiri serta mentjapai harkat deradjat jang teramat tinggi dan moelia itoe. Dengan karena tolong dan koernia Allah djoea!

----------
BAB XI
JATSRIB, THAIBAH ATAU MADINAH
Tempat pemberhentian pertama ialah Jatsrib atau Thaibah, di mana Rasoeloellah Clm. pada tahoen 13 N, maka sebagai tanda kehormatan nama Jatsrib diganti dengan Madinatoen-Nabi, atau Kotanja Nabi, disingkat mendjadi Madinah. Dan, kemoedian daripada Fathoel-Maki, maka Madinah mendapat Madinatoel Moenawwarah, tegasnja Kota jang bertjahaja, di samping Makkatoel-Moesjarrafah, ertinja Mekkah jang moelia. Kedoea kota itoe achir –kemoedian menerima nama– gelar Haramain ertinja kedoea kota soetji. Selain terkenal sebagai “mahdjoerah” (tempat atau medan Hidjrah), maka Madinah poen didjadikan Nabi dan para sahabat Ançar dan Moehadjirin mendjadi Basis Negara Islam jang pertama di Djaziratoel Arab, pangkal perdjoeangan soetji menggalang Negara Koernia Allah, dan modal pertama membina Negara Islam di Tanah Arab.

Hikmah dan Adjaran
Kiranja hal ini bagi kaoem Moedjahidin seloeroehnja, bagi segenap pembina dan pendoekoeng Negara Koernia Allah, Negara Islam Indonesia, boekanlah barang baroe. Karena djoestroe perdjalanan Rasoeloellah Clm. itoelah jang kita djadikan tjontoh dan tauladan. Karena perintah Allah djoea. Itoelah tjita-tjita tertinggi dan termoelia bagi setiap Moedjahid. Djoega bagi setiap Moeslim, jang hendak mempersembahkan dharma baktinja kepada Allah dengan sempoernanja dan meng’amalkannja Al-Qoer'an selengkapnja.
Kalau dengan Al-Qoer'an Rasoeloellah Clm. telah berhasil mendirikan Negara Islam di Tanah Arab, maka dengan Islam poela kita haroes pandai dan koeasa mengga-lang Negara Islam Indonesia di permoekaan boemi Indonesia. Asalkan ‘amal kita se-soeai dengan Al-Qoer'an dan Hadits shahih, dengan toentoenan soetji dan soennah Nabi oemmiji. Tjamkanlah baik-baik!
------------
BAB XII
GOENOENG TOERSINA
Dalam perdjalanan soetji selandjoetnja, maka Rasoeloellah Clm. singgah sedjenak di Goenoeng Toersina, tempat Nabi Moesa ‘a.s. menerima wahjoe Ilahi, setelah lepas dari bahaja kedjaran Fir’aun, menoedjoe Daroes-Salam, Medan Damai, jang didjan-djikan Allah kepada Nabi Kekasih-Nja beserta pengikoet-pengikoetnja jang setia. Sebeloem itoe Beliau melaloei dan singgah sebentar di soeatoe tempat beriwajat, Madjan namanja.

Hikmah dan Adjaran
1. Dengan renoengan sedjenak jang mendalam, maka hendaknja mahfoemlah kita sekalian akan erti dan maksoed adjaran sedjarah lama itoe. Tegasnja: Djandji Allah, atau Wa’ad dan Wa’id Allah semoea itoe benar, njata dan terboekti, tiada sjak dan ragoe-ragoe di dalamnja. Walhasil, segenap djandji Allah akan ditjoekoepi dengan Kehendak dan Idzin-Nja, asalkan –demikianlah adjaran Islam– kita memenoehi selengkapnja akan apa jang termaktoeb di dalam Kitaboellah dan Soennah Rasoeloellah Clm.
2. Selandjoetnja bagi para Oelil Albab, orang-orang jang terboeka mata hati noeraninja, loeas ‘ilmoenja dan sempoerna ‘amalnja, maka segala riwajat pada zaman-nja jang lampau –teroetama tarich para Anbija Allah– adalah:
A. Tjermin dan petoendjoek ‘amal ke depan
B. Soember dzikroellah, mengingat akan Allah, dalam Dzat, sifat-sifat, Asma dan Af’al-Nja; dan
C. Tangan tafakoer, memikirkan segala sesoeatoe boeatan Allah, ialah soember segenap ‘ilmoe.
--------------

BAB XIII
BAITAL LAHM ATAU BETHLEHEM
Adapoen tempat pemberhentian ketiga dalam perdjalanan soetji Isra Rasoeloellah Clm. ialah Baitoel Lahm (ma’na loeghotnja: roemah daging, atau pendjagalan, atau pembantaian). Bangsa Barat menjeboetnja Bethlehem, ialah tempat kelahiran Nabi Isa ‘a.s.

Hikmah dan Adjaran
Agaknja tidak perloe dioeraikan lagi, apakah gerangan hikmah dan adjaran jang boleh diperdapat daripada mengetahoei tempat bersedjarah, dan mengenal riwajat para Nabi, dan lain-lain seteroesnja. Periksalah Bab XII tentang Goenoeng Toersina.
--------------
BAB XIV
BAITAL MAQDIS, BAITAL MOEQADDAS
ATAU JEROEZALEM
Oedjoeng daripada perdjalanan soetji Isra Rasoeloellah Clm. ialah Baital Maqdis, Baital Moeqaddas atau Jeroezalem, ialah tempat bersedjarah jang amat termasjhoer di dalam tarich Anbija-Allah. Setelah toeroen dari Boeraq, maka Rasoeloellah Clm. menje-rahkan toenggangannja itoe kepada Malaikat Djibril, jang laloe mengikatnja.
Sampai di sini selesailah toegas Boeraq. Kemoedian baroelah Rasoeloellah Clm. memasoeki Masdjidil Aqsa (masdjid jang djaoeh) jang amat beriwajat itoe. Di sana beliau melakoekan shalat soennat doea raka’at, dimakmoemi oleh para Malaikat dan (arwah) para Anbija-Allah dan Rasoeloellah. Dengan ini, maka selesailah soedah Isra Rasoeloellah Clm., jang kemoedian akan disamboeng dengan Mi’radj, naik tangga, menghadap kehadlirat Dzat Wadjiboel Woedjoed.

Hikmah dan Adjaran
1. Masdjidil Aqsa adalah kiblat pertama daripada kaoem Moeslimin, seboeah masdjid toea, jang terkenal di dalam sedjarah Anbija Allah, sedjak zaman poerbakala. Oleh sebab itoe, maka tempat ibadat itoe selainnja mempoenjai sifat soetji, djoega “ang-ker” atau bertoeah. Periksa seladjoetnja keterangan-keterangan sekitar tempat-tempat bersedjarah di lain bagian!
2. Adapoen Hikmah dan Adjaran, jang boleh diperoleh daripada kedoedoekan Rasoel-oellah Clm. selakoe Imamnja para Nabi dan para Malaikat dalam melakoekan sha-lat soennat di Masdjidil Aqsa itoe, bolehlah kiranja disimpoelkan di dalam beberapa patah kata sebagai berikoet :
A. Nabi Penoetoep Moehammad Clm. mendoedoeki tempat jang tertinggi dan termoelia di antara para Nabi dan para Rasoeloellah. Djoega mengatasi dan melebihi kedoedoekan para Malaikat. Karena Pilihan dan Kehendak Allah semata, jang telah berkenan melimpahkan kemoeliaan atas Nabi-Nja jang oemmi itoe!
B. Oemmat Islam atau Kaoem Moeslimin itoe adalah Oemmat Moehammad jang karenanja seharoesnja dan sewadjibnja pandai dan tjakap –tjoekoep mengikoeti djedjak langkah Moehammad bin Abdoellah Rasoeloellah Clm. selengkapnja. Tidak dipilih-pilih dan tidak poela ditawar-tawar, seperti orang jang berdjoeal beli di pasar. Karena “dagangan Allah” jang berwoedjoedkan Islam, memang mempoenjai nilai pasti dan harga mati. Tidak beroebah sepandjang masa. Kalau Nabi Moehammad Clm. dipertjaja dan didjadikan Allah Imamnja segenap Nabi (djoega para malaikat), maka seharoesnja Oemmat Moehammad pandai, tjakap dan tjoekoep, oentoek mendjadi Imamnja segenap Oemmat para Nabi, tegasnja: Imam segenap perikemanoesiaan di seloeroeh doenia.
Apa latjoer?! Betapa boekti kenjataannja?! Harap para pembatja jang kritis soeka memperhatikan koepasan ringkas di bawah ini, walaupoen koerang sedap di dengar dan dirasakannja. Dalam hoeboengan ini, kita haroes berani teroes terang dengan hati terboeka menjatakan kekoerangan dan keketjewaan kita sendiri, mengakoei dengan dada jang lapang akan penjakit jang menghinggapi toeboeh kita, Oemmat Islam sendiri.
(1) Apa jang dikatakan Oemmat Moehammad dewasa ini adalah soeatoe oemmat jang beloem pandai menghargai dan menta’ati Imamnja sendiri : Imam Islam bagi Oemmat Islam di dalam Negara Islam. Malahan adapoela sebagiannja, jang menolaknja. Masja Allah! Tegasnja : oemmat terseboet dengan terang-terangan membelakangkan perintah Allah dan menolak kebenaran perdjalanan Rasoeloellah Clm. “Islam” daripada oemmat sematjam ini hanjalah meroe-pakan “edjaan hoeroef dan rangkaian kata-kata; satoe pengakoean jang tidak beralaskan kepada boekti jang njata; soeatoe tjerita jang hampa dan bohong belaka. Inikah boektinja Hadits Nabi Clm. jang antara lain menjatakan, bahwa “diachir zaman Islam akan tinggal namanja, Qoer'an akan tinggal hoeroefnja ..... “???
(2) Kalau mereka insjaf dan merasa beloem mempoenjai Imam Negara jang benar, Imamnja oemmat, jang patoet menerima Koernia Allah, maka mereka itoe ta’ pandai dan ta’ sanggoep serta ta’ mampoe membentoek atau memilihnja. Tiada tjoekoep besar keberanian dan rasa tanggoeng djawab pada mereka berboeat seroepa itoe, meskipoen mereka sadar, bahwa kewadjiban itoe adalah toegas soetji, toegas Ilahi! Lebih djaoeh, sepandjang boektinja –boekan menoeroet pengakoean lidahnja! atau tekad hatinja!, mereka ridla di-Imami oleh Imam Djahil, Imam Kafir dan Imam Moesjrik, daripada di-Imami oleh Imam Islam!
Bandingkan dengan bagian (1) dan (2) di atas dengan keadaan Oemmat Islam ‘oemoemnja di dalam lingkoengan negara pantjasila! Maka oemmat jang terang-terangan ingkar daripada toentoenan Ilahi seroepa ini, tidaklah sepatoet-nja diseboet Oemmat Islam, atau Oemmat Moehammad. Bahkan dengan pemakaian nama dan merk terseboet, maka dengan sengadja atau tidak, dino-dainjalah kesoetjian Agama Islam dan dichianatinjalah Moehammad bin Abdoellah Rasoeloellah Clm.
(3) Mengingat keadaan objektif jang sebenarnja, seperti jang digambarkan de-ngan serba ringkas di atas, maka njatalah soedah, bahwa Oemmat Islam Indonesia ‘oemoemnja beloem baligh oentoek mendjadi Imamnja oemmat seloeroeh Doenia. Bahkan beloem poela moekallaf melakoekan perintah Allah dan mengikoeti djedjak Rasoeloellah Clm., sepandjang oekoeran dan nilai Agama Islam, di dalam lingkoengan bangsa dan oemmat itoe sendiri.
Gambaran oemmat terseboet di atas choesoes kami toedjoekan kepada alamat Oemmat Islam dalam lingkoengan negara pantjasila, boekan dalam kalangan Negara Islam Indonesia! Oleh sebab itoe, djika kita tetap ingin mengakoe Oemmat Moehammad atau Oemmat Islam, hendaklah kita soeka mengikoeti segenap djedjak Moehammad bin Abdoellah, Rasoeloellah Clm., Nabi Penoetoep serta Nabi Achiroel Zaman, Penghoeloe para Anbija-Allah. Dalam hoeboengan ini, baiklah kita njatakan bahwa :
(1) Mengikoeti djedjak Nabi Clm. bererti mendjalankan segala perintah Allah.
(2) Soennah Nabi, Perboeatan Rasoeloellah Clm. adalah tafsir ‘amal jang terbaik daripada Al-Qoer'an. Boekan tafsir jang berwoedjoedkan boekoe, boleh dibatja dan diperiksa, tampak hoeroef dan angkanja, melainkan Tafsir ‘amal, realisasi (perwoedjoedan) dari pada Kitaboellah jang soetji. Dan tiada ‘amal manoesia jang manapoen djoega, jang pandai mentafsirkan Al-Qoer'an dengan tepat dan benarnja, melainkan ‘amal Moehammad bin Abdoellah, Rasoeloellah Clm. Karena segala perdjalanan Rasoeloellah Clm. dilakoekan hanjalah karena mentjoekoepkan perintah Allah, dan memenoehi panggilan Allah semata.
(3) Oleh sebab itoe, tafsirkanlah Qoer'an dengan ‘amalmoe!, dan ikoetilah djedjak Nabi Clm., djoega dengan ‘amal jang njata! Ta’ tjoekoep dengan dongeng dan tjerita jang berlaroet-laroet belaka! Ta’ tjoekoep hanja dengan soeara merdoe dan batjaan jang merajoe-rajoe sadja! Ta’ tjoekoep tjoema tinggal dalam hati dan bibir, dalam tekad dan kehendak, dalam waham dan impian! Kemoedian, maka ta’atilah perintah Imam Islam, Imam Negara Islam Indone-sia, Imamnja Oemmat Islam, dan Imam kamoe sekalian, jang mengakoe Oemmat Moehammad! Kini Negara Koernia Allah itoe telah berdiri dan terben-tang loeas di depan kamoe sekalian, walaupoen masih beloem sempoerna, kini Imam-moe telah berada di tengah-tengah kamoe sekalian! Perhatikan dan ta’atilah perintah Allah ini, djika kamoe hendak memperoleh bahagia dlahir dan bathin dan keselamatan doenia achirat.
(4) Djika demikian halnja, maka Insja Allah di masa jang dekat kita akan dapat menjaksikan soeatoe boekti kenjataan akan benarnja segala Firman Allah, dan jakin poela akan benarnja Soennah Rasoeloellah Clm. Boekan pertjaja dan jakin hanja dalam tekad, atau tasdiq bil qalbi! Boekan poela hanja sampai kepada tingkatan iqrar bil-lisan, pernjataan atau pengakoean dengan moeloet, mendengar tjerita dan beritanja, mengetahoei tarich dan riwajatnja. Melainkan haroes disempoernakan dengan ‘amal, dengan qaboel bil-’amal, sehingga ter-woedjoedlah tjita-tjita kita, lengkap dengan bentoek dan sifatnja, dengan oen-dang-oendang dan hoekoemnja, dalam masjarakat dan negara, tegasnja : berlakoenja Hoekoem-hoekoem Allah, Hoekoem-hoekoem Sjari’at Agama Islam!
Dengan dlahirnja Keradjaan Allah di doenia, dengan berlakoenja Hoekoem-hoekoem Allah atas sekalian hamba-Nja, maka baroelah kita pertjaja, tahoe dan jakin dengan sepenoeh hati dan djiwa, dengan pernjataan roehani dan persaksian djasmani.
a. Betapakah boekti woedjoednja Al-Qoer'an di alam moemkin di tengah-tengah masjarakat manoesia dan di doenia, djika segenap isinja ditaati dengan patoeh oleh Oemmat pengikoetnja, Oemmatoel Moeslimin!
b. Betapakah boekti kenjataannja Soennah Nabi Moehammad Clm., djika diikoeti, didjadikan tjontoh dan tauladan dalam segala matjam ‘amal manoesia oleh Oemmat-oel Moeslimin.
c. Betapakah boektinja Kebesaran Keradjaan Allah dan woedjoed berlakoenja Hoekoem-hoekoem Allah di doenia, bila Oemmat Moehammad telah sadar akan kewadjibannja, dan pandai melaksanakan segala adjaran Islam.
d. Betapakah boektinja keloehoeran dan kemoeliaan Oemmat Moehammad, Oemmat Islam, jang akan dipandaikan Allah memimpin seloeroeh oemmat manoesia di moeka boemi ini. Atau dengan kata-kata lain : betapakah boektinja, bahwasannja Islam di atas segala sesoeatoe.
Oleh sebab itoe, sekali lagi kami seroekan kepada segenap Oemmat Moehammad, Oemmatoel Moeslimin: Tafsirkanlah Qoer'an dengan ‘amalmoe, dengan djiwa agama, dengan setiap tetes darah dan setiap hemboesan nafasmoe, dan dengan apapoen jang ada pada kamoe. Insja Allah, kamoe dan kita sekalian akan segera dapat menjaksikan dan menikmati Sjiaroel Islam. Inilah realisasi Al-Qoer'an, realisasi Al-Hadits, atau dengan kata-kata lain: realisasi Islam!
------------

BAB XV
MI’RADJ
Perdjalanan Mi’radj, naik tangga, menghadap kehadlirat Ilahi, dimoelai dengan meninggalkan Masdjidil Aqsa, melaloei batas antara Alam Nasoet dan Alam Djabaroet, jang dinamakan Sama’oed-doenja, ertinja : Langit Doenia; tempat para Machloeq Allah jang haloes seperti Djin dan lain-lain sebagainja.
Tentang erti Mi’radj, periksalah Bab terdahoeloe, selandjoetnja, sampailah Rasoe-loellah pada pintoe gerbang Langit Pertama, jang didjaga oleh Malaikat Ismail dengan segenap tentaranja, djoega bangsa Malaikat. Setelah melaloeinja dengan tiada halangan soeatoe apa, maka tibalah Rasoeloellah Clm. di Langit Pertama, kemoedian meningkat ke Langit Kedoea, Ketiga dan seteroesnja, hingga ke Langit Ketoedjoeh.
Di tiap-tiap langit itoe, Rasoeloellah Clm. bertemoe dengan para Nabi, jang dilahir-kan Allah di doenia di masa-masa jang lampau. Seperti: Nabi Adam, Ibrahim, Moesa, Isa ‘a.s., dan lain sebagainja. Beliaupoen berkesempatan poela bertjakap-tjakap dengan beberapa orang di antara para Anbija Allah itoe. Pertjakapan dilakoekan dengan pan-djang atau pendek, tentang berbagai hal, teroetama jang langsoeng atau tidak lang-soeng mengenai toegas soetji tiap-tiap Nabi, semasa hidoepnja di doenia. Adapoen oedjoengnja Alam Djabaroet ini ialah Baitoel Makmoer, Kiblatnja para Malaikat.

Hikmah dan Adjaran
Mengenai tarich para Anbija Allah, besar dan banjak sekali goena dan faedahnja. Hikmah dan adjaran jang bisa diperoleh daripadanja meroepakan ‘ilmoe dan boeah pikiran jang baik-baik, jang bisa mendjadi obor pelita hati dalam melakoekan ‘amal bakti kehadlirat Ilahi.
Rasoeloellah Clm. mengenal dan bertemoe dengan para Anbija Allah itoe boekan-lah dari ‘ilmoe jang terdapat dalam kitab-kitab atau dari tjerita-tjerita koeno, atau dalam impian dan kenangan atau waham, melainkan bertemoe dalam pengalaman, bertemoe dalam kenjataan, bertemoe dengan persaksian diri pribadi. Penglihatan, pengalaman dan kenjataan seroepa inilah jang lazim diseboet orang dengan istilah Roe’jatoesh Shadiqah, soeatoe kenjatan jang benar, dan tidak salah. Walaupoen soal hakikinja tetap di loear kompentensi kami oentoek membitjarakannja, namoen segala pertjakapan jang beritanja kita terima dari para Moehadditsin jang bersangkoetan banjak sekali boeah manfa’at dan maslahat jang bisa kita petik daripadanja, bagi asoehan roehani maoepoen pendidikan djasmani, mengenai diri pribadi seorang diri, oeroesan sjachsijah, ataupoen mengenai kepentingan masjarakat (alhajatoel idjtima’iajah) dan doenia seloeroehnja.
Hendaklah masing-masing dari kita soeka mentela’ahnja dengan teliti dan seksama, dan hendaklah soeka mengambil sebanjak-banjak hikmah dan adjaran jang baik-baik daripadanja. Silahkan!.
------------

BAB XVI
MENJAKSIKAN KEKOEASAAN ALLAH
Sebeloem meneroeskan oeraian ringkas daripada perdjalanan soetji ini selan-djoetnja, baiklah dioeraikan di sini, bahwa selama dalam perdjalanan soetji terseboet, Rasoeloellah Clm. berkesempatan melihat dan menjaksikan beberapa tanda-tanda kekoe-asaan Allah. Ialah petoendjoek-petoendjoek jang njata bagi setiap hamba kekasih-Nja, teroetama bagi Rasoeloellah Clm. sendiri.
“… li noerijahoe min ajati-Na ”
Indonesianja koerang lebih : “.. agar Kami memperlihatkan atau mempersaksikan kepadanja (Nabi Moehammad Clm.) akan ajat-ajat (tanda-tanda kekoeasaan) Kami ”
Beberapa tjontoh daripada tanda-tanda kekoeasaan Allah jang diperlihatkan-Nja kepada Nabi Kekasih-Nja ialah :
1. Soerga dan Neraka; wa’ad dan wa’id Allah; djandji pemberian pahala dan penoe-roenan siksa,
2. Nasib orang-orang pelanggar Hoekoem-hoekoem Allah, seperti: pemabok, pemain, penzinah, pengchianat, penghasoed, pemakan riba, pengoempat dan lain-lain sebagainja. Semoeanja itoe ditampakkan-Nja dengan djelas, terang dan njata.
3. Dan nikmat Koernia jang didjandjikan-Nja dan sekalian hamba-Nja, serta mentjon-toh soennah Nabi-Nja, melakoekan ‘amal shaleh dan lain-lain sebagainja.

Hikmah dan Adjaran
Djika kita soeka mendjeladjah, mengoepas, meneliti, mampeladjari dan merenoeng-kan segala berita kenjataan jang disampaikan Rasoeloellah Clm. kepada oemmat pengi-koetnja, Insja Allah kita akan dapat memperoleh petoendjoek-petoendjoek jang benar-benar pada djalan jang loeroes, jang dapat membedakan dan memisahkan salah dan benar, bathil dan haq, neraka dan soerga dan seteroesnja.
Hikmah dan adjaran seroepa itoe hendaknja djangan hanja meroepakan dongeng dan tjerita, jang hanja sedap, merdoe didengar dan njaman dikata. Melainkan hendaknja mendjadi ‘ilmoe rasich, jang masoek dan meresap ke dalam djiwa dan pikiran kita, ter-tanam dalam hati sanoebari kita sedalam-dalamnja, laksana djangkar seboeah kapal jang lagi menoeroenkan saoeh di pelaboehan samoedera. Selandjoetnja, ‘ilmoe seroepa itoe hendaknja segera diwoedjoedkan dalam bentoek ‘amal-shaleh, ialah ‘amal sepan-djang adjaran Islam. Lantaran ‘ilmoe jang tidak disertai dengan ‘amal, bagaikan pohon jang berboenga tapi tidak berboeah.
------------

BAB XVII
SIDRATOEL MOENTAHA DAN MOESTAWAN
Setelah melaloei Baitoel Makmoer, maka Rasoeloellah clm., memasoeki alam ketiga, Alam Malakoet, alamnja para Malaikat, jang berkesoedahan di Sidratoel-Moen-taha darimana mengalir soengai-soengai Rahmat dan Kaoetsar. Sidrah adalah nama se-boeah pohon, jang daoen-daoennja amat lebar, seperti telinga gadjah. Demikianlah ma’na loeghotnja, kata setengah moefassirin.
I’tibar daripadanja mentjerminkan batas kesoedahan dari ketinggian ‘ilmoe, pe-ngertian, faham, ketjakapan dan kemampoean manoesia dan machloeq Allah jang lainnja. Ialah soeatoe batas terachir, jang tidak dapat dilampauinja. Tegasnja segala sesoeatoe di alam moemkin ini serba terbatas, atau dengan kata-kata lain : “alam moemkin mem-batasi dirinja”.
Sampai di sini, di batas oedjoeng Alam Malakoet, Rasoeloellah Clm. berpisah de-ngan para Malaikat jang semoela menghantar dan mengawalnja. Maka selesailah soedah toegas jang Allah atas Malaikat itoe. Kemoedian Rasoeloellah Clm. seorang diri mema-soeki Alam Keempat, alam jang penoeh dengan keindahan, tiada banding dan taranja, tiada imbangan dan nisbatnja, tiada oempama dan ibaratnja.
Alam ini terkenal dengan Alam Lahoet, Alam Ketoehanan, Alam Penghabisan, di mana tiap-tiap machloeq hamba kekasih Allah dengan Idzin dan Kasih Sajang-Nja, bo-leh menghadap kehadlirat-Nja, menemoei Dia, dengan tiada perantara atau pengantara siapa dan apapoen djoega. Alam ini terkenal poela dengan nama Moestawan. Wallahoe’alam.

Hikmah dan Adjaran
1. Setinggi-tinggi manoesia mentjapai tingkatan deradjat, pengetahoean dan ‘amal di doenia, namoen semoeanja itoe masih djoega tetap di dalam lingkaran batas tertentoe, batas “beloem sempoerna”. Hal ini berlakoe dalam tiap-tiap hal apapoen djoega. Hikmat dan adjaran daripadanja antara lain ialah : Hendaknja orang soeka meninggalkan.
A. Sifat takaboer; besar kepala, sombong, tjongkak, mengemboengkan dada, dan seteroesnja.
B. Sifat rija; sengadja memamerkan ‘amalnja, mempertontonkan djasanja, memperlihatkan ketinggian ‘ilmoenja atau ketjakapan-ketangkasannja dalam segala segi dan lapangan, dlohir maoepoen bathin.
C. Sifat oedjoeb; mendahoeloei Kehendak Allah, menentoekan barang sesoeatoe jang beloem terdjadi; ialah sifat jang timboel dari sifat-sifat rija dan takaboer.
D. Sifat soem’ah dan lain-lain sifat jang dibentji dan dimoerkai Allah. Karena memang tiada alasan dan pertimbangan oentoek memelihara dan memoepoek sifat-sifat rendah dan doerhaka seroepa itoe dalam diri manoesia! Djika demikian halnja maka Insja Allah ia akan didjadikan Allah mendjadi seorang manoesia jang benar, djoedjoer, setia dan ichlas, jang pandai melaksanakan toegas soetji dengan sempoernanja. Ialah seorang hamba Allah jang patoet disampaikan oleh-Nja kepada tingkat dan martabat, harkat dan deradjat, jang teramat tinggi dan moelia, doenia dan achirat, sebagaimana jang didjandjikan-Nja di dalam Kitab-Nja.
2. Pengawalan Malaikat ada batasnja, toentoenan goeroe ada kesoedahannja, dan asoehan pemimpin poen ada habisnja. Hal ini teroetama sekali mengenai soeloek bathin, djalan ma’ani jang dilakoekan oleh para salikin, mendekatkan diri (taqarroeb) kepada Allah. Dan pangkal inilah timboel beberapa matjam tjara (sistem), atoeran, latihan (rijadlah) dan tata tertib mengenai pendjeladjahan dan pemetjahan soal-soal bathinijah.
Inilah poela soembernja berbagai ‘ilmoe bathin dan latihan roehani dalam berbagai pergoeroean bathin, jang lazimnja diseboet orang: ‘ilmoe thariqat, ‘ilmoe haqiqat dan ‘ilmoe ma’rifat. Toedjoeannja satoe jakni : Arkanoel Iman atau Aqaidoel Iman atau ‘ilmoe Kalam atau ‘ilmoe Ma’rifat.
Oentoek mentjapai tingkatan Allah “Allah Minded 100%, maka dilakoekan latihan-latihan dlahir dan bathin teroes meneroes bertahoen-tahoen lamanja, dengan tidak meninggalkan Sjari’atoel Moehammadijah sedikitpoen. Bahkan kekoeatan bathin, jang diperoleh dari latihan-latihan roehani itoe, ialah koernia Allah langsoeng kepada masing-masing hamba kekasih-Nja jang bersangkoetan, seharoesnja dan sewadjibnjalah men-djadi tangga memandjat tinggi, dasar pengoeat sjari’at dan penjempoerna segala toegas soetji, jang dibebankan Allah atas poendak setiap machloeq-Nja. Sekali lagi kami oelangi kalimat “dengan tidak meninggalkan Sjari’atoel Moehammadijah sedikitpoen djoea”. Karena biasanja, djika orang hendak, atau tengah atau soedah melakoekan soeloek bathin itoe, maka ia laloe soeka tergoda oleh sikap “berdiam diri, bertoempang dagoe, berpeloek loetoet, meninggalkan ichtiar dan mengabaikan sjari’at Islam”. Seakan-akan mereka merasa soedah “poeas” dan tjoekoep “sempoerna” dengan hasil-hasil rijadlahnja, dengan satoe “kepertjajaan dan kejakinan jaang sesat dan palsoe”, jang hanja bajangan dan chajal belaka. Karena tidak sanggoep dan ta’ tahan oedji oleh realita, kenjataan, dan tidak bersendikan dan beroekoeran Sjari’at Islam. Soenggoeh soeatoe djalan sesat dan hasil palsoe jang patoet disesalkan dan disajangkan.
Satoe tipoean iblis dan lambaian sjetan la’natoellah! Padahal maksoed dan toedjoeannja semoela amat tinggi dan moelia, mentjari djalan hidoep sempoerna dan menemoei djalan mati sempoerna poela. Tegasnja: hidoep dan mati dengan dan di dalam Islam. Kepada salikin jang akan dan lagi mengindjak djalan ma’ani jang penoeh dengan tjoba dlahir dan bathin itoe, inginlah kami menjampaikan seroean : Berhati-hatilah hendaknja dalam melaloei djalan litjin jang penoeh dengan goda dan tjoba dlahir-bathin itoe! Awas dan waspadalah akan tipoe daja iblis, jang kasar maoepoen jang haloes. Sjahdan, maka bagi chalajak ramai tjoekoeplah kiranja, djika tiap-tiap niat dan ‘amalnja selaloe didasarkan atas sendi-sendi tekad :
1). Lamathloeba illa-Llah; dalam erti kata : Tiada jang diharap-harapkan, ditjari dan diperloekan, melainkan hanja Rahmat dan Ridla Allah.
2). Lamaqshoeda illa-Llah; dalam ma’na: Tiada sesoeatoe maksoed jang ditoe-djoe, melainkan hanja melaksanakan toegas Ilahi, membina Negara Koernia Allah, serta melakoekan Hoekoem-Hoekoem Allah.
3). Lama ‘boeda illa-Llah; dalam ma’na: Tiada sesoeatoe jang wadjib disembah, melainkan Allah : mensoetjikan Iman dan Tauhid, daripadanja tiap-tiap choefarat dan tachajoel, faham watsanijah dan kepertjajaan djahilijah; dan
4). Lamaoedjoeda illa-Llah; Tegasnja: Tiada sesoeatoe jang woedjoed (moetlak), melainkan hanja Allah belaka, ialah Dzat jang wadjiboel Woedjoed.
Wallahoe a’lam! Hanja Allah djoealah Jang Maha Mengetahoei.
Selandjoetnja, kami silahkan dan pertjajakan para ‘oelama dan hoekama, oentoek mengasoeh dan memimpin oemmat, teroetama Oemmat Islam, dalam djoeroesan dan menoedjoe arah jang dilimpahi Rahmat dan Ridla Ilahi.

------------

BAB XVIII
HIKMAH DAN ADJARAN
DARIPADA KEWADJIBAN SHALAT
Kita tahoe, bahwa boeah, inti dan saripati dari perdjalan soetji Isra dan Mi’radj Rasoeloellah clm. ialah Amanat-amanat Allah, jang beroepa Shalat, jang sedjak masa itoe diwadjibkan atas oemmat jang menganoet Agama soetji pilihan Allah,Agama Islam.
Dalam perdjalanan itoe, berkali-kali Rasoeloellah clm. toeroen naik, dari Moes-tawan ke langit tempat bersemajam Nabijoellah Moesa ‘a.s., dan pada tiap-tiap kalinja Nabi Moehammad clm. bertjakap-tjakap sedjenak dengan jang terseboet belakangan ini. Maka shalat jang sedianja melipoeti 50 waktoe shalat selama sehari semalam itoe, achir kemoediannja hanja ditetapkan 5 (lima) waktoe.
Kiranja isi pertjakapan itoe tidak perloe ditoeliskan di sini, karena kami anggap bahwa para pembatja tentoelah soedah makloem dan mafhoem. Semendjak tahoen itoe, maka shalat 5 waktoe itoe ditetapkan mendjadi Wadjib Sjar’i, Fardloe ‘ain-lah hoekoem-nja Roekoen Islam kedoea ini, salah satoe sendi Islam jang terpenting, jang wadjib dilakoekan oleh tiap-tiap Moeslim jang telah akil baligh (tjoekoep oemoer), sehat otaknja (tidak gila) dan memenoehi beberapa sjarat lainnja.

Hikmah dan Adjaran
Lebih dahoeloe baiklah diketengahkan, bahwa boekanlah sekali-kali maksoed kami dalam karangan ini hendak mendjadikan koepasan-koepasan jang djelas loeas ditindjau dari segala soedoet dan segi, sekitar shalat dan kewadjiban atasnja. Melainkan hanjalah mengambil beberapa hikmah dan adjaran daripadanja, sekedar jang boleh mendjadi sebab lebih sempoernanja ‘amal kita ke depan, ‘amal bakti moetlak kepada Allah S.w.T., di loear kewadjiban melakoekan shalat, karena oentoek mengoeraikan dengan sedjelas-djelasnja hal jang sepenting itoe, nistjajalah menghendaki kitab tersendiri jang sengadja diboeat oentoek keperloean terseboet. Bolehlah kiranja toegas wadjib soetji ini kami serahkan kepada para ‘oelama, foeqaha dan hoekama, jang memang memiliki keahlian di dalamnja. Silahkan!
1. Selain Shalat, masih banjak lagi wadjib lainnja dalam adjaran Islam jang hoe-koemnja djoega Fardloe ‘ain, atau soeatoe wadjib moetlak atas diri tiap-tiap Moeslim tanpa ketjoeali. Wadjib jang tidak boleh ditinggalkan dalam keadaan apa dan manapoen djoega! Wadjib jang haroes didjalankan, walaupoen banjak tantang-an, halangan, rintangan, fitnah, tjoba, goda dan lain-lain alang perintang dalam melaksanakannja. Wadjib jang haroes didjalankan, dengan tidak mengingat akan setoedjoe atau penolakan manoesia di loear dirinja! Tegasnja : Wadjib jang haroes dan wadjib dilaksanakan, hanja karena perintah Allah belaka, boekan karena perintah goeroe atau kehendak orang toea, boekan poela karena seroean sanak keloearga atau karena adjakan handai taulan, dan siapapoen djoega. Tiap-tiap sehari semalam 5 kali tiap moeslim melakoekan wadjib moetlak seroepa itoe, djadi koerang lebih tiap 3 sampai 4 djam sekali dalam masa sehari semalam, djika dipotong de-ngan waktoe tidoer atau istirahat lainnja. Tiada hari atau malam jang lowong dari melakoekan fardloe ‘ain itoe. Semoeanja itoe dilakoekan dalam djangka waktoe tertentoe, serta menoeroetkan atoeran-atoeran dan tata tertib tertentoe sepandjang Hoekoem Sjara Islam.
Atsar daripada pertanggoengdjawaban atas berlakoenja wadjib jang siang dan ma-lam selaloe dikerdjakan dengan tertib dan teliti, serta menoedjoe satoe arah jang pasti itoe, lambat laoen melahirkan hikmat dan adjaran jang bergoena dan berfaedah dalam melakoekan Wadjib Bakti jang lainnja, baik fardloe kifajah mengenai diri pribadi seseorang terhadap kepada Allah langsoeng maoepoen mengenai masja-rakat, negara dan alam semesta di loearnja. Satoe doea hal baiklah kita tjatat di bawah ini:
A. Shalat menimboelkan rasa kesadaran beragama, kesadaran melakoekan wadjib soetji, toegas Ilahi. Kesadaran seroepa ini amat perloe dalam tiap-tiap djiwa Moeslim; jakni : kesadaran melakoekan wadjib soetji, karena perintah Allah semata dan tidak karena sesoeatoe di loearnja.
Lambat laoen dan lama kelamaan, maka pendidikan bathin dan asoehan roehani sematjam itoe jang dilakoekan hampir teroes meneroes, akan memoepoek dan memperkembangkan sifat dan tabi’at jang melekat pada djiwa dan roeh; tahoe akan wadjib serta sanggoep dan mampoe melakoekannja. Meskipoen moela-moela disertai dengan rasa segan, rasa teropaksa, rasa maloe, ajal, dan lain sebagainja, ialah sifat-sifat kelemahan diri. Djika didikan dan asoehan ini dilaksanakan teroes meneroes, maka orang akan memperoleh kejakinan jang makin bertambah-tambah koeat, akan manfa’at dan perloenja melaksanakan wadjib, tahoe harganja melakoekan wadjib, tahoe roeginja meninggalkan wadjib.
Kemoedian timboelah keinginan, oentoek selaloe tinggal atau doedoek di dalam wadjib. Tidak hanja dalam melakoekan bakti moetlak kepada Allah, tetapi djoega dalam tiap-tiap tingkah lakoe dan gerak-gerik, inginlah ia tetap dalam wadjib, tetap dalam melakoekan perintah Allah, tetap dalam Bakti kepada Allah. Sehingga hidoep dan matinja, djiwa dan raganja, serta segala sesoeatoe jang ada padanja senantiasa disadjikan oentoek dipergoenakan dan dikorbankan lagi mentjoekoepi wadjib, memenoehi seroean dan poanggilan Ilahi.
Rasa Wadjib jang menoemboehkan kesediaan dan kesanggoepam berkorban seroepa inilah, jang seharoesnja mendjadi hiasan djiwa setiap moeslim, teroetama wataknja (karakter) setiap Moedjahid! Alangkah besar dan tingginja nilai harga dari seorang hamba Allah jang soenggoeh-soenggoeh karena kesadaran djiwanja dan persaksian kenjataan roehnja, tahoe, sanggoep, pandai dan koeasa melakoekan wadjib, baik fardloe ‘ain maoepoen fardloe kifajah!
B. Selandjoetnja kesadaran dan rasa wadjib itoe akan menoemboehkan rasa tanggoeng djawab (verantwcordelijkheidsgevoel) jang makin hari makin bertambah besar. Berkat latihan dan perboeatan-perboeatan jang selaloe dila-koekan pada setiap sa’at jang ditentoekan dan menoeroet tjara-tjara dan atoeran tertentoe (planmatig dan systematis). Tanggoeng djawab disini dengan serba singkat boleh diertikan:
1). Tanggoeng djawab kepada Allah, dengan mengingati pembalasan dan antjaman siksa (wa’ad dan wa’id Allah), baik semasa hidoepnja di doenia maoepoen setelah poelang kembali ke alam dibalik koeboer. Rasa tang-goeng djawab jang bersendikan dan toemboeh dari hati jang ichlas dan sikap djoedjoer serta setia hati. Tidak karena sesoeatoe, melainkan hanja karena Allah belaka!
2). Tanggoeng djawab kepada Doenia. Jang dimaksoed dengan “Doenia” di sini ialah Alam semesta, atau alam moemkin, titah Allah segenapnja, baik jang ghaib maoepoen jang sjahadah (tampak), moelai diri pribadi hingga masjarakat doenia dan seteroesnja.
Rasa tanggoeng djawab seroepa inilah jang perloe dimiliki dan dipoepoek, dipelihara dan diperkembangkan dalam djiwa dan hati-hati tiap-tiap Moeslim, teroetama Moedjahid!
C. Karena Shalat dilakoekan pada waktoe-waktoe tertentoe, menoeroet tjara dan tata tertib tertentoe poela, djika dilakoekan dengan seksama sepandjang adjaran Nabi Penoetoep clm., maka daripadanja bolehlah diharapkan toemboeh beberapa sifat jang baik-baik, jang menoentoen kepada kesempoernaan ‘amal. Diantaranja ialah:
1). Tahoe akan harganja waktoe dan pandai poela mempergoenakannja.
Sifat ini akan menginsjafkan orang, oentoek soeka mempergoenakan waktoenja dengan sebaik-baiknja, teroetama bagi melakoekan dharma baktinja kepada ‘Azza wa Djalla. Tiada waktoe terloeang, melainkan tiap-tiap sa’at diisinja dengan bakti, tiap-tiap hemboesan nafasnja dan tiap-tiap tetes darahnja akan dipergoenakan bagi memoeliakan Agama, menegakan kalimatillah, sehingga tiadalah kesempatan dan djalan oentoek iblis melakoekan tipoe dajanja, dan tertoetoeplah pintoe bagi sjetan melantjarkan ganggoean dan tjobaannja. Sembojan dari dan pepatah djahil “waktoe adalah oeang” haroes diganti dengan “Waktoe adalah Bakti”. Oleh sebeb itoe: isilah tiap-tiap sa’at sepandjang oemoermoe dengan bakti soetji. Djanganlah sia-siakan waktoe, walaupoen sedikit sekalipoen. Sekali lampau, tiadalah ia kembali! Sadarilah soenggoeh-soenggoeh akan harganja waktoe!
2). Tertib, hati-hati, teliti dan seksama dalam tiap-tiap perboeatan. Sifat dan tjara jang demikian ini amat diperloekan dalam penjelenggaraan ber-lakoenja tiap-tiap Hoekoem Allah, dan pelaksanaan tiap-tiap wadjib soetji jang manapoen djoega.
Inilah sa’at Taqwa jang haroes dan perloe mendjadi hiasan djiwa setiap Moeslim sedjati! Maka dari sendirinja kita akan dapat menghoekoemi diri dan ‘amal sendiri (Ihtisaboen Nafs), serta memeriksa segala langkah kita setapak demi setapak (moeroqobah), sehingga terhindarlah kita dari perboeatan salah, keliroe dan sesat, serta tetap pada djalan jang dilimpahi Rahmat dan Ridlo Ilahi. Hanja takoet kepada Allah dan tidak pada sesoe-atoe di loearnja adalah dasar terkoeat dalam melakoekan wadjib.
2. Tiap-tiap orang hendak melakoekan Shalat selaloe menetapkan Niat, baik dioetjap-kan dengan lisan maoepoen tidak. Memang niat adalah pangkal tiap-tiap ‘amal. Tiada niat, tiada poela harga ‘amal itoe. Adjaran Hadits antara lain mengatakan, bahwa “sesoenggoehnja tiap-tiap ‘amal tergantoeng kepada niatnja” (innama a’maloe bin-niat).
Niat haroes boelat. Mitsalnja: kalau kita niat Shalat, maka terlebih dahoeloe boelat sempoernalah tergambar di dalam hati dan pikiran kita akan barang apa jang hendak kita kerdjakan, menoeroet rentjana tertentoe dengan segala sjarat dan roekoen didalamnja. Shalat dimoelai dengan Takbir dan disoedahi dengan Salam.
Djadi, niat memerloekan rentjana atau program ‘amal jang tertentoe, gambaran projek jang pasti dan toedjoean jang sempoerna, moelai pangkal hingga oedjoeng-nja, moelai awal hingga achirnja, moelai a hingga z, moelai alif hingga ja, seperti djika didalam Shalat, moelai Takbir hingga Salam.
Oleh sebab itoe, djika kita telah menetapkan niat boelat, boeatlah program ‘amal jang tertentoe dengan gambaran projek ‘amal jang djelas, dari pangkal sampai oedjoengnja. Bagi setiap pemimpin oemmat, teroetama bagi pemimpin-pemimpin Moedjahidin Penggalang Negara Koernia Allah, Negara Islam Indonesia, haroes memperhatikan apa jang ditoeliskan diatas! Agar soepaja segala tjita-tjitanja dja-ngan meroepakan chajal atau impian (utopia) belaka!. Segala sesoeatoe jang dikerdjakannja hendaklah disertai dengan kesadaran jang mendalam (doelbewust).
3. Kalau diatas kita mengambil hikmat dan adjaran dari Roekoen Shalat (dari Takbir hingga Salam), maka baiklah sekarang kita mengalihkan pandangan kita kepada Sjarat sahnja Shalat. Mitsalnja woedloe, mensoetjikan diri dari hadats besar atau ketjil dan lain-lain sebagainja. Setelah ‘oelama foeqoha mengadjarkan antara lain:
“Woedloe diloear niat hendak Shalat, tidaklah wadjib hoekoemnja, sedang woe-dloe jang dikerdjakan karena hendak menoenaikan Shalat, wadjiblah hoekoemnja. Kerena sjarat oentoek melakoekan wadjib, wadjib poelalah hoekoemnja”.
Djadi boleh diambil kesimpoelan daripadanja, bahwa djika menoedjoe kesoeatoe “maksoed dan melakoekan sesoeatoe toegas Ilahi, wadjib hoekoemnja,”maka” mengoesahakan sjarat oentoek melakoekan wadjib itoepoen wadjib poelalah hoe-koemnja”. Soeatoe tamsil dalam ‘amal bakti (diloear Shalat) kami berikoetkan di bawah ini.
A. Melakoekan perintah Allah wadjiblah hoekoemnja, melakoekan perintah Nabi, ialah sebagian daripada perintah Allah, wadjib poelalah hoekoemnja. Mela-koekan perintah Oelil Amri Islam demikian poela hoekoemnja. Djoega karena wadjib ini diperintahkan oleh Allah.
B. Apa gerangan jang diperintahkan oleh Allah (Nabi-Nja dan Oelil Amri Islam)? Tidak lain ialah: Djalankan Hoekoem-hoekoem Allah, hoekoem-hoekoem jang termaktoeb dalam Kitaboellah. Djadi berlakoenja hoekoem-hoekoem Allah, Hoekoem-hoekoem Islam wadjiblah hoekoemnja. Inilah wadjib pokok, dasar-nja segala tjita-tjita Islam, oedjoengnja maksoed dan toedjoean tiap-tiap hamba Allah, jang mengakoe moeslim, dan intisari daripada ideologi Islam.
C. Oentoek mentjapai maksoed dan toedjoean jang soetji dan tjita-tjita jang moerni, sepandjang perintah Ilahi itoe, jakni : berlakoenja Hoekoem-hoekoem Allah, Hoekoem-hoekoem Islam, maka diperloekan berdirinja soeatoe Kekoe-asaan Negara, jang sanggoep dan mampoe mendjamin berlakoenja Hoekoem-hoekoem Allah, Hoekoem-hoekoem Islam. Kekoeasaan Negara, jang dimak-soedkan ialah Kekoeasaan Islam, di dalam Negara Islam, ialah soeatoe negara jang semata-mata bersendikan kepada perintah-perintah Allah djoea, termaktoeb di dalamnja : Hadits-hadits shahih dan Oendang-oendang serta Peratoeran-peratoeran Negara jang dikeloearkan oleh Oelil Amri Islam, tegasnja: Imam Negara Islam. Bagi kita, letaknja Negara terseboet di Indonesia, jang karenanja dinamakan Negara Islam Indonesia. Selandjoetnja, Negara terseboet haroes mempoenjai Kedaulatan dan Kemerdekaan boelat sempoerna, dalam segala segi dan lapangan, keloear dan ke dalam. Sehingga kekoeasaan Negara terseboet adalah Kekoeasaan Islam jang penoeh lengkap, tidak tergan-toeng dan terpengaroeh oleh pihak jang manapoen djoega. Soal djawab di bawah ini kiranja dapat memberi gambaran jang lebih djelas dan lebih tegas atas soal-soal sekitar Kekoeasaan, Negara dan lain sebagainja, jang dimak-soedkan.
1). Pertanjaan I: Adakah kekoeasaan Negara jang boekan Kekoeasaan Islam sanggoep mendjamin berlakoenja hoekoem-hoekoem Allah, Hoekoem-hoekoem Islam di dalam Negaranja?
Djawabnja : Tidak! dan tidak moengkin!, melainkan Hoekoem-hoekoem Islam hanjalah dapat didjamin berlakoenja oleh Pemerintah dan Kekoe-asaan Islam. Lain daripada itoe, tidak!
2). Pertanjaan II: Adakah satoe kekoeasaan Islam, jang berdiri di dalam negara jang boekan Islam, seperti negara pantjasila, negara sosialis, negara komoenis atau lainnja?
Djawabnja : Tidak!, dan memang tidak moengkin. Melainkan Pemerintahan Islam atau Kekoeasaan Islam hanjalah ada di dalam Negara Islam! Tegas-nja: Negara Islam Indonesia!, bagi kita Oemmat Islam Bangsa Indonesia. Lain dan loear dari itoe, tidak!
3). Pertanjaan III: Adakah Pemerintah atau Kekoeasaan Islam dan Negara Islam jang tidak penoeh Kedaulatan dan Kemerdekaannja, dapat mendjamin, sanggoep dan mampoe melakoekan Hoekoem-hoekoem Allah, Hoekoem-hoekoem Islam di dalam Negaranja?
Djawabnja: Tidak!, Sekali-kali Tidak! Melainkan Hoekoem-hoekoem Allah selengkapnja, atau Hoekoem-hoekoem Islam seloeroehnja, hanja dapat didjamin berlakoenja di dalam Negara Islam dengan kekoeasaan Islam jang bebas merdeka 100% dan berdaulat boelat-lengkap sepenoeh-penoeh-nja. Lain dari itoe, dan loear dari itoe, tidak! Oleh sebab itoe, maka oesaha mentjapai Kekoeasaan Islam, ichtiar menggalang Negara Islam Indonesia, berdaulat dan merdeka 100% wadjiblah hoekoemnja!
D. Oentoek memperoleh Kekoeasaan, Kedaulatan dan Kemerdekaan Islam jang sedjati, maka perloelah dibangoenkan Kekoeatan. Karena tanpa kekoeatan, tidak moengkin tertjapainja Kekoeasaan. Adapoen jang dimaksoedkan dengan kekoeatan di sini ialah : segala kekoeatan, dlahir dan bathin, ideologis, politis, militer, psychologis, ekonomis dan lain-lain lagi; kekoeatan dalam segala lapangan dan segi, jang mendjadi sjarat dan roekoen oentoek mentjapai mak-soed terseboet di atas.
Oleh sebab itoe, maka mentjari kekoeatan oentoek menoenaikan wadjib soetji, dalam sifat dan bentoek jang manapoen djoega, sepandjang adjaran Islam, maka wadjib poelalah hoekoemnja.
E. Tidak moedah mengerahkan dan menggoenakan kekoeatan oentoek mentjapai toedjoean moelia seperti jang dimaksoedkan di atas. Djalan damai, oentoek mentjapai maksoed jang ditoedjoe, tertoetoep. Satoe-satoenja djalan jang masih terboeka hanjalah dengan tjara perang, bertempoer mati-matian menjamboeng njawa. Maka karenanja, segala kekoeatan jang diperoleh, haroes dialirkan, digoenakan dan dikerahkan oentoek keperloean perang!
Oleh sebab itoe, perang jang lagi dilaksanakan oleh Negara Islam Indonesia menghadapi negara pantjasila pada waktoe ini, wadjiblah hoekoemnja. Tegas-nja: perang membela kesoetjian Agama Islam; perang mendirikan Negara Islam; perang oentoek memperoleh kekoeasaan Islam; perang oentoek mela-koekan Hoekoem-hoekoem Allah, Hoekoem-hoekoem Islam, perang karena taat dan patoeh kepada perintah-perintah Allah! Atau dengan kata lain : perang soetji, perang Djihad fi Sabilillah! Li-I’lai Kalimatillah! Sebaliknja, oesaha mentjari dan melakoekan perdamaian dengan moesoeh pada waktoe ini Haram-lah hoekoemnja.
F. Dalam melakoekan perang, kita haroes beroesaha sekoeat tenaga mentjapai Kemenangan. Sebab kita jakin, bahwa tanpa kemenangan, ta’ moengkin segala jang terseboet di atas tertjapai; segala oesaha akan sia-sia; segala daja oepaja akan tjoema-tjoema; segala ‘amal tidak akan mentjapai maksoed dan toedjoean-nja.
Oleh sebab itoe, maka oesaha mentjari Kemenangan wadjiblah hoekoemnja. Oentoek mentjapai maksoed dan toedjoean jang moelia itoe, maka segala daja oepaja dan ichtiar, jang diwadjibkan atau diharoeskan, atau dibolehkan Allah dan Rasoel-Nja, wadjiblah kita tempoeh dan kita sempoernakan!
Demikianlah tamsil tentang hoekoemnja sesoeatoe jang tidak wadjib, sewak-toe-waktoe bisa beralih mendjadi wadjib, disebabkan karena sesoeatoe keadaan tertentoe (hoekoem perang, mitsalnja) oentoek soeatoe toedjoean tertentoe, dan dalam batas waktoe tertentoe. Sebab, mitsalnja Negara Islam Indonesia soedah mentjapai kedaulatan dan kemerdekaannja 100% dan Hoekoem-hoekoem Allah, Hoekoem-hoekoem Islam, soedah poela dapat berdjalan de-ngan sempoernanja, maka nistjajalah tidak lagi diperloekan berlakoenja Hoekoem Perang! Selandjoetnja, djika kelak tjita-tjita moelia telah tertjapai dan ideologi Islam telah terlaksana, padahal pada soeatoe sa’at ada segolongan atau sesoeatoe pihak jang hendak menghantjoerkan Agama Islam, atau hendak menoembangkan Pemerintah dan Kekoeasaan Islam, atau hendak memoes-nahkan Negara Islam Indonesia, maka keadaan segera mendadak beralih sifat dan hoekoemnja, berganti mendjadi keadaan perang, keadaan daroerat. Maka berlakoelah hoekoem-hoekoem perang. Itoelah soeatoe tamsil, bahwa sewak-toe-waktoe sesoeatoe hoekoem bisa beroebah djalan dan pelaksanaannja, dise-babkan karena sesoeatoe keadaan jang memaksa. Moedah-moedahan keterang-an singkat ini mendjadi tjermin bagi kita dalam melaksanakan toegas soetji, toegas Ilahi di masa depan, mendjadi pedoman dan pegangan oentoek memper-boelat segala ‘amal bakti kita, hingga Kebesaran dan Keadilan Allah dlahir di atas boemi Allah Indonesia! Amin.
4. Djalan Taqarroeb kepada Allah.
Adjaran lainnja, jang bisa kita peroleh dari Perdjalanan soetji Isra dan Mi’radj Rasoeloellah Clm., ialah Djalan Taqarroeb kepada Allah, djoega terkenal dengan Djalan Moenadjat atau Djalan Tawadjdjoeh. Tegasnja: djalan atau oesaha jang boleh membawa manoesia salik, hamba Allah jang bersangkoetan mendekatkan diri kepada Allah, menghampiri nikmat koernia-Nja, mendapatkan Rahmat dan Ridla-Nja, dan menikmati Rahmanijah dan Rahimijat-Nja (Maha Kasih Sajang-Nja). Maka langgenglah hendaknja ingat kepada Allah, atau Dzikroellah moedawwamah. Tetaplah ia berpegang koeat-koeat dan pertjaja sepenoehnja atas tolong dan koernia langsoeng dari Allah. Ialah sikap djiwa jang dinamakan Isti’anah. Dan koeat tegoeh sentausalah persaksiannja akan Kekoeasaan dan Kebesaran Allah, ialah sikap djiwa jang diseboet Moesjahadah.
Inilah sikap djiwa jang seharoesnja dimiliki oleh orang-orang jang termasoek golongan Arifin billah, orang-orang jang ma’rifat kepada Allah. Sedang ma’rifat-oellah di sini hendaknja diertikan:
A. Tahoe akan Allah, tahoe akan melakoekan wadjibnja kepada Allah, tahoe akan Allah dalam ma’na hakiki, karena koernia Allah langsoeng kepada hamba-kekasih-Nja; dan
B. Sadar sepenoehnja, bahwa segala perboeatannja dlahir dan bathin, tidak lepas dari Pengetahoean dan Persaksian Allah, jang melipoeti segala sesoeatoe.
Alangkah tinggi dan moelianja nilai harga dari pada nikmat koernia Allah sebesar itoe jang boleh dilimpahkan-Nja kepada sekalian hamba-kekasih-Nja! Semoga Ia berkenan mendjadikan kita sekalian, Moedjahidin seloeroehnja, orang-orang jang termasoek golongan Moeqarribin! Insja Allah, Amin.
5. Bila kita soeka mendjeladjah dan merenoengkannja lebih djaoeh dan lebih men-dalam, segala apa jang mengenai isi dan koelit dari hasil moengil dan boeah-isi dari Perdjalanan Soetji Isra Mi’radj itoe, teroetama mengenai hal Shalat, maka masih amat banjak sekali hikmah dan adjaran jang masih kita dapat darinja, di loear Shalat sendiri (an sich). Maka boekanlah niat dan hadjat kami dalam karangan ini oentoek mengindjak lapangan jang amat loeas itoe. Bagi para pembatja boedi-man, jang mempoenjai hasrat dan himmah dalam lapangan ini, maka oentoek semen-tara ini tjoekoeplah kiranja, djika dengan ini kami menjampaikan seroean soetji sebagai berikoet :
Djalankan shallat wadjib (dan atau shalat soennat) dengan mentjontohkan tauladan dari Rasoeloellah Clm., seperti jang didjalankan beliau pada masanja. Tepat, djangan dikoerangkan dan djangan poela dilebihkan dengan sengadja, insjaf dan sadar. Ertikan dan fahamkanlah segala isi dan maksoed oetjapan, seboetan, batjaan dan gerak gerik jang langsoeng atau tidak langsoeng bersangkoetan dengan itoe. Insja Allah, nistjajalah daripadanja tiap-tiap pelakoe (moeshali) akan dapat memperoleh hikmah dan adjaran jang amat besar dan berharga, bagi diri pribadinja maoepoen goena pelaksanaan dan penjempoernaan ‘amal bakti lainnja di loear shalat sendiri.
Di antara hikmah- hikmah dan adjaran-adjaran jang banjak itoe antara lain adalah sebagai berikoet :
A. Kenjataan Roeh, jang melepaskan kita dari segala matjam sjak dan ragoe dalam semoea lapangan, dan makin bertambah tebalnja kepertjajaan (Iman) kita kepada Allah, serta makin bertambah-tambah koeatnja kejakinan kita akan benarnja segala perintah Allah. Kenjataan roeh seroepa ini akan membang-kitkan Kesadaran Roehani, ialah satoe koernia Allah jang boleh dilimpahkan-Nja kepada para Aoelia-Nja (wali-wali Allah = Kekasih Allah), kepada para Shadiqin, Shalihin dan lain-lain hamba Allah jang setingkat dan sederadjat dengan itoe.
B. Djiwa Besar, ialah atsar dari Kebesaran Allah, satoe natidjah dari sifat, tindak, lakoe dan ‘amal jang mem-Besar-kan Allah. Djiwa besar tidak terpengaroeh oleh alam dan masjarakat; tidak tergojang karena pendirian dan aliran lain; tidak akan terpikat oleh lambaian iblis dan godaan sjetan; walhasil pengaroeh doenia tidak sedikitpoen meninggalkan bekas padanja; tidak akan dapat mengoebah sikap dan pendiriannja; tidak akan menghambat ‘amal perdjoe-angannja. Bahkan sebaliknja, seorang jang berdjiwa besar teroes sanggoep menghilangkan pengaroeh doenia dan lebih djaoeh haroes sanggoep dan pandai mengoeasai doenia dan alam semesta.
Periksalah: riwajat orang-orang besar di doenia, teroetama tarich para Anbija dan para Rasoel. Djiwa sedemikian itoe kiranja amat patoet sekali mendjadi miliknja setiap Pemimpin Oemmat Islam, teroetama Pemimpin Moedjahidin, Penggalang Negara Koernia Allah, Negara Islam Indonesia. Walaupoen hal ini mengenai diri seorang pribadi, namoen manfa’at dan maslahatnja, goena dan faedahnja, pengaroeh dan pantjaran sinar tjahajanja, akan melipoeti kepentingan ‘oemoem, kepentingan oemmat, negara dan Agama. Oleh sebab itoe, maka hal ini akan mendjadi imbangan berat dan faktor amat penting, dalam oesaha memperdjoeangkan nasibnja sesoeatoe bangsa, istimewa sekali dalam oesaha soetji Menegakkan Kalimatillah. Seorang jang berdjiwa besar tidak berboeat dan bertindak hanja mengikoeti djalannja riwajat manoesia sebagai “maf’oel” (objek), laksana sampah hanjoet dibawa air, melainkan ia berboeat dan bertindak memboeat sedjarah dan menentoekan djalannja riwajat manoesia sebagai “fa’il” (soebjek) atau pelakoe.
Hendaklah kenjataan ini diinsjafi dan diperhatikan dengan seksama oleh setiap pemimpin oemmat, teroetama Pemimpin Moedjahidin, jang mempoenjai pertanggoengdjawaban berat dan besar atas nasibnja oemmat dan bangsa serta Agama di masa mendatang! Periksalah lembaran-lembaran sedjarah doenia, teroetama tarich Agama dalam tiap-tiap masa.
C. Hati Sakinah, tenang dan tenteram, tahan dan oelet, dalam menghadapi segala sesoeatoe, di masa si pelakoe lagi melaksanakan toegasnja, mentjoe-koepi wadjib soetji. Tiada alam dan doenia jang boleh mempengaroehi! Tiada goda dan tjoba, jang haloes maoepoen jang kasar, jang boleh menghambat, memperlambat atau menghentikan oesaha soetjinja!
Tiada tipoe daja jang dapat membelokan langkah dan arah toedjoeannja! Laksana “batoe karang di tengah-tengah samoedera tedoeh” sebesar-besar badai dan angin taufan memoekoelnja pada setiap sa’at, seterik-terik panas matahari membakarnja, namoen batoe karang tetap tegak tegoeh dalam pendi-riannja semoela, mendjoelang ke angkasa, mengatasi segala matjam oedjian dan tjobaan doenia! Keadaan ini boleh kita bandingkan dengan isi pepatah : “Ta’ lapoek karena hoedjan, ta’ lekang karena panas”.
Inilah sikap Istiqamah dalam tiap-tiap lakoe dan ‘amal, ialah salah satoe nati-djah dari Hati Sakinah, tenang, tentram dan tabah.
D. Pikiran jang tadjam dan tjerdas, karena (di dalam shalat) selaloe terlatih menjeboeahkan pikiran dan mengkonsentrir (memoesatkan) segala oesaha dlahir dan bathin, dengan tidak meroebah sikap atau pendirian, dalam berdiri dan doedoek, dalam roekoe dan soedjoed, tidak menengok ke kanan atau ke kiri. Hanja satoe arah dan kiblat jang dihadapinja, hanja satoe maksoed jang ditoedjoenja, hanja satoe rentjana toegas dan wadjib jang lagi dilaksanakannja, hanja satoe ideologi jang selaloe diharap-harapkan tertjapainja!
Pikiran jang boelat sematjam ini soenggoeh amat besar harga nilainja bagi mereka, jang hanja naik mendaki tinggi, terbang memboemboeng ke atas, menoedjoe kepada ketjerdasan dan pengetahoean jang loeas dan sempoerna. Oleh sebab itoe, djanganlah Shalat dengan kesadaran diri sepenoehnja (zelfbewust dan doelbewust)! Djangan “sambil laloe” atau main-main! Dan djangan sekali-kali sambil “loepa kepada Allah”, ta’ sadar dan ta’ mengerti akan apa jang dioetjapkan dan dilakoekannja! Oesahakanlah hingga sem-poerna!
E. ‘Amal, kita akan lebih sempoerna dan oesaha kita akan lebih lantjar, ialah satoe tanda boekti akan bertambah-tambah koeatnja Iman dan makin tebal-bersihnja Tauhid. Maka segala ‘amal akan dilakoekan dengan sekoeat-koeat tenaga dlahir dan bathin, dan dengan apapoen jang ada padanja, hingga tiap-tiap hemboesan nafas dan tiap-tiap tetes darahnja hendaknja disertai dengan kesadaran melakoekan wadjib soetji. Walhasil segala sesoeatoe, di dalam dan di loear dirinja, disadjikan dan dipersembahkan sebagai bakti soetji kepada Dzat Wahidoel Qahhar. Inilah sifat Istitha’ah, jang wadjib dipoenjai oleh setiap Moeslim, teroetama Moedjahid, pelaksana toegas Ilahi.
F. Mentjegah Manoesia melakoekan perboeatan-perboeatan moengkar, salah, djahat, kedji, kedjam, boesoek, hina, rendah dan seteroesnja, sepandjang adjaran soetji.
G. Memelihara manoesia tetap pada djalan jang dilipoeti Rahmat dan Ridla Ilahi, sehingga tetaplah ia selama-lamanja dalam naoengan dan lindoengan Allah, dan senantiasa terhindar daripada djalan dan perboeatan jang sesat, salah dan keliroe.
H. Dan lain-lain hikmah dan adjaran jang setiap pembatja, jang soeka menta-fakkoeri segala perintah Allah serta alam sekalian sekelilingnja, akan dapat memperolehnja. Silahkan melakoekannja dengan tjermat dan seksama!

------------

BAB XIX
NATIDJAH DAN AKIBATNJA MOE’DJIZAT
Sebagaimana dioeraikan di atas dengan singkat, Isra dan Mi’radj Rasoeloellah Clm. adalah soeatoe Moe’djizat. Satoe tanda Kekoeasaan Allah jang ditampakkan kepada hamba-Kekasih-Nja, kepada para Nabi dan Rasoel-Nja, oentoek lebih memper-tebal Imannja, lebih memperkoeat dan membersihkan Tauhidnja. Natidjahnja, ialah: sabar dalam menderita, sjoekoer dalam berbakti dan ladjoe lantjar dalam oesaha menoe-naikan toegasnja. Karenanja, maka tiap-tiap moe’djizat mempoenjai sifat loehoer, moelia dan besar, di atas segala pengetahoean dan pengertian manoesia, di loear dari faham bagi perhitoengan manoesia dahri (materiil). Di dalam bahasa manoesia dahri, sifat ini dikatakan: loear biasa, tidak masoek akal, loear perhitoengan, loear sangkaan dan doegaan, loear adat dan kebiasaan manoesia beserta alam moemkin sekelilingnja. Periksalah: riwajat Anbija Allah, di antaranja : riwajat Nabi Ibrahim, Moesa dan Noeh ‘a.s. Djoestroe karena sifat loear biasa jang melekat kepada tiap-tiap Moe’djizat itoelah jang menjebabkan orang ingkar, ragoe-ragoe, was-was, bimbang, sjak wasangka, dan membalik ke belakang. Hanja disebabkan karena toeroennja Moe’djizat kepada seorang Nabi atau Rasoel.
Demikian poelalah natidjah dan akibat dari Moe’djizat Isra dan Mi’radj Rasoel-oellah Clm. Proses seroepa ini lazim dinamakan orang: Fitnah. Ialah soeatoe proses alam dalam diri masjarakat manoesia, jang memisahkan mas dari tahinja, memisahkan air dari boeihnja, memisahkan haq dari bathil, memisahkan benar dari salah dan sesat, memisahkan baik dari boeroek dan boesoek, memisahkaa Iman dari koefoer, memi-sahkan Tauhid dari sjirik, dan seteroesnja.
Selain dari sifat pemisah, maka tiap-tiap fitnah djoega meroepakan oedjian dan tjobaan. Oedjian dan tjobaan atas mas, intan dan permata, dikatakan fitnah. Dengan fitnah kita dapat mengetahoei dengan pasti tingkatan (karakter) dan nilai daripada barang jang dioedji atau ditjoba itoe.
Demikian poela oedjian dan tjobaan atas Iman, ‘amal, oesaha dan lain-lain seroepa itoepoen diseboet fitnah. Dengan fitnah kita akan dapat mengetahoei tebal tipisnja Iman, koeat-lemahnja Tauhid, nifak dan ingkarnja ‘amal dan lain-lain seteroesnja. Sjahdan, maka dengan toeroennja Moe’djizat terseboet di atas Rasoeloellah Clm., maka timboelah pendapat di kalangan oemmat manoesia sekeliling Mekkah, ialah Djaziratoel Arab ‘oemoemnja, choesoesnja dalam lingkoengan para Sahabat dan pengikoet Nabi, pemeloek Agama soetji. Dengan fitnah itoe, maka manoesia mendapat oedjian dan tjobaan Allah jang berat, jang karenanja laloe tampak isi hati, kandoengan djiwa, kepertjajaan dan kejakinan manoesia jang sebenarnja.
Adapoen djoemlah kaoem Moeslimin pria dan wanita pada waktoe itoe, hasil penjiaran Agama selama koerang lebih 12 tahoen – tidak lebih dari 300 (tiga ratoes) orang. Di antaranja telah hidjrah ke Habsji hingga doea kali, sebanjak koerang lebih 100 orang. Djadi jang masiih tinggal di Mekkah dan tempat tempat sekelilingnja (termasoek poela Jatsrib) hanja koerang lebih 200 orang. Dengan pendjelasan ini terang-lah soedah, bahwa kaoem Moeslimin mendoedoeki tempat minoriteit, dalam djoemlah jang amat ketjil djika dibandingkan dengan djoemlah kaoem kafirin, moesjrikin dan djahilin sekelilingnja.
Hatta, maka dengan toeroennja Moe’djizat terseboet di atas pihak kafirin Qoeraisj makin bertambah kekoefoerannja, makin tebal kedjahilan dan kemoesjrikannja. Hanja dengan karena berita jang dibawa oleh Rasoeloellah Clm. sekembali dari Perdjalan Soetji memenoehi Panggilan Ilahi itoe, jang loear biasa, tidak dapat dipahaminja dengan hati jang gelap-sesat (djahil). Sebagian dari sahabat Nabi poen menolak kebenaran berita itoe. Tegasnja : Koefoer kepada Nabi, jang langsoeng atau tidak langsoeng, djoega koefoer kepada Allah. Lantaran boekan Nabi-lah jang memboeat Moe’djizat itoe, melain-kan Allah pribadi-lah jang berkenan mendjadikannja. Mereka ini keloear dari agamanja (Islam) alias moertad, menggaboengkan diri dan menambah koeat barisan kafirin Qoeraisj.
Sebagian jang lainnja, pada dlahirnja seakan-akan masih tetap Iman kepada Nabi, tidak membantah dan tidak menolak. Tetapi pada hakikatnja, dalam hatinja, mereka koefoer kepada Nabi. Mereka ini termasoek dalam golongan jang dinamakan moenafiqin, ialah orang jang bersifat nifaq alias “oelar kepala doea”, satoe sifat rendah jang amat ditjela, dibentji dan dikoetoek oleh Allah. Pada dlahirnja mereka menampakan dirinja selakoe Moeslim, tetapi di sa’at toeroen perintah (Amar) Allah jang dirasakan berat atau oedjian lainnja, maka dengan tidak ragoe-ragoe lagi mereka membalik ke belakang, meninggalkan barisan kaoem Moeslimin dan masoek komplotan kaoem kafirin.
Adapoen dalam kalangan sahabat jang terdekat (akrab) maka fitnah jang timboel dari Moe’djizat itoe tidaklah menimboelkan peroebahan hati dan djiwa, kepertjajaan dan kejakinan. Mereka tetap Iman kepada Nabi, mengakoei kebenaran berita tentang Isra dan Mi’radj Rasoeloellah Clm. Mereka ini adalah inti-nja Oemmatoel Moeslimin pada masa itoe. Di antaranja jang amat terkenal ialah Aboe Bakar, jang sedjak itoe digelari orang; Aboe Bakar Ashidiq.

Hikmah dan Adjaran
Djika kita mengenangkan nasib saudara-saudara kita kaoem Moedjahidin, jang telah bertahoen-tahoen melakoekan toegas soetji moetlak, kemoedian godaan sjetan dan iblis jang ada dalam dirinja ataupoen jang ada di loearnja laloe mendjadi moertad, koefoer dan nifaq, atau sedikitnja moedzabdzab, soenggoeh amat kita sajangkan! Piloe hati kita merenoengkan nasib mereka jang boeroek, hina dan rendah itoe! Lebih-lebih lagi atas nasib di antara mereka, jang laloe mendjadi kafir, lebih boeas daripada kafir harbi asli, mendjadi pengchianat (moesoeh) jang semoela! Walhasil nasib mereka lebih hina dina dlahir dan bathin daripada nasibnja seorang Moeslim biasa. Bahkan lebih boeroek dan lebih rendah daripada nasibnja kaoem kafirin, penentang dan pemoengkir Hoekoem-hoekoem Allah jang asli! Alangkah sedih dan tjelakanja nasib mereka jang hanja akan mendjadi oempan api neraka doenia dan neraka achirat! Na’oedzoe billahi min dzalik! Oleh sebab itoe hai kaoem Moedjahidin! Awas dan waspadalah dalam tiap-tiap ‘amal, mendjelang zaman Madinah Indonesia! Mengenal dan mengetahoei riwajat ini besarlah hikmah dan adjaran jang bisa kita peroleh dari padanja.

1. Kenanglah sedjenak riwajat perdjoeangan kita sendiri!
A. Peristiwa Pertengahan 1947
Peng’oemoeman Perang Soetji, Perang Sabil, Perang Djihad fi Sabilillah terhadap kepada pendjadjahan Belanda!
Loear biasa, loear doegaan dan perhitoengan, hampir tidak bersjarat, tongkat takijari melawan sendjata otomatis, mitraljoer dan bom! Ibarat ketimoen berperang dengan doeren! Tiada ramalan dan hitoengan jang boleh mem-benarkannja!
B. Peristiwa 17 Febroeari 1948
Revoloesi Islam di Goenoeng Tjoepoe petjah meletoes, api soetji menjala berkobar, semangat Islam soetji meloeap membakar djiwa tiap-tiap pedjoeang soetji. Djoega loear biasa, loear doegaan dan perhitoengan manoesia, hampir tidak bersjarat!
C. Peristiwa 7 Agoestoes 1949
Proklamasi berdirinja Negara Koernia Allah, Negara Islam Indonesia!
Ta’ bedanja sifat loear biasa jang terkandoeng di dalamnja. Keberanian jang tidak terbatas, kesanggoepan jang memoentjak! Segala-galanja mentakdjoeb-kan, mengherankan! Loear doegaan dan sangkaan, loear hitoengan dan rabaan!
D. Dan banjak lagi peristiwa-peristiwa besar ketjil jang selama ini mendjadi penga-laman kita dalam melaksanakan toegas soetji!
Semoeanja ini boekan Moe’djizat, walaupoen sifat-sifatnja senisbat dengan itoe, karena apa jang dinamakan Moe’djizat hanjalah mengenai para Nabi dan Rasoel, boekan barang sesoeatoe jang ditampakkan pada hamba-hamba Allah lainnja, di loear kekasih-kekasih-Nja jang teramat moelia itoe, melainkan peristiwa-peristiwa jang aneh adjaib, loear biasa dan menakdjoebkan itoe ialah : ma’oenat dan keramat, dalam erti kata : tolong dan kurnia langsung dari Allah, kepada para hamba kekasih-Nja, Penggalang Negara Koernia-Nja, Pembela Agamanja. Ialah tanda kekoeasaan dan kebesaran Allah jang ditjoerahkan atas hamba-hamba kekasih-Nja selakoe Perlindoengan dan Tanda Kemoeliaan dari-Nja. Tanda Rahmanijat dan Rahimijat (Maha Kasih Sajang) Allah jang melipoeti seloeroeh Barisan Moedjahidin dan Moeslimin, jang ikoet serta menoenaikan toegas soetji, melaksanakan Amar Allah!
Wallahoe ‘alam!
Hanja Allah poela jang Maha Mengetahoei !
2. Kita makin jakin akan benarnja dan wadjibnja ‘amal kita menggalang Negara Koernia Allah, Negara Islam Indonesia, karena Alhamdoelillah segala ‘amal kita sesoeailah kiranja dengan Soennah Rasoeloellah Clm. beserta para sahabat Beliau (walladzina amanoe ma’ahoe), jang menerima perintah langsoeng dari Azza wa Djalla. Dengan karena limpahan Hidajatoellah dan Hidajatoettaoefiq semata.
3. Kita makin mengerti dan faham akan hikmah dan adjaran jang kita ketemoekan dalam ‘amal, dalam kalangan Moedjahidin dan Moeslimin ‘oemoemnja, dan proses terpetjah pentjarnja kaoem Moeslimin atau Moedjahidin.
A. Mengapa mereka moertad, laloe membalik mendjadi koefoer kembali! Mendjadi moesoeh Allah, moesoeh Rasoeloellah dan moesoeh Negara Islam Indonesia!
B. Mengapa mereka djatoeh roentoeh mendjadi moenafiqin, pengchianat Agama Islam dan pengchianat Negara Islam Indonesia! Atau sekoerang-koerangnja bersifat pasif, berdiam diri, moedzabdzab!
C. Dan mengapa mereka tetap dalam perdjoeangan soetji, tahan oedji, tetap ber’amal djihad fi sabilillah; tetap bergerak menoedjoe Mardlatillah, walau-poen halangan dan rintangan, tjobaan dan oedjian apapoen djoega jang dikete-moekan pada djalan jang dilaloeinja! Mereka jang hingga kini telah dapat menempoeh berbagai matjam oedjian dan tjobaan, melaloei saringan dan djaring-djaring dengan selamat, karena tjoerahan tolong dan koernia langsoeng dari Allah, maka mereka inilah orang-orang jang termasoek Barisan Moedjahidin Sedjati. Karena pilihan, saringan dan oedjian langsoeng dari Allah, mereka mentjapai setinggi-tingginja deradjat ‘indallah wa ‘indannas asalkan mereka tetap dalam melakoekan wadjib djihad fisabilillah 100%. Inilah intinja oemmat, benih oemmat pilihan Allah di masa mendatang, jang akan ditjakapkan dan dipandaikan-Nja melaksanakan Hoekoem-hoekoem-Nja dengan sempoernanja, menoeroetkan perintah-Nja dengan takat dan patoehnja. Moedah-moedahan selandjoetnja kita sekalian dipandaikan-Nja melaksanakan segala toegas soetji, pada djalan-Nja, karena-Nja, oentoek memperoleh Rahmat dan Ridla-Nja. Insja Allah. Amin.
4. Alhamdoelillah bagi kaoem Moedjahidin choesoesnja oedjian seroepa ini, kini agaknja telah mendekati kesoedahannja. Seperti Rasoeloellah Clm., setelah mendja-lani dan melaloei oedjian jang terberat, teroetama setelah Isra dan Mi’radj, laloe delapan boelan kemoedian dihidjrahkan Allah dari Mekkah ke Madinah, maka daripadanja bolehlah kita ambil peladjaran antara lain sebagai berikoet :
A. Bahwa kini kita lagi dalam perdjalanan menoedjoe Madinah-Indonesia, tegasnja: Negara Basis, Negara Modal, jang kelak akan toemboeh dan ber-kembang mendjadi Negara Islam Indonesia, jang besar dan koeat, djaja dan sentausa. Dengan karena tolong dan koernia Allah pada hakikatnja, dan berkat ichtiar segenap Moedjahidin pada Sjari’atNja!
B. Oleh sebab itoe: Koeatkanlah Iman! Tegoehkanlah Tauhid! Boelatkanlah Te-kad! Bersihkanlah Niat! Sempoernakanlah ‘amal! Sesoeai dengan adjaran Kitaboellah dan Soennah Rasoeloellah Clm., Insja Allah, di masa jang dekat kita akan disampaikan Allah di Madinah Indonesia, hingga Fathoel Makki Indonesia. Tegasnja Kemenangan Islam Sempoerna, jang akan mendjadi wasilah dlahirnja Keradjaan Allah di moeka boemi Indonesia, dengan tegak dan tegoehnja!
C. Djangan Islam hanja dianggap dan diperlakoekan sebagai pakaian dan perhiasan belaka, jang boleh dikenakan pada badan manoesia atau ditanggalkan daripadanja! Melainkan Islam seharoesnja dan sewadjibnja mendjadi isi Roeh, Djiwa dan Djasad setiap hamba Allah!
Islam adalah Toentoenan Ilahi jang mendjadi kenjataan Roeh mempersaksikan Kebesaran dan Keagoengan Allah, Adjaran soetji jang mendjadi bimbingan dan asoehan djiwa! Dan lebih landjoet, Islam adalah Hoekoem soetji jang mendjadi pedoman dan pegangan setiap manoesia jang ingin mempersembah-kan dharma bakti soetjinja hanja kepada Dzat Azza wa Djalla semata!
Tegasnja : Islam haroes mendjadi Agama jang Hidoep, jang menerangi tiap-tiap roeh jang gelap (djahil), mensoetjikan tiap-tiap djiwa jang haoes akan maksiat, dan membawa oemmat bangsa manoesia ke arah selamat bahagia dlahir bathin dan doenia achirat, tegasnja : ke arah mardlatillah sedjati !
D. Achirnja perloelah kami njatakan di sini, bahwa Islam adalah Agama Doenia dan Agama Sempoerna. Agama setiap bangsa dan golongan, tidak membeda-bedakan manoesia karena warna koelit dan kebangsaannja, Agama bagi boeroeh dan tani, bagi pedjabat negeri dan pertikoelir, bagi kjai dan santri, bagi kaja dan miskin, bagi radja dan rakjat, bagi ningrat dan marhain, wal hasil Islam adalah Agama Allah jang ditoeroenkan bagi segenap perikemanoe-siaan di seloeroeh doenia, jang hendak bakti kepada-Nja.
Tiada peratoeran atau oendang-oendang Islam jang berat atau memberatkan (La joekalifoellahoe Nafsan illa woes’aha). Melainkan jang merasa berat dan diberatkan ialah nafsoe sjaitanijah jang selaloe menghinggapi, menghampiri, menggoda, memperdaja dan menipoe manoesia, jang lemah djiwa dan roehnja, tipis Iman dan Tauhidnja dan bimbang dalam ‘amal tindakannja.
Oleh sebab itoe, maka Hoekoem Sjari’at Islam haroes dan mesti dapat berdjalan dan dilaksanakan oleh setiap hamba Allah, jang hadjat mempersembahkan dharma baktinja, kepada Dzat Wadjiboel Woedjoed semata!
Djika tidak, maka boekan Islam-lah jang salah, melainkan Oemmat Moeham-mad jang mengakoe Islam-lah jang salah!
Ialah oemmat jang tidak pandai dan koeasa, serta tidak sanggoep dan mampoe memboektikan pengakoeannja! Renoengkan dan tjamkan baik-baik!


-------------

No comments: