B I S M I L L A H I R R A H M A N I R R A H I M
PEMERINTAH
NEGARA ISLAM INDONESIA
NOTA - RAHASIA
Barang disampaikan Allah kiranja
kepada jang terhormat:
SAUDARA Ir. S U K A R N O
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Jang bersemajam di
DJAKARTA
Assalamu’alaikum w.w.
1. Alhamdu li-Llah!
Allahumma! Iyaka na’budu, wa iyaka nasta’in, ihdinassirathal-mustaqim!
Bismillahi, tawakkalna ‘ala-Llah! Lahaula wala quwwata, illa-bi-Llah!
2. Dengan seputjuk surat jang berwudjudkan Nota-Rahasia ini, maka terkandunglah di dalamnja keinginan Kami jang —Insja Allah— tumbuh daripada hati jang sutji dan niat jang ichlas dengan penuh rasa pertanggung-djawab atas nasibnja Bangsa Indonesia pada ‘umumnja dan Ummat Islam Bangsa Indonesia pada chususnja, serta atas nasibnja Negara Indonesia, dimasa jang mendatang.
3. Lebih dulu baiklah kiranja Kami njatakan di sini, bahwa segala peristiwa jang terdjadi di seluruh Indonesia dan sekitarnja, militer dan politis, nasional maupun internasional, terutama jang langsung mengenai Bangsa Indonesia dan Ummat Islam Bangsa Indonesia, senantiasa Kami ikuti dengan teliti dan seksama.
Maka bolehlah agaknja Nota-Rahasia ini dianggap sebagai hasil dan natidjah daripada pendjeladjahan dan analyse serta synthese daripadanja.
4. Mudah-mudahan segala sesuatu jang hendak Kami rawaikan di bawah ini disertai dengan Hidajatu-Llah dan Hidajatuttaufiq jang sempurna, sehingga bolehlah kiranja mendjadi obor dan pelita bagi tiap2 pemimpin Negara jang bertanggung-djawab. Insja Allah. Amin.
Kemudian, chusus kepada Saudara, sebagai Kepala Negara Republik Indonesia, jang dipertja-jakan orang jang memikul pertanggung-djawab jang amat besar atas hantjur dan luhurnja Negara dan Bangsa Indonesia, maka Kami ingin sekali menjatakan persilahan:
Sudi apalah kiranja Saudara suka memperhatikan isi dan maksud Nota-Rahasia ini, dengan sepertinja.
5. Dalam Nota-Rahasia ini kami tjukupkan dengan menindjau beberapa peristiwa politik dan militer, pada masa jang achir-achir ini, ialah natidjah atau resultante daripada segala kedjadian (proces) dan keadaan (tustand), dikala telah lampau.
6. Sjahdan, maka masuknja Republik Indonesia mendjadi anggauta P.B.B. (Perserikatan Bangsa-Bangsa), seperti djuga tiap2 langkah dan tindakan hasil politik jang lainnja, pastilah membawa hasil “untung” dan “rugi”, manfa’at dan mudlorotnja.
7. Djika diperhitungan kan benar-benar dan sedalam-dalamnja, terutama djika mengingat kedu-dukan Republik Indonesia sebagai negara muda, maka masuk dan diterimanja Republik Indonesia, anggauta P.B.B. itu, nistjajalah menimbulkan kerugian jang amat besar sekali, bagi Negara dan Bangsa serta Ummat, djika dibandingkan dengan keuntungan jang ta’ sebera-pa besarnja dan bersifat sementara itu. Lebih-lebih, djika diingati akan letaknja Indonesia ditengah-tengah negara-negara Besar, jang kini lagi ‘asjik menjalakan api-peperangan, jang membakar-bakar dibenua Asia. Demikianlah pendapat daripada ‘umumnja politici golongan “moderate”.
8. Satu-dua resiko “ke-anggauta-an P.B.B.” diwaktu ini, ialah:
a. Bahwa Republik Indonesia, mau atau tidak mau, sengadja atau tidak sengadja, akan disorong kesatu arah dan djurusan jang tertentu, jang membawa dia kepada satu tingkatan: Memilih salah satu diantara dua Blok, jang lagi bertentangan.
b. Kiranja tidak djauh daripada kenjataan (realiteit) dalam waktu jang dekat, djika orang meramalkan, bahwa Republik Indonesia akan masuk dalam Blok-Amerika.
c. Djika terdjadi jang demikian, maka “neutraliteits-politiek” jang tempo hari dilahirkan oleh jang terhormat Saudara Drs. Mohd. Hatta, sebagai Perdana Menteri, dalam mene-gaskan haluan politik Pemerintah terhadap Luar Negeri, lenjaplah, laksana debu ditiup angin.
Dan lebih landjut, Republik Indonesia akan mendjadi satu Negara jang anti-Blok-Russia, atau anti-Komunis.
Kami jakin, bahwa semuanja itu telah masuk perhitungan Pemerintah Republik Indonesia, sebelum melakukan langkah jang “sportief” itu.
9. Berkenaan dengan jang tersebut dalam angka 8 di atas, maka Kami atas nama Pemerintah Negara Islam Indonesia menjatakan: Selamat! Terima Kasih! Dan, Alhamdu li-Llah!
Karena dengan terbukanja “topeng” haluan politik Republik Indonesia jang sesungguhnja itu, dari politik “neutral” beralih mendjadi politik “anti-Komunis”, maka Negara Islam Indonesia merasa mempunjai kawan jang sedjalan, dalam melaksanakan usaha membasmi dan mengenjahkan lawan jang sama (gemeenschappelijkevijand), ialah: kaum Komunis.
10. Lebih djauh, Kami pertjaja dan jakin, bahwa Pemerintah Republik Indonesia telah lebih mengetahui akan sarang-sarang dan gerak-gerik kaum Komunis Indonesia, di dalam tiap-tiap lapangan dan lapisan masjarakat Indonesia, djuga didalam tubuh Pemerintah Republik Indonesia dan alat-alat kekuasaannja sendiri, jang makin hari makin bertambah berbahaja bagi Negara Republik Indonesia.
Agaknja ta’ perlu lagi kami tundjukkan akan perbuatan-perbuatan mereka itu, dalam usahanja meruntuhkan Negara, baik dalam lapangan politik dan militer maupun dalam lapangan ekonomi, keuangan, d.l.l.-nja, legaal dan illegal.
11. Sebagai kawan sedjalan, semaksud dan setudjuan didalam menghadapi bahaja-Komunisme di Indonesia itu, maka baik djuga agaknja, bila di sini kami njatakan dengan terus-terang dan dengan hati jang terbuka, kepada Saudara, sebagai Kepala Negara Republik Indonesia, kalau-kalau —dengan tolong dan kurnia Allah pula— akan mendjadi sebab terhindarnja Negara dan Bangsa Indonesia daripada bahaja keruntuhan dan kedjatuhannja, dimasa jang akan datang. Pertimbangan dan andjuran dari pihak Kami, ialah:
a. Tiada satu djalan lain, jang menudju kearah “Keselamatan Negara dan Bangsa Indonesia,” melainkan: “Djika Pemerintah Republik Indonesia mulai sekarang djuga, dengan tjepat dan tepat, membasmi Komunisme, dalam tiap-tiap lapangan, terutama sekali jang melekat didalam tubuh Pemerintahan Republik Indonesia dan alat-alat kekuasaannja, dengan wudjud dan sifat apa dan mana pun djuga”. Lebih tjepat, lebih baik!
b. Bilamana Republik Indonesia segan-segan dan terlambat dalam melakukan tindakan dan usaha membasmi “bahaja” jang selalu mengantjam-antjam itu, maka terbukalah ke-mungkinan jang amat besar sekali, bahwa Republik Indonesia dalam waktu jang singkat akan djatuh sebagai Negara seperti nasibnja Tiongkok di tahun-tahun jang achir-achir ini, setelah kaum “Merah” dapat mengusir kaum “Nasionalis”, dari pusat tanah-tumpah-darahnja.
c. Terutama djika kelambatan melakukan tindakan tersebut memandjang hingga sampai kepada meletusnja Perang Dunia ke III, maka sepandjang perhitungan sjari’at, nistjajalah Republik Indonesia akan menemui djalan buntu dan nasib malang, jang sedikitnja senisbat dengan nasib Korea pada dewasa ini. Bahkan, mungkin sekali lebih djelek dan lebih buruk daripada itu. Oleh sebab itu, maka sekali lagi Kami pertimbangkan dan serukan kepada Saudara:
“Hendaknja disegerakanlah, melakukan tindakan jang tjepat dan tepat atas bahaja nasional dan internasional tersebut, jang pada hemat kami, tindakan jang serupa itu adalah salah satu tugas dan wadjib-muthlak bagi Pemerintah Republik Indonesia, untuk menghin-darkan Negara dan Bangsa Indonesia daripada antjaman mara-bahaja jang amat dahsjat itu!”
Adapun tentang tjara, alasan dan lakunja, maka Kami pertjaja dengan sepenuh-penuhnja atas kebidjaksanaan Pemerintah Republik Indonesia dalam hal ini.
11. Dalam pada itu, baik djuga Kami njatakan di sini akan Sikap dan Pendirian Pemerintah Negara Islam Indonesia terhadap bahaja Komunisme, bahwa sedjak mula berdirinja —7 Agustus 1949— telah ditetapkan:
“Pemerintah Negara Islam Indonesia dengan seluruh Ummat Islam Bangsa Indonesia beserta segenap alat kekuasaannja sudah, lagi dan akan terus-menerus melakukan wadjib-sutjinja:
Membasmi bahaja-Negara, bahaja-Agama Allah (Islam) dan bahaja Ummat itu, hingga sampai kepada akar-akar dan dasar-dasarnja”. Karena dalam pandangan Islam, Komunisme itu adalah musuh ideologi jang amat besar sekali.
12. Lebih djauh lagi, tentulah Saudara telah mengetahui pula, bahwa “tiada lagi ideologi, melain-kan hanja “Islamisme” sadjalah, jang sanggup dan kuasa membendung aliran Komunisme dan menghantjur-musnahkannja”. Insja Allah.
Sedang sementara itu, bolehlah Kami njatakan dengan tiada samar-samar lagi, bahwa Nasionalisme jang mendjadi sendi dan dasar serta haluan Negara Republik Indonesia, bukanlah satu ideologi, sematjam Islamisme atau Komunisme. Melainkan ia hanjalah merupakan satu tingkatan “kasih sajangnja” sesuatu bangsa kepada tanah kelahirannja dan dirinja.
Dengan analyse ringkas seperti jang tertulis di atas, njatalah sudah, bahwa didalam pertentangan antara Nasionalisme dan Komunisme, didalam masa jang lama (long term), terutama djika Komunisme dibiarkan mendjadi agressor, maka amat boleh djadi sekali Nasionalisme akan terpaksa menjerah-kalah, atau patah dan terpelanting serta terpentjar dalam pertentangan tersebut.
Sebagai tjontoh dan bukti jang njata daripada nasibnja negara-negara jang berdasarkan Nasionalisme dalam “pertentangan ideologi”, hendaklah Saudara suka memeriksa lembaran riwajat Eropa-Timur dan Asia-Timur, setelah Perang Dunia ke II, teristimewa nasibnja Tiongkok Nasional, jang amat tragis itu.
Djika perhitungan Saudara, dalam hal ini,, tidak sesuai dengan perhitungan Kami, sudi apalah kiranja suka memperma’afkan banjak-banjak!
13. Mengingat segala apa jang Kami uraikan di atas itu, maka njatalah sudah, bahwa:
a. Nasionalisme tidak akan mampu dan tidak pula kuasa membendung derasnja arus Komu-nisme, karena Nasionalisme tidak dapat mengikat djiwa Ra’jat Indonesia, jang sebagian terbesar memeluk Agama Islam dan tidak pula mendjadi ikatan-djiwa antara Pemerintah Indonesia dan Ra’jat Indonesia;
b. Karenanja, Negara Republik Indonesia tidak akan dapat menghindarkan dirinja daripada mara-bahaja jang amat besar itu, jang langsung akan mengakibatkan runtuh-djatuhnja Negara Indonesia, sebagai Negara Nasional; dan
c. Hanja Islamisme sadjalah, sebagai ideologi dan stelsel dunia (woreldstelsel), jang sanggup mengatasi kesulitan, jang boleh timbul karena datangnja bahaja Merah itu.
Berhubung dengan itu, maka Kami berpendapat, bahwa obat jang paling mudjarab jang akan mendjadi sebab sembuhnja Negara Indonesia dan Bangsa Indonesia daripada penjakit, jang berwudjudkan seribu satu kesulitan dalam tiap-tiap lapangan-usaha itu, tidak lain, hanjalah:
“Djika Islamisme didjadikan sendi-dasar daripada Pemerintah dan Negara Indonesia”!
Atau dengan kata-kata lain:
“Satu-satunja Djalan-Selamat bagi Indonesia dan Bangsa Indonesia, ialah: Djika Negara Indonesia atau Republik Indonesia dalam waktu jang sesingkat-singkatnja beralih sifat dan wudjudnja, dari “Nasional” kepada “Islam”, mendjadi NEGARA ISLAM INDONESIA”.
Dengan ini Kami ingin sekali menjatakan persilahan kepada Saudara, sebagai Kepala Negara Republik Indonesia, sudi apalah kiranja Saudara suka mempertimbangkan baik-baik dan sedalam-dalamnja akan pendapat Kami ini.
Sebelum dan sesudahnja, atas perhatian Saudara itu, Kami haturkan diperbanjak-banjak terima kasih, dan Alhamdu li-Llah.
14. Selain daripada itu, tidak pula boleh dilupakan akan peristiwa-peristiwa jang terdjadi disekitar KMB atau/dan natidjah jang timbul daripadanja, jang semuanja itu makin hari makin mendekati kepada puntjak keruntjingan dan kegentingannja, jang achir-kemudiannja —lambat atau tjepat— akan meng’akibatkan “pertentangan antara Republik Indonesia dan Belanda”. Kini teranglah sudah, bahwa KMB dengan segala sebab jang menimbulkannja dan segala ‘akibat jang timbul daripadanja, tidaklah sekali-kali mendjadi obat jang dapat menjembuhkan Bangsa Indonesia daripada serangan penjakit “Kolonialisme Belanda”. Maka pada achir-achir ini, tampaklah dengan tegas dan njata, akan timbulnja kembali penjakit: “Kolonialisme” itu. Oleh sebab itu, maka Uni Indonesia-Belanda jang tadinja diharapkan akan mendjadi tali persahabatan antara kedua negara itu, pada achir-kemudiannja, beralih sifat dan tjoraknja, mendj’adilah lapang pertikaian. Kiranja Saudara tidak menaksir rendah (onderschatten) dan terlalu “optimistis” tentang hal ini, dan baiklah agaknja, djika mulai sekarang djuga Pemerintah Republik Indonesia “bersedia pajung, sebelum hudjan.”
15. Sekianlah hal-hal jang kini perlu Kami njatakan kepada Saudara, sebagai Kepala Negara Republik Indonesia, jang bertanggung-djawab berat dan besar atas nasibnja Negara dan Bangsa, dimasa jang akan datang. Sekali lagi! Sudi apalah kiranja Saudara suka menaruh perhatian, dimana perlu dan seberapa perlunja.
16. Semoga Allah selalu berkenan mentjurahkan Hidajat dan Taufiq-Nja atas kita, Ummat Islam Bangsa Indonesia, dan berkenan pulalah kiranja Ia menuntunnja kearah Bahagia-Sentausa, dunia dan achirat. Amin.
Inna fatahna laka fat-han mubina .... Insja Allah. Amin.
Bismillahi ..... Allahu Akbar!!!
Wassalam
PEMERINTAH NEGARA ISLAM INDONESIA
Imam: S.M. KARTOSOEWIRJO
Mardlotillah, 22 Oktober 1950/10 Muharram 1370.
Tembusan Nota-Rahasia ini
Disampaikan kepada jang terhormat
Saudara M. Natsir, Perdana Menteri
Republik Indonesia.
No comments:
Post a Comment